Kolom
Senin, 21 Desember 2015 - 07:40 WIB

GAGASAN : Kejutan-Kejutan dari Facebook

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hasan Zein Mahmud (Dok/JIBI/Solopos)

Gagasan Solopos, Jumat (18/12/2015), ditulis Hasan Zein Mahmud. Penulis adalah anggota Tim Ekselensi Learning Center & Advisory setta pengajar di Kwik Kian Gie School of Business.

Solopos.com, SOLO — Berita tentang rencana Mark Zuckerberg  mendonasikan 99% kekayaan pribadinya, yang kini bernilai US$45 miliar, ke yayasan karitas (private foundation) menuai cukup banyak kontroversi.

Advertisement

Kontroversi itu tidak hanya muncul di Amerika Serikat (AS), tapi juga menyebar di kalangan pengguna Facebook di dunia ini. Di akun seorang kawan saya terjadi diskusi ramai tentang motif donasi tersebut.

Kontroversi menjadi makin tajam karena pada saat bersamaan multimiliarder muda dengan wajah baby face itu sedang menjalani cuti panjang dalam rangka menyongsong kelahiran anak pertamanya.

Seperti juga di AS, beberapa kawan saya di negeri ini yang aktif di Facebook menganggap motif utama keputusan Mark adalah menghindari pajak (tax shield). Mark Zukerberg membantah tudingan itu dengan mengatakan this isnt correct. We will pay tax just like everyone else.

Advertisement

Donasi raksasa itu, kalau jadi dilaksanakan, secara ekonomis akan menyeret Mark dan istrinya, Priscilla Chan, kembali ke kelas menengah AS. Motif penghindaran pajak memang tak sepenuhnya beralasan.

Undang-Undang Internal Revenue Code di AS membedakan private foundation dengan public charities atau community foundation. Private foundation adalah yayasan yang didanai perorangan, keluarga, atau perusahaan.

Sedangkan community foundation adalah kelompok nirlaba yang mengumpulkan dana dari masyarakat luas. Private foundation terkena aturan pajak yang cukup ketat, antara lain, misalnya, status bebas pajaknya tidak berlaku bila yayasan melakukan kegiatan yang mendapat dukungan dana dari masyarakat, seperti rumah sakit dan sekolah.

Ada daftar panjang restriksi suatu private foundation agar memperoleh status tax exempted, misalnya tidak boleh ada bisnis langsung antara yayasan dengan kontributor utama atau afiliasinya; jumlah minimal yang harus didistribusikan setiap tahun untuk tujuan karitas; batasan pemilikan maksimum pada unit usaha bermotif laba; investasi tidak boleh dilakukan di bidang-bidang yang bertentangan dengan tujuan pembebasan pajak; dan banyak lagi.

Advertisement

Urusan niat memang domain hati masing-masing orang. Boleh jadi Mark diilhami oBill Gates yang membuktikan adagium semakin banyak memberi semakin kaya.

Sejak 2000, Bill menyumbangkan tidak kurang dari US$30 miliar kekayaannya melalui Bill & Melinda Gates Foundation dan toh tetap menjadi manusia terkaya di dunia versi Forbes pada 2014.

Facebook boleh jadi merupakan perusahaan yang menyodorkan ”kejutan” paling banyak beberapa tahun terakhir. Saya berhasil menemukan—dengan bantuan mesin pencari di Internet–beberapa di antaranya.

Beberapa hal itu antara lain kenaikan saham Facebook di 2014 telah menobatkan Mark Zuckerberg sebagai orang yang memperoleh peningkatan kekayan paling besar di dunia, dengan kanaikan US$15,2 miliar selama setahun.

Advertisement

Kenaikan harga saham Facebook terus berlanjut di 2015 ini. Di tengah tren Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang nyaris flat, saham Facebook  sampai pertengahan Desember sudah naik 35%.

Harga saham tersebut telah mengantarkan kapitalisasi Facebook menjadi hampir US$300 miliar, peringkat ke-7 di AS, menyalip General Electric dan Johnson & Johnson.

Kinerja saham Facebook tersebut memang ditunjang kinclongnya penampilan usaha perusahaan. Selama 12 bulan terkahir, Facebook mencatat keuntungan US$2,8 miliar dari pendapatan US$ 15,9 miliar. Dengan profit margin 18%, Facebook sudah melampaui Microsoft untuk mengejar Apple dan Google.

Kisah initial public offering (IPO) Facebook tiga tahun lalu adalah cerita kegagalan. Saya kutip catatan itu. Back in 2012, when Facebook went public, its future didnt seem nearly as rosy as it turned out to be. The thoroughly hyped IPO, you may recall, was a fiasco marred by technical glitches and trading oddities. Lawsuits ensued. The shares plunged right off the bat and within a couple of months were trading at barely half the US$38 listing price. [Baca selanjutnya: Faktor Penentu]

Advertisement

Faktor Penentu

Kewirausahawanan Mark Zuckerberg sangat boleh jadi merupakan faktor penentu di balik transformasi yang luar biasa itu. Kemampuan melihat peluang, keberanian mengambil risiko, pengambilan keputusan pada saat yang tepat, dan kesungguhan dan keyakinan dalam mengimplementasikan gagasan ke dalam realitas bisnis merupakan akar yang menentukan kualitas entrepreneurship seorang pemimpin usaha.

Salah satu kejelian Mark terbukti jelas ketika ia memutuskan memerhatikan smartphone dan telepon mobil lainnya dan mengubah hierarki prioritas pengembangan desain produk dan jasa dari berorientasi pada desktop ke mobile phones.

Kini dari 1,6 miliar pengguna Facebook, 1,4 miliar atau 88% menggunakan Facebook melalui mobile devices. Sekitar 660 juta pengguna perangkat mobil tersebut juga melakukan log in melalui komputer, tapi 730 juta lainnya sepenuhnya mengandalkan mobile devices.

Tiga perempat (75%) pendapatan Facebook berasal dari iklan untuk segmen mobile ini.  Kejelian yang lain terlihat dari keputusan Mark mengakuisisi Instagram dengan harga US$1 miliar pada 2012, lebih dari dua kali lipat nilai perusahaan pada saat itu.

Keputusan itu merupakan keputusan tunggal Mark dalam manajemen Facebook.  Kini photo-sharing company tersebut diperkirakan bernilai US$22 miliar, lebih 20 kali lipat nilai akuisisinya tiga tahun lalu.

Advertisement

Susahnya akses ke Facebook sama sekali tidak mengurangi pertumbuhan minat para pengguna dan calon pengguna. Meningkatanya jumlah pemakai Internet secara eksponensial telah membuat akses ke berbagai media sosial menjadi lamban, tidak jelas, bahkan sering diikuti oleh distorsi pesan.

Facebook termasuk yang paling menderita. Akses menjadi sangat ”lemot”, terutama untuk mengunggah gambar dan foto, tapi para facebookers tak pernah berhenti. Sambil menjambak rambut mereka terus berusaha, bahkan dengan empati yang makin besar terhadap perusahaan ajaib ini. (JIBI/Bisnis Indonesia)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif