Kolom
Sabtu, 24 Desember 2022 - 08:35 WIB

Kaum Ibu sebagai Pemberdaya

Agung Wibowo  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Agung Wibowo (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kodrat manusia hidup di dunia adalah sebagai makhluk sosial. Artinya manusia tidak bisa hidup tanpa interaksi dengan manusia lain dan lingkungannya. Konskunesi logis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus diciptakan kondisi yang penuh ketenteraman.

Kondisi saling percaya, tolong menolong, resiprositas, tindakan proaktif, solidaritas, kebersamaan, gotong royong, keharmonisan, dan kedamaian. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, perlu sosok-sosok yang mampu menciptakan nilai-nilai modal sosial tersebut.

Advertisement

Saya menyimpulkan seorang ibu berperan penting dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai modal sosial tersebut sejak dini pada anak-anak. Hal ini menjadi modal utama kelak menjadi orang dewasa yang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian peran seorang ibu—secara umum kaum ibu—sangat penting dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Saya memetakan keberdayaan kaum ibu dalam tiga aspek. Pertama, keberdayaan ibu dilihat dari aspek ekonomi.

Peran kaum ibu cukup besar dalam membangun ketahanan ekonomi. Mereka memiliki kemampuan mengelola keuangan keluarga dengan baik. Apabila ekonomi keluarga dalam kondisi terbatas, seorang ibu rela banting tulang untuk menutupi kekurangannya.

Advertisement

Hemat, selalu perhitungan, suka ”menyembunyikan” uang keluarga (namun untuk tujuan sebagai cadangan demi keberlangsungan hidup keluarga) adalah karakteristik umum kaum ibu. Dalam istilah manajemen, seorang ibu memiliki kemampuan dalam urusan perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, dan controlling dalam beberapa segi kehidupan serta kemampuan melakukan investigasi yang brilian.

Kaum ibu memiliki feeling yang sangat tajam kalau terkait pendapatan seorang suami (di mana pun suami menyimpan uangnya, pasti seorang ibu akan mengetahui keberadaannya).  Implikasi dalam persektif pemberdayaan adalah kaum ibu memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, baik sebagai pelaku utama maupun sebagai fasilitatornya.

Program pemberdayaan ekonomi akan berjalan dengan baik apabila kaum ibu dilibatkan mulai dari tahap perencanan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, serta pemanfaatan hasil kegiatan. Saya menyarankan pemerintah sebagai pengambil kebijakan—pemerintah daerah maupun pemerintah pusat—dalam proyek-proyek pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan harus melibatkan kaum ibuu.

Kedua, keberdayaan aspek psikologis. Kaum ibu memiliki kemampuan praktis seperti halnya seorang psikolog.  Ibu punya peran sebagai eduktor. Seorang ibu melakukan edukasi kepada anak-anaknya sejak lahir sampai dewasa. Oleh karena itu kaum ibu memahami betul karakter dan bagaimana mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh anak-anak mereka.

Advertisement

Ibu bereran sebagai motivator. Seorang ibu selalu memberikan semangat kepada anak dalam kondisi apa pun, bahkan seoarang ibu rela berkorban, bahkan mau menggantikan apa yang dirasakan oleh anaknya ketika anaknya sedang sakit.

Kaum ibu tidak saja memiliki kemampuan memberikan motivasi kepada anak-anaknya, tetapi juga kepada suami untuk tetap bersemangat dalam menapaki kehidupan. Apabila dicermati, kesusksesan karier sorang suami tidak terlepas dari peran istrinya.

Dalam kehidupan keluarga, ibu memiliki kemampuan memetakan anak-anaknya dengan baik. Ibu memiliki kemampuan menaksir kebutuhan anak dan kemampuan mengambil keputusan tentang apa kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi pada masing-masing anaknya.

Tidak mengherankan apabila seorang anak akan meminta bantuan atau konsultasi kepada ibunya. Ilustrasinya, ketika seorang anak sedang sakit maka anak tersebut bisa dipastikan akan memanggil ibu baru memanggil bapak.

Advertisement

Ini artinya ibu memberikan jaminan rasa aman, tenteram, dan nyaman dari ancaman atau gangguan yang sedang dihadapi. Konskuensi logis dalam persepektif pemberdayaan, kaum ibu mampu memberikan jaminan keamanan, kesenangan, kenyamanan, keharmonisan, serta kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kondisi saat ini menunjukkan beberapa bantuan dari pemerintah kepada masyarakat jamak tidak terlepas dari konflik dan bahkan berakhir dengan kematian para penerima program bantuan. Saya menyarankan pemerintah selalu melibatkan kaum ibu secara seluas-luasnya dalam setiap mengucurkan bantuan-bantuan kemanusiaan.

Tiga Tugas Mulia

Keterlibatan kaum ibu dalam distribusi bantuan kemanusiaaan—dalam wujud apa pun—akan meminimalkan konflik dan kerusakan dan dengan demikian program pemberian bantuan itu berpotensi besar membantu menurunkan angka kemiskinan keluarga maupun bangsa.

Ketiga, keberdayaan dalam aspek sosial budaya. Kaum ibu identik dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Kaum ibu jamak rajin menjalin silaturahmi tanpa harus berpikir imbalan yang didapatkan. Tidak mengherankan apabila ada istilah tiada hari tanpa arisan.

Advertisement

Arisan adalah wahana menjalin silaturahmi dan membangun kebersamaan sekaligus sebenarnya juga wahana menghilangkan penat dan hiburan tipis-tipis tersendiri bagi kaum ibu. Saya berpesan kepada kaum laki-laki, janganlah melarang istri yang terlibat arisan.

Implikasi dalam perspektif pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan, apa pun namanya, akan berjalan dengan baik apabila ada pertemuan secara rutiin untuk membahas, mulai dari perencanaan sampai dengan pemanfaatan hasil.

Pemerintah sebenarnya sudah melaksanakan musyawarah di level desa/kelurahan, kecamatan, maupun kabupatan/kota dalam membahas perencanaan pembangunan, walau keterlibatan kaum ibu masih sangat kurang.

Keberdayaan kaum ibu tersebut didasarkan atas talenta. Kaum ibu jamak multitalenta, yang tidak dimiliki kaum bapak. Mutltitalenta di sini dalam arti dalam satu waktu seorang ibu mampu menyelesaiakan beberapa pekerjaaan dengan baik dan sukses tanpa mengeluh apalagi minta tolong.

Contonya, dalam waktu yang sama seorang ibu bisa membersihkan rumah, memasak, mencuci, memandikan anaknya. dan masih bisa membuka handphone. Dalam persepktif pemberdayaan, kaum ibu juga memainkan peran sebagai event organizer andal yang mampu mengoranisasai aneka jenis acara keluarga, baik acara resmi maupun acara jalan-jalan.

Kaum ibu memiliki kemampuan yang luar biasa mulai dari persiapan hingga selesai aktivitas. Mulai dari segala ”property” acara yang perlu dibeli sampai dengan mekanisme dan prosedur jalannya kegiatan.

Advertisement

Di samping itu, kaum ibu memiliki tugas yang begitu mulia yang bahkan dinilai tiga tingkat di atas kaum laki-laki. Perempuan—kaum ibu—menjalani tiga macam tugas yang begitu istimewa, yaitu mengandung, melahirkan, dan menyusui. Tiga tugas ini begitu berat dan sangat berisiko,  hingga mempertaruhkan nyawa.

Tidak mengherankan ada kiasan ”surga ada di bawah telapak kaki ibu”. Dalam hal apa pun, seorang anak seharusnya mementingkan kepentingan seorang ibu dibanding kepentingan pribadi. Kiasan tersebut diyakini banyak orang sehingga tidak melawan, tidak membantah, tidak membentak, dan jangan menyakiti hati seorang ibu.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 19 Desember 2022. Penulis adalah dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif