Kolom
Senin, 5 Februari 2024 - 09:55 WIB

Jangan Abaikan Seruan dari Kampus

Redaksi  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para guru besar dari berbagai kampus di Jogja saat membacakan sikap yang mengkritik Presiden Jokowi karena memihak salah satu pasangan calon presiden-calon wakil presiden pada Pemilu 2024 di Kampus UII, Jl. Cik Di Tiro, Sabtu (3/2/2024). (Istimewa)

Dalam beberapa hari terakhir suara keras keluar dari sejumlah perguruan tinggi di negeri ini. Civitas academica di sejumlah perguruan tinggi tersebut mengkritik gejala politik termutkhir yang mereka rasakan semakin menepikan etika, hanya berorientasi kekuasaan, dan merobohkan batas-batas kepatutan.

Civitas academica Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Indonesia (UI), kemudian berlanjut ke kampus-kampus lain—negeri dan swasta—semua menyuarakan seruan serupa, yaitu atas nama demokrasi dan etika mereka menyampaikan kritik terhadap laku politik yang terjadi belakangan ini.

Advertisement

Menjelang Pemilu 2024 pada 14 Februari 2024 dinamika politik dalam negeri kian menghangat, bahkan memanas. Semua daya upaya d dikerahkan untuk kepentingan politik masing-masing yang ujungnya sama: berburu kuasa.

Dari sekian banyak pergerakan tersebut langkah yang diambil sejumlah pejabat negara menjadi pusat perhatian khalayak. Pro dan kontra adalah dampak yang pasti mengiringi setiap langkah yang diambil para pejabat negara.

Advertisement

Dari sekian banyak pergerakan tersebut langkah yang diambil sejumlah pejabat negara menjadi pusat perhatian khalayak. Pro dan kontra adalah dampak yang pasti mengiringi setiap langkah yang diambil para pejabat negara.

Laku politik yang dijalani sejumlah elite pemerintahan akhir-akhir ini memicu keprihatinan dari kalangan perguruan tinggi sehingga muncul seruan keras dan kritik tajam terhadap mereka.

Petisi Bulaksumur yang dikeluarkan civitas academica UGM berlandasan keprihatinan mendalam mereka terrhadap tindakan politik yang menyimpang dari prinsip-prinsip moral demokrasi, kerakyatan, dan keadilan sosial yang dilakukan sejumlah penyelenggara negara di berbagai lini dan tingkat.

Advertisement

Seruan dan kritik dari kalangan kampus itu harus dimaknai sebagai wakil suara nurani bangsa ini. Seruan dari kampus ini melengkapi seruan dari sejumlah individu tokoh bangsa—para muazin bangsa—atas keprihatinan yang sama beberapa waktu lalu.

Civitas academica yang tak lain adalah kelompok masyarakat akademik (dosen dan mahasiswa dengan perwakilan yang terbentuk melalui senat dan lembaga lainnya) tentu punya kajian detail serta mendalam terhadap kondisi yang terjadi sehingga mereka akhirnya mengeluarkan seruan keras tersebut.

Seruan civitas academica perguruan tinggi harus dimaknai sebagai suara murni demi penegakan demokrasi dan jauh dari kepentingan apa pun selain hanya mengabdi pada keperpihakan untuk rakyat.

Advertisement

Tentu kita yakin terhadap hal tersebut. Dengan demikian, kritik keras terhadap laku elite politik menjelang pemungutan suara Pemilu 2024 harus didengarkan dan tidak boleh diabaikan.

Apakah seruan dari kampus-kampus itu akan beresonansi di kalangan masyatakat sipil secara umum? Yang jelas jaringan organisasi masyarakat sipil bersama sejumlah individu berlatar aneka elemen gerakan masyarakat sipil telah mengemukan seruan yang sama.

Jangan abaikan seruan itu arena akan berpengaruh pada legitimasi hasil Pemilu 2024. Menuduh para civitas academica itu partisan atau menjadi proxy kekuatan politik tertentu adalah cermin sikap antikritik.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif