Kolom
Senin, 30 Oktober 2023 - 09:30 WIB

Ilmu Titen, Data BMKG, dan Pencegahan Bencana

Tri Wiharto  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tri Wiharto (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Beberapa hari terakhir kita dihadapkan pada suhu panas. Suhu politik sedang panas, cuaca tak kalah panas. Saya tidak akan mengulas tentang suhu politik yang sedang panas menjelang Pemilu 2024.

Saya akan membahas tentang suhu panas yang sebenarnya, yaitu cuaca yang kita rasakan akhir-akhir ini terkait dengan mitigasi yang harus dilakukan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan mitigasi sebagai tindakan mengurangi dampak bencana.

Advertisement

Sebelum masyarakat luas mengetahui prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lewat kecanggihan teknologi, mereka terbiasa memetakan kondisi cuaca melalui ilmu titen alias kebiasaan.

Dulu ketika cuaca panas seperti akhir-akhir ini serta diikuti kondisi lembap yang membuat tubuh gerah berkeringat dan angin tak banyak berembus disertai gumpalan-gumpalan awan gelap, masyarakat memahami sebagai pertanda akan datang musim hujan.

Advertisement

Dulu ketika cuaca panas seperti akhir-akhir ini serta diikuti kondisi lembap yang membuat tubuh gerah berkeringat dan angin tak banyak berembus disertai gumpalan-gumpalan awan gelap, masyarakat memahami sebagai pertanda akan datang musim hujan.

Masyarakat segera mempersiapkan segala sesuatu untuk mapag udan (bahasa Jawa) atau menyambut musim penghujan. Para petani biasanya bersiap menanam jagung di tegalan atau mempersiapkan bibit padi (meski tidak tergesa-gesa) di sawah tadah hujan.

Sedangkan di lingkungan sekitar mereka, masyarakat terbiasa mempersiapkan rumah mereka menyambut musim hujan dengan mengecek kondisi genting maupun saluran air di rumah mereka. Tujuannya tentu menghindarkan mereka dari kebanjiran akibat rumah bocor.

Advertisement

Kesiapsiagaan mereka bangun sejak dini di lingkungan keluarga sebagai langkah antisipasi. Tanda-tanda awal musim hujan tahun ini telah muncul dalam beberapa hari terakhir.

Cuaca panas, tingkat kelembapan tinggi, gumpalan awan gelap muncul, kemudian hujan deras sesaat disertai angin kencang telah terjadi di sebagian wilayah Indonesia.

Bencana alam angin ribut yang mengakibatkan pepohonan tumbang telah melanda wilayah yang memasuki awal musim hujan, sebagai yang terjadi di Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, maupun Kota Solo dalam beberapa hari terakhir.

Advertisement

BMKG pada akhir September 2023 telah menyampaikan prediksi berdasarkan pengolahan data bahwa awal musim hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada Oktober hingga Desember 2023.

Jika dibandingkan dengan kondisi normal, awal musim hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mundur. Puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Januari-Februari 2024.

Berdasarkan prediksi BMKG tersebut, masyarakat tentu bisa mempersiapkan diri sejak sekarang dengan berbagai langkah mitigasi seperti yang biasa dilakukan secara turun-temurun maupun sesuai dengan imbauan pemerintah saat ini.

Advertisement

Ilmu titen masyarakat tempo dulu bisa dikolaborasikan dengan prediksi berdasarkan olah data modern untuk berbagai kebutuhan kita mempersiapkan diri dalam menghadapi awal musim hujan sekarang ini. Ilmu titen ini merupakan ilmu tradisional Jawa berupa kepekaan terhadap tanda-tanda atau ciri-ciri alam.

Ilmu titen biasanya digunakan untuk membaca gejala alam yang mendahului datangnya bencana. Dengan kemajuan teknologi digital sekarang yang begitu pesat sudah tak ada celah lagi bagi masyarakat tidak bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, salah satunya pemetaan kawasan bancana.

Ilmu titen tentang alam harus kita pertahankan dan apabila ditambah data riil berdasarkan teknologi tentu saja akan memberi ketenangan bagi kita dalam menentukan langkah tepat untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk pada awal musim hujan kali ini.

Selain langkah antisipasi, tak kalah penting bagi kita adalah punya akses terhadap lembaga penanganan bencana seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD, pemadam kebakaran, unit pencarian dan penyelamatan atau search and rescue atau SAR, maupun sukarelawan kebencanaan.

Simpanlah nomor telepon mereka yang bisa dihubungi. Ingat, bencana alam entah itu berupa angin ribut, pohon tumbang, banjir, maupun tanah longsor masih berpeluang melanda beberapa wilayah di Indonesia, tak terkecuali di sekitar kita.

Kolaborasi masyarakat dengan pemerintah dan semua pihak dalam mitigasi sangat dibutuhkan sehingga dampak buruk bencana bisa dihindari. Mari menyambut awal musim hujan dengan waspada sekaligus gembira.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 28 Oktober 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif