Kolom
Selasa, 10 Oktober 2023 - 09:35 WIB

Karhutla, Teknologi Ilmiah, dan Aksi Nyata

Oriza Vilosa  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Oriza Vilosa (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pada  Desember 2021, The Conversation merilis artikel tentang pentingnya meluruskan skala kebakaran hutan di Indonesia pada 2019. Artikel itu mengulas kasus kebakaran semakin sering terjadi di hutan dan lahan gambut Indonesia.

Kebakaran itu membuat khawatir masyarakat internasional terkait emisi karbon dalam skala besar, polusi udara tebal, risiko kesehatan penduduk lokal, serta dampak kesehatan di negara tetangga.

Advertisement

Penulis The Conversation, David Gaveau, menjelaskan dirinya dideportasi pada Januari 2020 lantaran menerbitkan perkiraan awal kerusakan akibat kebakaran hutan di tujuh provinsi. Ia  menggunakan analisis awal berdasar data satelit yang tersedia secara bebas.

Data yang diungkap itu membuat perbedaan persepsi dengan pemerintah. Angkanya beda dengan perkiraan pemerintah. Ia mengutip jurnal Earth System Science Data yang menunjukkan lebih dari 3,11 juta hektare lahan terbakar pada tahun 2019 di 34 provinsi di Indonesia.

Advertisement

Data yang diungkap itu membuat perbedaan persepsi dengan pemerintah. Angkanya beda dengan perkiraan pemerintah. Ia mengutip jurnal Earth System Science Data yang menunjukkan lebih dari 3,11 juta hektare lahan terbakar pada tahun 2019 di 34 provinsi di Indonesia.

Pemerintah menunjukkan data hanya 1,64 juta hektare. Akurasi data penting mengingat Indonesia bersama 130 negara bergabung dalam ikrar Deforestasi Global COP26. Ikrar menghentikan dan membalikkan deforestasi pada akhir dekade ini.

Belasan negara menyumbang dana US$12 miliar sejak 2021 hingga 2025. Dana itu untuk mengatasi kebakaran hutan, restorasi lanskap, dan mendukung hak-hak masyarakat adat. Ada komitmen tambahan dari sektor swasta sebesar US$7,2 miliar.

Advertisement

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merespons artikel The Conversation pada 15 Januari 2022. Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dida Migfar Ridha, menyebut persoalan berawal dari laporan David Gaveau yang dinilai keliru.

Dia menyebut data yang diungkap itu melemahkan kredibilitas pemerintah Indonesia mengatasi masalah deforestasi dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dida menyebut CIFOR sebagai lembaga yang menaungi publikasi itu menyesali waktu dan kesalahan langkah dalam analisis karhutla yang prematur.

Penting memilah dan membedakan narasi palsu dan penelitian berbasis sains. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meminta David Gaveau mencari panduan tentang praktik terbaik di bidang ilmiah.

Advertisement

Kontroversi itu gambaran dunia memandang isu perubahan iklim dan karhutla sebagai isu sensitif. Ada hajat masyarakat global di balik kondisi lingkungan dan alam yang memanggil semua pihak untuk melakukan aksi nyata.

Berdasar data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, karhutla pada 2023 meningkat dibanding 2022. Direktur Pencegahan Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Thomas Nifinluri, menyebut area karhutla pada Januari-Juli 2023 seluas 90.405 hektare.

Angka itu naik 2.237 hekatre atau 2,54% dibanding periode yang sama pada 2022, seluas 88.167 haktare. Pada Oktober ini, karhutla terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, dan Riau.

Advertisement

Warga Soloraya harus waspada terhadap kobaran api yang membakar hutan dan lahan di Gunung Lawu. Thomas telah mengabarkan infiormasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwa El Nino tingkat lemah dapat terus berkembang menjadi El Nino moderat.

Itu menyebabkan berkurangnya hari tanpa hujan dan musim kemarau makin panjang dan kering. Setelah kebakaran di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, kini pemadam kebakara masih sibuk memadamkan kebakaran di lereng Gunung Lawu.

Berdasar catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sragen, ada 14 kecamatan di Kabupaten Sragen terdampak kebakaran lereng Gunung Lawu. Abu karhutla dirasakan warga di Sragen.

Bupati Ngawi telah menetapkan status tanggap darurat atas karhutla Gunung Lawu itu. Status itu berlaku 14 hari, sejak 30 September hingga 13 Oktober 2023. Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ngawi, Prila Yuda Putra, karhutla Gunung Lawu meluas dan menjalar ke daerah Magetan, Jawa Timur, serta Karanganyar, Jawa Tengah.

Berdasarkan pengamatan di laman Sipongi, Karhutla Monitoring System milik KLHK, Selasa (3/10/2023), ada tiga lokasi berwarna merah di area Gunung Lawu bagian utara. Dua lokasi itu di Desa Kletekan, Jogorogo, Ngawi, dan satu lokasi di Desa Girimulyo, Jogorogo, Ngawi.

Pada saat itu, laman Sipongi menerangkan telah ada 3.431 penanganan kebakaran dengan luas 267.000 hektare karhutla di 37 provinsi. Kenaikan suhu udara membuat banyak warga merasa gerah.

Warga kini makin mudah mengukur suhu udara dengan teknologi, minimal bisa melihat dari fitur di gawai masing-masing. Deteksi suhu udara, deteksi karhutla, perlu diikuti dengan empati tentang keresahan global, yakni tentang isu perubahan iklim.

Tanpa aksi nyata dan terencana, rasa gerah akan tertahan menjadi apatisme. Semestinya teknologi digunakan untuk memupuk kepedulian warga agar makin sadar lingkungan, melahirkan semangat kolektif, membantu proses analisis dan mitigasi bencana, serta dijadikan alat untuk memoderasi aksi nyata demi lingkungan yang sehat dan masa depan yang cerah.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 Oktober 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif