Kolom
Kamis, 7 Maret 2024 - 12:55 WIB

Indonesia Darurat Peduli Beras

Oriza Vilosa  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Oriza Vilosa (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Beras mahal. Beras ganti harga. Itu kata-kata yang sering terdengar belakangan ini. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan akan memasifkan program pompanisasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian demi ketahanan pangan Indonesia.

Air dari sungai, terutama di Jawa, akan dipompa agar bisa mengairi lahan persawahan. Fenomena dan dampak El Nino yang masih berlangsung, kata Amran, adalah alasan mendasar program itu harus bergulir.

Advertisement

Presiden Joko Widodo belum lama ini menyatakan dunia berubah. Dulu banyak negara yang mau mengirim—mengekspor—beras ke Indonesia. Kini Indonesia disebut susah payah melobi negara produsen beras agar mau mengirim beras ke Indonesia.

Negara-negara itu sedang pasang kuda-kuda menghadapi potensi krisis pangan global. Bank Dunia pada awal Februari 2024 melaporkan harga beras 26% lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya.

Advertisement

Negara-negara itu sedang pasang kuda-kuda menghadapi potensi krisis pangan global. Bank Dunia pada awal Februari 2024 melaporkan harga beras 26% lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya.

Apabila dibandingkan dengan pada Januari 2020, harga beras kini meningkat 51%. Mereka juga menyebut dampak El Nino dan pembatasan ekspor oleh India menyebabkan harga beras dunia naik.

Pernyataan Direktur Bisnis Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), Febby Novita, malah mencuri perhatian. Dia menyatakan harga beras dunia meningkat salah satunya gara-gara warga di Eropa beralih makan nasi dari sebelumnya mengonsumsi gandum.

Advertisement

Statista mencatat China sebagai konsumen beras tertinggi, sebanyak 149.920.000 metrik ton, disusul India sebanyak 118.000.000 metrik ton, Bangladesh sebanyak 37.600.000 metrik ton, Indonesia sebanyak 35.800.000 metrik ton, lalu disusul Vietnam, Filipina, Thailand, Burma, Jepang, dan Nigeria.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Thailand menjadi negara pengirim—pengekspor—beras terbesar ke Indonesia pada 2023, yakni sebanyak 1,38 juta ton. Vietnam menjadi eksportir beras terbesar kedua ke Indonesia, yaitu sebanyak 1,15 juta ton sepanjang 2023.

Pakistan dan Myanmar menjadi negara berikutnya, namun volume ekspor mereka masing-masing hanya 309.000 ton dan 141.000 ton. Beras memang menjadi makanan pokok orang Indonesia, namun sebenarnya tak hanya Indonesia yang tergantung pada beras.

Advertisement

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) atau Badan Pangan dan Pertanian Dunia, lebih dari 50% penduduk dunia bergantung pada beras. Kebutuhan penduduk dunia atas beras sebagai makanan pokok kini mencapai 80%. Sebanyak 95% pasokan beras dunia diproduksi negara berkembang.

Sayangnya, menurut FAO, pertumbuhan produksi beras melambat sejak 1990. Sumber daya lahan dan air untuk perluasan produksi beras global makin terbatas. Menurut BPS, luas panen padi pada 2023 sekitar 10,20 juta hektare.

Lahan seluas itu memproduksi 53,63 juta ton gabah kering giling. Jika dikonversi, produktivitas itu menyumbang 30,90 juta ton beras. BPS mencatat luas lahan padi juga berkurang 255.790 hektare pada 2023. Produktivitas gabah kering giling menurun sebanyak 1,12 juta ton (2,45%) dibanding tahun sebelumnya.

Advertisement

Kementerian Pertanian melalui Peta Jalan Pengembangan Komoditas Pertanian Strategis Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045 merancang skenario.

Skenario dalam peta jalan yang diterbitkan pada 2016 itu dimulai dari swasembada, daya saing, produksi melimpah dan stabil, ekspor, lalu menjadi lumbung pangan dunia yang ditandai dengan ekspor berkelanjutan.

Untuk urusan budi daya padi, peta jalan tersebut kini memasuki masa penguatan sistem produksi (2020-2024). Penguatan sistem yang dimaksud melalui kelembagaan, inovasi teknologi, rantai pasok, dan logistik. Semua pihak butuh jujur menilai cita-cita lumbung pangan apakah sudah berjalan di trek yang benar atau belum.

Dari sudut pandang lain, dalam masalah inflasi pangan Indonesia mendapat label biru muda dari Bank Dunia lewat Peta Inflasi Pangan. Label itu diberikan setelah pemutakhiran data pada Juni 2023. Inflasi pangan Indonesia diberi nilai 1,7 dan kategori

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif