Kolom
Rabu, 3 Januari 2024 - 12:35 WIB

Be Happy, Hidup Ini Sangat Indah dan Berharga

Astrid Prihatini Wd  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Astrid Prihatini W.D. (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Aneka peristiwa yang mewarnai 2023, antara lain, mahasiswa bunuh diri, suami membunuh istri, ayah membunuh empat anaknya, dan sebagainya membuat saya mengelus dada. Semua manusia, termasuk saya, pasti memiliki masalah hidup.

Berat atau ringan masalah sebetulnya tergantung pada bagaimana kita menyikapi. Seberat apa pun masalah, sekeras apa pun tekanan yang kita hadapi di dunia kerja maupun lingkungan sekitar, selama mental kita kuat dan sehat, kita akan baik-baik saja.

Advertisement

Mumpung saat ini masih awal 2024, tidak ada salahnya memasukkan kesehatan mental sebagai salah satu resolusi atau tujuan hidup. Kelihatannya sepele. Kesehatan mental sebenarnya sangat memengaruhi manusia.

Masih banyak yang mengabaikan kesehatan mental ini. Menurut WHO, definisi kesehatan mental adalah keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuan, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi pada komunitas.

Ini komponen integral dari kesehatan dan kesejahteraan yang mendasari kemampuan individu dan kolektif untuk mengambil keputusan, membangun hubungan, dan membentuk dunia tempat kita tinggal.

Advertisement

Kesehatan mental adalah hak asasi manusia yang mendasar. Penting untuk pengembangan pribadi, komunitas, dan sosial-ekonomi. Kesehatan mental lebih dari sekadar tidak ada gangguan mental.

Penyakit ini berada dalam kontinum kompleks, yang dialami secara berbeda dari satu orang ke orang lain, dengan tingkat kesulitan dan tekanan yang berbeda-beda, serta potensi hasil sosial dan klinis yang sangat berbeda.

Kondisi kesehatan mental mencakup gangguan mental dan disabilitas psikososial serta kondisi mental lainnya yang terkait dengan tekanan signifikan, gangguan fungsi, atau risiko melukai diri sendiri.

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kondisi kesehatan jiwa seseorang dikategorikan menjadi dua, yaitu orang dengan masalah kejiwaan (ODMK)  dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Advertisement

ODMK yaitu orang yang memiliki masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan kejiwaan.

ODGJ yaitu orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia.

Ada pula gangguan jiwa berat, yaitu gangguan jiwa yang ditandai terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk yang memiliki gejala halusinasi, ilusi, waham (suatu keyakinan yang tidak rasional/tidak masuk akal), gangguan proses dan kemampuan berpikir, serta tingkah laku yang aneh.

Prevalensi ODGJ di Indonesia sekitar 20% dari 250 juta jiwa pendudu. Mereka belum memiliki layanan kesehatan jiwa yang aksesibel hingga di tingkat provinsi, yang menunjukkan tidak semua orang dengan masalah gangguan jiwa mendapatkan pengobatan yang seharusnya.

Advertisement

Jumlah psikiater sebagai tenaga profesional untuk pelayanan kesehatan jiwa hanya 1.053 orang. Artinya satu orang psikiater melayani sekitar 250.000 penduduk. Penyelesaian masalah kesehatan jiwa di Indonesia juga terkendala stigma dan diskriminasi.

Salah satu contoh kisah ODGJ bernama Bu Dini asal Purwakarta, Jawa Barat. Perempuan tersebut sampai melahirkan anak dan anggota keluarganya tidak ada yang peduli. Akhirnya, Bu Dini dan sang anak yang diberi nama Nayla, dirawat seorang perempuan bernama Pratiwi Noviyanthi.

Kepedulian Pratiwi Noviyanthi terhadap ODGJ diunggah di media sosial. Ia pernah diundang menjadi bintang tamu di podcast Denny Sumargo. Gangguan kesehatan mental juga bisa menyebabkan bunuh diri.

Angka bunuh diri di Indonesia  pada Januari-Juni 2023, menurut laporan Polri, 663 kasus. Angka tersebut meningkat 36,4% dibandingkan periode yang sama pada 2021 (486 kasus). Provinsi dengan angka bunuh diri tertinggi adalah Jawa Tengah (253), Jawa Timur (128), Bali (61), dan Jawa Barat (39).

Advertisement

Kasus bunuh diri mayoritas dipicu gangguan kesehatan mental dengan beragam persoalan, seperti kekerasan berbasis gender, perundungan, kekerasan siber dengan berbagai modus, penyakit sulit disembuhkan, tekanan ekonomi, dan lain sebagainya.

Memasukkan kesehatan mental sebagai resolusi tahun baru saya rasa sangat penting. Kita semua rentan mengalami gangguan kesehatan mental mulai dari yang ringan seperti stres dan gangguan kecemasan (anxiety).

Untuk menjaga kesehatan mental, sebaiknya dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Jika mental kita sehat dan kuat, kita bisa mengembangkan kepedulian ke lingkungan terkecil, yaitu keluarga, hingga tetangga di sekitar rumah seperti yang dilakukan Pratiwi Noviyanthi.

Ada sejumlah cara menjaga kesehatan mental kita. Yang pertama, hiduplah dengan berkesadaran. Ingat istilah dalam bahasa Prancis carpe diem yang artinya nikmatilah hari ini.

Ya, jadilah makhluk be present moment. Tidak perlu meratapi masa lalu yang tinggal sejarah dan tidak perlu pula mengkhawatirkan masa depan yang belum datang.Jangan membebani pikiran dengan hal-hal yang belum terjadi.

Saya yakin jika kita melakukan persiapan sebaik mungkin pada hari ini untuk masa depan kita, niscaya hal-hal yang kita khawatirkan bisa kita eliminasi. Jika kita mengkhawatirkan kehidupan pada hari tua, misalnya, ya sebaiknya kita persiapan pada hari ini.

Advertisement

Hal itu bisa meminimalkan kecemasan terhadap masa depan kita. Kedua, berhenti membandingkan. Hindari membandingkan diri kita dan hidup kita dengan orang lain. Bandingkan saja kemajuan diri sendiri, misalnya 10 tahun yang lalu saya seorang pemalu, sekarang saya berubah menjadi pribadi yang lebih percaya diri.

Ketiga, tersenyum dan ucapkan terima kasih untuk semua hal menyenangkan maupun tidak menyenangkan dalam hidup kita. Dengan begitu, hati dan pikiran terasa lebih ringan.

Saya ingat salah satu pesan guru yoga saya saat kami harus melakukan pose yoga cukup sulit. Dia hanya berpesan,”Ayo tersenyum sebab dengan tersenyum semua hal berat akan terasa ringan.”

Keempat, curahnan isi hari, curhatlah. Jika memang merasa overload, tidak ada salahnya curhat. Curhat kepada Tuhan, sahabat, pasangan hidup, atau buku diary bisa mengurangi beban di pikiran. Jadi mari lebih peduli terhadap kesehatan mental kita. Namaste

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 2 Januari 2024. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif