Kolom
Minggu, 5 Juni 2016 - 04:00 WIB

GAGASAN : Puasa Meningkatkan Produktivitas

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ali Mursyid W. M. (Istimewa)

Gagasan Solopos, Sabtu (4/6/2016), ditulis Ali Mursyid W.M. Penulis adalah Guru Besar Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Solopos.com, SOLO — Ramadan selalu ditunggu-tunggu kedatangannya oleh kaum muslim. Salah satu penyebabnya adalah hikmah. Orang yang menjalankan ibadah puasa akan mendapatkan hikmah sangat luar biasa.

Advertisement

Puasa disyariatkan untuk orang beriman agar mencapai derajat takwa (QS Al Baqarah: 183). Derajat ini mengantarkan manusia kepada kesuksesan tak terhingga; tak terhingga besarnya, tak terhingga rentang waktunya (dunia-akhirat). Muara kesuksesan tak terhingga adalah rida Allah SWT dan surga.

”Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rab-mu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka, masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS Al Fajr: 27-30).

Ramadan mempunyai hikmah utama rohaniah dan menghasilkan hikmah jasmaniah yang merupakan efek samping bagi yang menjalankannya. Seperti halnya orang sakit batuk meminum obat batuk.

Advertisement

Tujuan utama minum obat batuk tentu agar batuknya sembuh. Orang yang minum obat batuk akan merasakan efek samping: mengantuk. Efek samping ini kemudian membuat orang bisa beristirahat dengan tenang dan proses penyembuhan lebih efektif.

Dengan kata lain, hikmah jasmaniah pada orang yang menjalankan puasa bisa lebih mengefektifkan proses pembentukan insan bertakwa. Puasa dengan tubuh manusia mempunyai keterkaitan yang korelatif. “Puasalah kalian niscaya kalian akan sehat” (HR Ibnu As-Sunniy dan Abu Nu’aim).

Di dalam khazanah kesehatan atau perspektif medis modern banyak tulisan maupun penelitian yang memaparkan mengenai manfaat puasa bagin kesehatan. Puasa berhubungan dengan pencernaan.

Puasa berarti menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, dan berhubungan suami-istri dengan rentang waktu yang terjadwal. Keteraturan aktivitas berdampak pada proses fisiologi tubuh yang menyesuaikan dengan jadwal aktivitas manusia.

Advertisement

Tubuh ini mempunyai jam biologis, dalam bahasa lain disebut biorithmic. Kalau biasanya kita makan siang sekitar pukul 12.00, pada waktu-waktu tersebut asam lambung disekresikan ke lambung yang kemudian menimbulkan rasa lapar sebagai tanda cairan pengolah makanan sudah siap.

Kasus penyakit lambung (mag) sering berpangkal pada ketidakharmonisan antara asam lambung yang sudah siap di lambung tetapi makanan yang harus diolah belum ada. Biasanya hal seperti ini terjadi pada orang yang makan tidak teratur.

Asam lambung merupakan zat kimia dengan sifat asam yang keras. Idealnya sifat asam ini untuk memproses makanan di lambung, namun ketika lambung kosong maka asam lambung akan memicu iritasi, bahkan luka di dinding lambung.

Lain halnya apabila puasa telah diniatkan. Jam biologi dalam tubuh secara otomatis berubah menyesuaikan niat sehingga sekresi enzim pencernaan dan asam lambung menyesuaikan jadwal puasa. Itulah dahsyatnya niat puasa yang kuat. Banyak pakar kesehatan menyatakan puasa tidak menyebabkan seseorang terserang penyakit mag. [Baca selanjutnya: Prestasi]Prestasi

Advertisement

Walaupun perintah puasa hanya bagi manusia, namun mekanisme biologi akibat puasa merupakan sunatulah yang berlaku bukan hanya untuk manusia. Ayam adalah salah satu makhluk Allah yang dapat dijadikan contoh. Ayam yang hidupnya tidak ada campur tangan manusia (misalnya ayam hutan yang hidup di hutan) adalah hewan yang gemar berpuasa secara instingtif.

Setahun sekali ayam hutan berpuasa sekitar dua bulan. Selama berpuasa ayam tidak bertelur dan bulunya rontok. Setelah masa puasa selesai, ayam terlihat lebih langsing, segar, dan produksi telur meningkat kembali.

Produksi telur pascapuasa bisa jauh melebihi produksi telur sebelum berpuasa. Sampai disini telah terungkap hikmah jasmaniah puasa juga dialami juga oleh ayam yang menjalankan puasa, yakni peningkatan kinerja/prestasi.

Bagaimana pengaruh puasa pada ayam piaraan dengan sistem intensif? Sistem intensif mempunyai ciri kehidupan ayam dilayani sehingga ayam akan memberikan outcome bagi pemiliknya. Ayam memperoleh tempat tinggal yang layak (kandang).

Advertisement

Makanan disediakan secara ad libitum; maksudnya persediaan selalu ada sehingga ayam bebas makan ketika timbul keinginan untuk makan. Domestikasi kehidupan ayam seperti ini menghilangkan insting berpuasa.

Tanpa puasa dan bulu rontok, produksi telur ayam semakin menurun. Apabila ayam menua dengan produksi telur tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, alias tidak untung, peternak akan mengklasifikasikannya sebagai ayam apkiran dan kemudian dijual.

Bisakah puasa dipaksakan pada ayam apkiran? Tentunya dengan harapan produksi telur meningkat kembali dan kembali memberikan keuntungan bagi peternak. Melalui penelitian intensif, dengan memodifikasi aktivitas alamiah puasa ayam liar, ternyata harapan agar produksi telurmeningkat kembali bisa menjadi kenyataan (Ali Mursyid dan Husodo, 2004; Ali Mursyid dkk., 2008a dan Ali Mursyid dkk., 2008b).

Penelitian tersebut prinsipnya memaksa ayam berpuasa hingga tidak bertelur dan bulunya rontok. Perlakuan seperti ini sering disebut force lolting metode puasa.

Penerapan teknologi force molting dalam penelitian ini adalah memaksa ayam berpuasa makan selama enam hari dan dilanjutkan dengan memberikan pakan dalam jumlah terbatas, yaitu berupa jagung giling sebanyak 50 gram/ekor/hari selama 29 hari.

Setelah itu, ayam kembali diberi pakan komplit tanpa pembatasan jumlah. Pakan komplit adalah campuran jagung, dedak halus, dan konsentrat petelur dengan komposisi nutrien sesuai kebutuhan ayam yang sedang berproduksi telur.

Advertisement

Pengamatan dilakukan terhadap kinerja ayam mulai dari sebelum pemberian perlakuan teknologi force molting, selama perlakuan, sampai sesudah perlakuan. Selain itu ada sekelompok ayam apkiran yang tidak diberi perlakuan force molting sebagai kontrol pembanding.

Dari pengamatan ditemukan fenomena yang luar biasa. Rata-rata produksi telur harian ayam apkiran yang tidak mendapatkan perlakuan teknologi force molting hanya 59,4%, sementara yang mendapatkan perlakuan teknologi force molting 70,8%.

Efisien

Data ini memberikan gambaran cukup jelas bahwa ayam apkiran yang dipaksa berpuasa terbukti mampu meningkatkan kinerja produksi telurnya. Efisiensi pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan telur juga meningkat dari 38,9% menjadi 44,8%.

Rata-rata bobot telur relatif tidak berubah, dari 69,07 menjadi 67 gram. Sementara rata-rata bobot kulit telur dan tebal kulit telur tidak mengalami perubahan, yakni berbobot 7,57 gram dan ketebalan 0,03 mm.

Gambaran lebih rinci kondisi sebelum, pada saat, dan setelah perlakuan teknologi force molting metode puasa dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Produksi telur menurun drastis menjadi 0% pada pekan ke-3 atau pada akhir masa pemuasaan pakan.

Penurunan ini terjadi pada ayam yang menerima perlakuan force molting metode puasa. Pada ayam yang tidak menerima perlakuan force molting metode puasa, produksi telur relatif tetap pada kisaran 48%-68% dengan rata-rata 59,4%.

Pada pekan ke-7, ketika pakan komplit mulai kembali diberikan kepada ayam dengan jumlah yang tidak dibatasi, produksi telur mulai meningkat. Pekan ke-8 terjadi peningkatan produksi yang sangat cepat sampai tercapai puncak produksi pada pekan ke-10.

Pada pekan-pekan berikutnya produksi telur sedikit demi sedikit menurun hingga pada pekan ke-16 produksi telur berada pada tingkat 69%. Pada masa perlakuan teknologi force molting metode puasa, ayam hanya sedikit bergerak dan mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit.

Jumlah makanan tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal. Secara nutrisi, ayam mengalami kurang kalori protein (KKP). Lambat laun tubuh ayam tidak sanggup lagi menyintesis telur, artinya produktivitas menjadi 0.

Ayam bahkan tidak sanggup lagi mempertahankan bulu, sehingga mengalami rontok bulu (molting). Bulu adalah bagian tubuh ayam yang membutuhkan nutrisi protein karena bulu mengandung protein 80%. Bobot badan ayam juga mengalami penurunan drastis.

Cadangan lemak yang banyak terdapat pada rongga perut dan leher dibongkar untuk memenuhi kebutuhan energi ayam. Pada saat istirahat dari memproduksi telur dan bulu rontok terjadi refreshing pada organ pencernaan dan reproduksi ayam.

Setelah perlakuan force molting metode puasa, ayam mampu meningkatkan kembali produksi telur. Aktivitas organ reproduksi dalam menyintesis telur semakin baik karena lemak rongga perut yang menyelimuti organ reproduksi sudah dibongkar selama periode puasa.

Proses pencernaan juga semakin baik sehingga pakan yang terkonversi menjadi telur semakin efisien. Itulah bukti hikmah jasmaniah puasa pada ayam, yakni peningkatan kinerja/prestasi.

Sekarang marilah kita mengevaluasi diri, sudah berapa tahun kita menjalankan ibadah puasa? Sudahkah kinerja/prestasi kita meningkat? Malukah kita kepada ayam? Jangan-jangan kita ini memang memalukan karena dengan ayam saja kalah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif