Kolom
Jumat, 17 November 2023 - 20:30 WIB

Agen Dini Konservasi Lingkungan

Agung Vendi Setyawan  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Agung Vendi Setyawan (solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Ruang  gerak dan naluri hewan semakin terganggu seiring berjalannya waktu sekaligus bertambahnya aktivitas manusia. Kawasan hutan sebagai rumah aneka satwa terlindungi luasnya  semakin menurun.

Hewan-hewan penghuni hutan turun gunung ke permukiman penduduk hingga mengganggu kenyamanan warga. Keanekaragaman hayati yang terlindungi menjadi aset global yang tak ternilai harganya untuk kehidupan generasi selanjutnya.

Advertisement

Keanekaragaman hayati menjadi pilar peradaban masa depan. Aktivitas manusia yang sering kali hilang kendali dapat mereduksi jumlah spesies secara signifikan. Sebanyak lebih dari 40% spesies amfibi, lebih dari 33% mamalia laut, 10% spesies serangga, dan lebih dari 33% karang pembentuk terumbu terancam punah.

Tercatat pula 3,5% jenis burung peliharaan di bumi punah pada 2016 dan sekitar 680 spesies vertebrata telah punah akibat ulah manusia sejak abad ke-16. Aktivitas manusia membuat 75% lingkungan darat dan 66% lingkungan laut mengalami perubahan.

Data tersebut berdasarkan Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services oleh Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) di UNESCO pada 2019.

Advertisement

Kelestarian keanekaragaman hayati sangatlah perlu diupayakan oleh semua elemen masyarakat, terutama di lingkungan pendidikan. Sekolah berperan sebagai agen dini penanaman dan pengembangan karakter peduli lingkungan.

Proses pembelajaran dalam membangun spirit kepedulian terhadap lingkungan sekitar harus dilakukan. Salah satunya implementasi pendidikan konservasi lingkungan. Tujuannya agar peserta didik mampu mengubah mindset untuk berperilaku sadar lingkungan.

Pendidikan konservasi lingkungan di sekolah yang mencakup tiga aspek kompetensi, aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sangatlah perlu diterapkan. Kegiatan menemukenali keragaman hayati dan memahami proses menjaga keseimbangan serta keselamatan lingkungan menjadi bagian dari aspek kognitif.

Pemberian tanda pengenal pada ragam flora di sekolah meliputi nama lokal, nama ilmiah, dan karakteristik menjadi salah satu contoh sederhana. Cara kreatif lainnya, mengajak peserta didik membuat produk digital seperti vlog tentang flora fauna endemis Nusantara dengan memanfaatkan gawai.

Advertisement

Habituasi berperilaku dan pengembangan keterampilan peserta didik dalam mengelola lingkungan agar tetap asri serta estetis merupakan bagian dari aspek psikomotor. Contohnya dengan pembagian pengelolaan taman dan tugas piket merawat taman secara berkala.

Program sekolah hijau, sekolah adiwiyata, aksi pilah sampah, dan pembuatan bank sampah sekolah merupakan upaya sekolah dalam mendidik anak peduli lingkungan. Selain kegiatan yang telah banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah saat ini, saba kebon (kunjung kebun) menjadi contoh aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dapat diterapkan.

Saba kebon merupakan aktivitas alternatif dalam implementasi pendidikan konservasi lingkungan di sekolah. Kegiatan tersebut mencakup lintas literasi dasar, yakni literasi baca tulis, sains, digital, numerasi, finansial, dan budaya kewargaan.

Kegiatan saba kebon dapat diintegrasikan dan dilaksanakan bersama dengan kegiatan Jumat Sehat, seperti yang saya lakukan di SDN Tamanan 2 Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta didik diajak dan diberi pengalaman baru melalui interaksi positif dengan alam, yakni jalan-jalan keliling lingkungan kampung sekitar sekolah.

Advertisement

Kota Darwin di Australia adalah kota ramah satwa dan rumah berbagai spesies satwa dunia. Buaya air asin (Crocodylus porosus), spesies reptil terbesar dunia saat ini, bahkan menjadi objek pendamping foto pengunjung di Darwin Airport.

Berbagai spesies burung hidup bebas tanpa rasa takut dengan manusia. Salah satunya menjadi pemandangan umum di kawasan Pantai Casuarina, salah satu dari 10 pantai terbaik di Benua Australia.

Darwin memiliki penduduk yang sadar dan ramah satwa. Pemandangan burung dalam sangkar tak akan ditemui di ibu kota negara bagian Australia Utara tersebut. Pengalaman menarik tentang pola pikir dan fakta tingkah laku masyarakat terhadap keanekaragaman hayati di wilayah lain dapat dijadikan pembiasaan literasi sekaligus penanaman karakter kepada peserta didik.

Wahana belajar keanekaragaman flora dan fauna yang terpusat pada satu tempat, seperti museum,perlu diupayakan. Salah satunya dengan pembangunan museum khusus keanekaragaman hayati yang dapat diakses secara kunjung langsung maupun kunjung museum dalam jaringan (daring/virtual).

Advertisement

Langkah ini dapat dijadikan suplemen kurikulum sebagai penguat karakter peduli lingkungan pada satuan pendidikan. Museum and Art Gallery of the Northern Territory (MAGNT) atau Museum dan Galeri Seni Australia Utara dapat ditiru.

Sampah menjadi salah satu ancaman terbesar kelangsungan keanekaragaman hayati. Keberadaan sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab utama pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pengelolaan sampah tak bisa dibebankan oleh salah satu pihak, seperti Dinas Lingkungan Hidup.

Sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat adalah kuci utama pengelolaan sampah. Semua anggota masyarakat harus benar-benar sadar dan paham tentang tata kelola sampah. Bank sampah di beberapa daerah di Indonesia menjadi contoh gerakan sadar lingkungan.

Pemilik usaha dapat berperan serta mengurangi sampah. Di Australia Utara setiap kemasan minuman, baik botol plastik maupun kaleng, diberi tanda 1 C atau satu sen. Penduduk setempat dapat menukar kemasan tersebut dengan dolar Australia. Sampah tersebut selanjutnya didaur ulang dan diubah menjadi produk furnitur maupun produk lain.

Kesadaran mengelola sampah juga dikembangkan dan diintegrasikan dalam kurikulum di sekolah. Pembelajaran berbasis proyek dengan menghasilkan produk daur ulang dapat mengembangkan keterampilan peserta didik untuk berwirausaha di bidang industri kreatif.

Peserta didik dapat berlatih memecahkan permasalahan dan berupaya memanfaatkan berbagai peluang usaha melalui penerapan kreativitas dan keinovasiannya. Saba kebon, pembelajaran berbasis proyek, dan ditunjang pengadaan museum khusus keanekaragaman hayati menjadi terobosan merealisasikan konservasi lingkungan pada institusi pendidikan.

Advertisement

Peduli lingkungan yang tertanam sejak dini tentu akan menumbuhkan pandangan dan sikap akan pentingnya konservasi lingkungan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 November 2023. Penulis adalah guru SDN 3 Punduhsari, Manyaran, Wonogiri, Jawa Tengah)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif