Kolom
Kamis, 14 Januari 2016 - 12:30 WIB

GAGASAN : Orang Hilang dan Gerakan Sempalan

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tundjung W. Sutirto (Dok/JIBI/Solopos)

Gagasan Solopos, Kamis (14/1/2016), ditulis Tundjung W. Sutirto. Penulis adalah pemerhati budaya dan dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret.

Solopos.com, SOLO — Hari-hari ini ramai diperbincangkan maraknya orang hilang, bahkan disebut-sebut hilangnya secara misterius. Lantas muncul berbagai dugaan spekulatif bahwa orang yang hilang misterius itu pergi bergabung dengan organisasi tertentu.

Advertisement

Organisasi tertentu itu baik di tingkat internasional seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau gerakan lain di Indonesia seperti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Berbagai kasus orang hilang juga dikait-kaitkan dengan jaringan teroris.

Yang menarik untuk dikaji adalah aspek diakronis orang hilang dan kemudian dikaitkan dengan gerakan sempalan. Merujuk kasus yang aktual seperti hilangnya dr. Rica Tri Handayani beserta anaknya, ternyata hendak bergabung dengan organisasi Gafatar yang telah bertransformasi menjadi gerakan Negara Karunia Tuhan Semesta Alam (NKTSA).

Yang perlu dicermati adalah suami dr. Rica tidak pernah tahu istrinya itu akan hilang karena hendak bergabung dengan Gafatar, walaupun latar belakang dr. Rica konon sebelumnya pernah ikut organisasi Gafatar dan kemudian berhenti setelah menikah.

Advertisement

Ada suatu sistem yang rapi dan terorganisasi yang dilakukan oleh Gafatar dalam merekrut anggota. Seorang suami sampai tidak mengetahui istrinya berhubungan dengan Gafatar. Asumsinya proses perekrutan dan komunikasi yang dilakukan Gafatar untuk menjaring anggota benar-benar berpola silent operation.

Dalam konteks keluarga saja sampai tidak tahu kalau anggota keluarga itu ikut jaringan organisasi Gafatar. Hanya tanda-tanda perubahan perilaku yang aneh yang ditunjukkan oleh anggota keluarga yang bisa ditelaah, seperti tidak lagi melaksanakan salat, tak mau berpuasa, dan meninggalkan syariat lainnya.

Jamaknya, sebelum bergabung Gafatar sebenarnya termasuk orang yang taat beribadah. Lantas orang menduga bahwa perubahan perilaku bersyariat itu terjadi dalam sebuah proses yang intensif dan tersembunyi sehingga tidak dirasakan gejalanya secara perlahan. Seolah-olah semua terjadi secara radikal dan tiba-tiba menjadi asing di lingkungan keluarga.

Kolega di tempat kerjanya juga tidak menduga ada sejawatnya yang hilang secara misterius setelah lebih dari sebulan tidak masuk kerja. Ini seperti kasus dua orang karyawan Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta yang hilang secara misterius.

Advertisement

Kemudian seorang mahasiswi Universitas Sebelas Maret Solo juga dikabarkan hilang dan belum diketemukan. Mungkin ada banyak orang yang hilang tetapi keluarga tidak melaporkan dengan alasan merasa malu apabila diperbincangkan oleh publik.

Yang pasti kalau ada orang-orang dekat sampai bersaksi tentang ketidaktahuan ihwal keleterlibatan orang-orang yang dikenal dengan baik maka patut diduga proses perekrutan oleh Gafatar dilakukan dengan detail. [Baca selanjutnya: Pertukaran Sosial]Pertukaran Sosial

Untuk mengajak orang pergi dari keluarganya atau tempat kerjanya pastilah ada suatu mekanisme yang dalam sosiologi disebut sebagai teori social exchange (pertukaran sosial). Dalam pertukaran sosial seseorang berinteraksi dalam konteks reward dan punishment.

Orang akan mengulang atau mengikuti sebuah interaksi sosial berpola apabila ada reward (ganjaran). Sebaliknya, orang akan enggan mengikuti sebuah interaksi jika yang didapatkan adalah punishment (hukuman).

Advertisement

Jika menggunakan kerangka teori seperti itu, Gafatar pastilah telah memberikan atau menjanjikan ganjaran kepada orang-orang yang akan direkrut. Dari sekian ganjaran yang ditawarkan tentu yang paling mendasar adalah soal ideologi yang bersifat eskatologis, yaitu sebuah ideologi pencerahan yang akan membawa pada sebuah masa yang lebih baik daripada saat ini.

Saya sependapat jika ada yang mengatakan gerakan yang mampu mengubah perilaku seseorang secara radikal menyimpang dari mainstream maka gerakan tersebut disebut sebagai ”gerakan sempalan”.

Jika doktrin Gafatar itu membolehkan anggotanya untuk tidak salat dan tidak puasa tentu dapat dikategorikan sebagai gerakan sempalan tersebut. Di beberapa daerah Gafatar dinyatakan sebagai organisasi terlarang, termasuk di Kota Solo.

Istilah gerakan sempalan kali pertama diperkenalkan oleh Abdurahman Wahid alias Gus Dur untuk terjemahan kata splinter group. Gerakan sempalan atau konotatif dengan aliran sesat di Indonesia cenderung dianggap mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Advertisement

Sepanjang sejarah munculnya gerakan sempalan di Indonesia selalu kandas sebelum mencapai misi substansialnya. Intervensi pemerintah terhadap gerakan sempalan dengan pelarangan atau pengharaman sampai pembubaran terjadi dalam model siklus.

Ketika sebuah gerakan dinyatakan haram atau dilarang maka diikuti dengan pembubaran dan penangkapan paar tokohnya sampai proses di pengadilan. Gerakan sempalan juga selalu muncul selayaknya siklus.

Sejak masa kolonial sampai era kemerdakaan sekarang ini sudah berderet aneka gerakan sempalan yang dilarang atau setidaknya diharamkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memosisikan diri sebagai representasi lembaga ortodoksi.

Gerakan sempalan yang pernah dilarang dan diharamkan mencakup nama-nama yang terkenal seperti Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), Islam Jamaah, kelompok Mujahidin Warsidi (Lampung), Ahmadiyah Qadian, Baha’i, Inkarus Sunnah, Darul Arqam (Malaysia), al-Qiyadah al-Islamiyah, Gerakan Usroh, Tarekat Mufarridiyah, Bantaqiyah,  Lia Eden, dan lain-lain.

Semangat keagamaan yang tinggi disertai kebutaan memahami dasar-dasar keagamaan yang dimiliki oleh pengikut gerakan sempalan itulah yang menjadikan penyebab utama lahirnya gerakan sempalan. Mereka pasti idealis dan militan.

Mereka sangat mudah menilai bangunan sosial yang berwujud negara yang menurut mereka dipimpim oleh orang-orang zalim yang perlu dilawan. Sosok pemimpin gerakan sempalan dianggap sebagai juru selamat yang akan membawa kepada masa keemasan atau kejayaan umat.

Advertisement

Ini seperti Gafatar yang menganggap Ahmad Muzadeq sebagai mesias. Mereka hadir di tengah-tengah masyarakat takala negara mengalami krisis kewibawaan. Di samping itu, mereka juga menilai modernisasi dan monetisasi ekonomi yang kapitalistik perlu diubah dengan radikalisme pencerahan yang konstruksi sosialnya mereka ciptakan sendiri sesuai pemahaman ideologi mereka.

Jika akhir-akhir ini dikabarkan semakin banyak orang hilang dan diduga ikut gerakan Gafatar yang telah menjelma menjadi NKTSA, sebenarnya ada jurang jeda komunikasi antara mainstream dengan kalangan muda yang idealis dan tidak aspirasi mereka tak tersalurkan.

Banyak orang hilang dari kalangan mahasiswa dan terpelajar serta tidak sedikit yang telah bekerja karena mereka sedang mencari pencerahan. Sistem reward  yang diberikan dan dijanjikan oleh gerakan sempalan menjadi daya tarik untuk bergabung secara total tanpa reserve.

Cara yang paling ampuh untuk mencegah peristiwa orang hilang bergabung dengan gerakan sempalan adalah meningkatkan kontrol sosial di lingkungan keluarga, komunitas, lembaga pendidikan, dan tempat kerja agar dapat dideteksi secara dini perubahan perilaku anggotanya yang akan menyimpang atau menyempal tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif