Kolom
Jumat, 13 Oktober 2023 - 15:50 WIB

Jaga Mental, Jaga Institusi

Putut Anton Wahyudi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Putut Anton Wahyudi (Istimewa)

Sebagai seorang karyawan, banyak di antara kita yang menghabiskan waktu minimal 8 jam kerja atau 40 jam kerja seminggu untuk bekerja. Hal ini kita lakukan karena kehidupan yang kita jalani membutuhkan biaya yang harus dipenuhi dengan cara bekerja. Dalam Islam, bekerja ditempatkan sebagai jihad dan ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang halalan thayiban.

Dalam bekerja, banyak hal yang harus dihadapi oleh karyawan, diantaranya interaksi antar karyawan, deadline pekerjaan dan kebijakan institusi. Semua ini membentuk lingkungan kerja yang tidak jarang menimbulkan masalah atau konflik yang dapat mempengaruhi kesehatan mental karyawan. Kesehatan mental yang bermasalah membuat karyawan tidak bekerja secara profesional, tidak produktif dan berdampak negatif terhadap kinerja institusi.

Advertisement

Menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kesehatan mental atau kesehatan jiwa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Dapat diartikan bahwa seseorang dianggap mampu bertindak demi kebaikan dirinya. Seseorang mampu beradaptasi secara fisik maupun mental mengatasi perubahan sekitarnya sehingga bisa bertahan dan berubah menjadi lebih baik.

Advertisement

Dapat diartikan bahwa seseorang dianggap mampu bertindak demi kebaikan dirinya. Seseorang mampu beradaptasi secara fisik maupun mental mengatasi perubahan sekitarnya sehingga bisa bertahan dan berubah menjadi lebih baik.

Mengelola kesehatan mental sangatlah penting karena dapat mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Hanya saja tidak setiap orang mampu beradaptasi dan mampu mengelola perubahan dan tekanan-tekanannya. Mengelola kesehatan mental tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya kesehatan fisik, dukungan orang-orang sekitar, lingkungan keluarga dan support system dari institusi di mana dia bekerja.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis September 2023 oleh IPSOS, mengenai Global Health Service Monitor 2023, sebanyak 44% responden memiliki persepsi bahwa kesehatan mental menjadi masalah kesehatan yang paling dikawatirkan. Urutan kedua ditempati kanker dengan nilai 40%. Survei dilakukan di 31 negara termasuk Indonesia dengan jumlah responden 23.274 orang dewasa dengan umur 18-74 tahun.

Advertisement

Stigma ini memberikan dampak lebih buruk ke penderitanya, mereka lebih memilih untuk berdiam diri dan enggan untuk mencari pertolongan ke orang sekitar atau profesional seperti psikolog atau psikiater. Masalah kesehatan mental yang tidak segera tertangani mengakibatkan penderitanya bisa mengalami stress dan depresi yang berkepanjangan, penyakit-penyakit juga bisa bermunculan, seperti GERD, anxiety, gangguan tidur dan banyak penyakit lain.

Kembali ke dunia kerja, institusi yang baik adalah institusi yang tidak hanya menuntut karyawan mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi juga memiliki mental health awareness sehingga karyawan merasa aman dan nyaman. Institusi yang mendukung kesehatan mental melalui program dan kebijakan-kebijakannya serta dukungan kepada karyawan yang mengalami gangguan kesehatan mental dipastikan memiliki produktivitas yang tinggi.

Program Preventif

Bank Indonesia Solo adalah salah satu institusi yang memiliki perhatian terhadap kesehatan mental karyawannya. Support system berupa program preventif dan rehabilitatif dibuat untuk mendukung kesehatan mental karyawannya. Program ini tidak hanya bisa diakses dan dinikmati oleh karyawan organik saja, beberapa program juga bisa diakses oleh karyawan non organik. Sebut saja program SOSIS SOLO melalui tindakan preventif berupa edukasi mengenai kesehatan mental sehingga karyawan secara dini bisa mendeteksi melalui tanda dan gejala apabila dirinya mengalami gangguan mental.

Advertisement

Didalam program ini juga terdapat program curhat yang difasilitasi oleh pegawai organik yang telah tersertifikasi sehingga bisa memberikan alternatif solusi bagi karyawan yang membutuhkan dan tentunya terjamin kerahasiaannya. Selanjutnya program CAPSKUY, karyawan bisa mengambil cuti selama lima hari. Berhenti sejenak dari rutinitas kantor adalah cara jitu memulihkan kesehatan mental.

BI Solo juga menerapkan work life balance melalui program gathering keluarga yang memberikan kesempatan seluruh karyawan dan keluarganya untuk berekreasi sekaligus saling mengenal sehingga semakin nyawiji. Melalui program SERABI, kebugaran fisik juga menjadi perhatian BI Solo, program dan fasilitas olah raga bisa diakses oleh seluruh karyawan. Ketika berolah raga, tubuh mengeluarkan hormon endorfin yang mampu memberikan energi positif bagi tubuh yang bisa memelihara kesehatan mental.

Sebagai penutup, program dan kebijakan institusi yang mendukung kesehatan mental sebaiknya merupakan program yang integratif dan berkesinambungan serta didukung oleh semua pihak.

Advertisement

Tentunya kita masih ingat dengan slogan “Mens sana in corpore sano”, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, bagaimana kalau sekarang kita ganti dengan “Corpus sanum in mentem sanam”, tubuh yang sehat dalam jiwa yang sehat. Yuk selalu jaga kesehatan kita secara holistik.

Artikel ini merupakan Juara 1 Lomba Karya Tulis Bank Indonesia yang ditulis Putut Anton Wahyudi

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif