Kolom
Selasa, 20 Juni 2023 - 21:05 WIB

Bot dalam Ticket War

Astrid Prihatini Wd  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Astrid Prihatini WD (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Dua  kali ikut ticket war konser Coldplay di Jakarta, dua kali pula saya kalah dan menyadari betapa naifnya saya pada era teknologi secanggih ini. Saya ”maju perang” hanya mengandalkan kecepatan akses Internet.

Sistem pembelian tiket konser Coldplay sebenarnya tertata baik, urutannya jelas, tidak terjadi error system. Pertama-tama calon pembeli menuliskan alamat web terlebih dahulu, yaitu coldplayinjakarta.com.

Advertisement

Setelah gate dibuka pada pukul 10.00 WIB, tombol buy public on-sale tickets bisa diklik calon pembeli.  Proses selanjutnya calon pembeli mencentang captcha, lalu masuk ke waiting room.

Sistem captcha ini sebenarnya filter untuk membedakan apakah mereka yang masuk itu manusia atau robot. Kenapa harus masuk waiting room terlebih dahulu dan tidak langsung mengakses tiket? Supaya server atau peladen utama tidak down, tidka tumbang.

Ibarat pemilik restoran tahu hanya mampu menampung 100 orang. Agar restoran tidak ambruk atau terjadi chaos saat diserbu sejuta pengunjung pada waktu bersamaan, pemilik restoran menyewa ruangan atau rumah di dekat restoran dan menempatkan petugas di situ.

Advertisement

Pengunjung yang datang diarahkan masuk waiting room terlebih dahulu, disuruh menunggu, lalu dipanggil sesuai kapasitas restoran. Dengan cara seperti ini, restoran tetap aman. Penyedia tiket konser Coldplay di Jakarta menyewa pihak ketiga, yaitu Cloud Flare, untuk menyediakan waiting room.

Saat berada di waiting room calon pembeli bisa memantau antrean di depan mereka sekaligus memantau perubahan stok tiket, apakah masih available, full booked, atau sold out. Yang bikin ketar-ketir adalah ketersediaan tiket cepat sekali berubah dari available lalu berubah menjadi full booked, sementara antrean di depan tidak berkurang.

Tiga jam berada di waiting room, akhirnya saya berhasil mengakses tiket dan seluruh kategori tiket sudah terjual habis sehingga tidak bisa diklik lagi. Berperang melawan bot, saya jelas enggak mungkin menang, kecuali saya punya stok keberuntungan segudang.

Mengutip amazon.com pada Selasa (13/6/2023), bot adalah aplikasi perangkat lunak otomatis yang melakukan tugas berulang melalui jaringan. Mengikuti instruksi khusus untuk meniru perilaku manusia, tetapi lebih cepat dan lebih akurat.

Advertisement

Dirangkum dari Radware, jenis bot secara sederhana ada dua, yaitu bot baik dan jahat. Bot baik biasanya bermanfaat untuk sebuah web, misalnya untuk pengoptimalan mesin telusur yang sering disebut search engine optimization atau SEO, agregasi informasi, hingga analitik pasar.

Jenis bot buruk sering kali digunakan organisasi atau individu untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa yang termasuk ke dalamnya mulai adalah scraper bots, spam bots, dan scalper bots. Scalper bots atau bot tiket ini paling sering menargetkan situs penjualan tiket untuk membeli ratusan tiket secepat mungkin setelah pemesanan dibuka.

Bagi mereka yang ingin mendapatkan keuntungan banya bisa menjualnya lagi dengan harga berkali-kali lipat dibandingkan harga normal. Fenomena ini benar-benar terjadi setelah tiket konser Coldplay ludes terjual, banyak calo menawarkan tiket dengan harga berkali-kali lipat.

Penjahat Patologis

Tiket kategori ultimate experience (CAT 1) seharga Rp11 juta dijual seharga Rp60 juta. Sedangkan di salah satu marketplace, tiket kategori CAT 1 ini ditawarkan seharga Rp30 juta. Praktik penggunaan bot dalam ticket war sebenarnya bukan hanya terjadi saat penjualan tiket konser Coldplay.

Advertisement

Praktik ini juga terjadi di penjualan tiket secara online untuk pertunjukan musik lainnya atau pertandingan olahraga. Pemakaian bot dalam ticket war jelas mencederai dan merugikan konsumen. Praktik ini tidak memenuhi fair trade.

Akibat praktik ini, banyak konsumen dirugikan. Mereka tidak mendapatkan hak mereka, yaitu bisa membeli tiket sesuai harga penawaran resmi. Bagi penyedia tiket online sebenarnya pemakaian bot ini juga jadi tantangan tersendiri.

Mereka perlu membangun sistem tangguh agar tidak mudah disusupi bot. Sebenarnya apabila web dilapisi captcha sudah berguna untuk menghentikan bot agar tidak mengganggu server web , namun fakta mneunjukkan saat ticket war konser Coldplay di Jakarta kemarin, sistem masih bisa dibobol bot.

Penyedia tiket online tak hanya harus memperkuat sistem online, melainkan juga perlu memperketat regulasi bagi pembeli sebagai upaya antisipasi jika sistem online mereka  dibobol bot. Penyedia tiket bisa menerapkan aturan satu KTP dan satu alamat e-mail hanya bisa membeli maksimal dua lembar tiket.

Advertisement

Cara berikutnya, penyedia tiket bisa menerapkan sistem membership seperti diterapkan dalam konser artis K-pop. Cara ini juga dipakai penyedia tiket konser Coldplay di Singapura pada 2024 mendatang. Mereka yang sudah terdaftar akan mendapatkan e-mail berisi private link.

Cara seperti ini setidaknya bisa meminimalkan calo yang hendak memborong tiket melalui bot. Pemerintah perlu turun tangan membangun ekosistem sehat dalam penjualan tiket secara online, misalnya dengan mengeluarkan regulasi tentang pemakaian bot dalam ticket war.

Di sejumlah negara, praktik pemakaian bot dalam pembelian tiket online dianggap sebagai tindakan ilegal. Bot tiket dianggap ilegal di Amerika Serikat pada 2016 saat Kongres Amerika Serikat meloloskan  Undang-undang Penjualan Tiket Daring yang Lebih Baik.

Undang-undang tersebut melarang pembelian tiket suatu acara dengan menghindari langkah-langkah keamanan dan melanggar aturan pembelian yang dibuat oleh penerbit tiket.  Undang-undang ini melarang penjualan kembali tiket yang dibeli secara ilegal.

Pada 2017, Inggris mengeluarkan undang-undang yang  melarang penggunaan bot tiket  untuk melebihi batas pembelian tiket dan mewajibkan penjual sekunder memberikan nomor tiket unik dengan perincian tempat duduk atau lokasi berdiri.

Pada 2017, Ontario mengesahkan Undang-undang Penjualan Tiket  yang melarang penjualan kembali tiket lebih dari 50% di atas nilai nominal dan melarang penjualan kembali tiket yang dibeli dengan sengaja oleh bot.

Advertisement

Kemajuan teknologi memang memudahkan hidup kita, namun kita juga harus ingat perkataan Albert Einstein bahwa kemajuan teknologi seperti kapak di tangan seorang penjahat patologis. Kendalinya tetap di tangan manusia, bukan robot atau komputer.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 Juni 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif