Kolom
Senin, 6 November 2023 - 10:55 WIB

Kota Kreatif Harus Partisipatif

Redaksi  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (tengah) dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Rama (kiri) mengenakan kostum pada kegiatan Workshop Pengembangan Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia  di The Purwohamijayan, Solo, Sabtu (2/7/2022). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Kota Solo berusaha masuk jaringan kota kreatif dunia sejak bertahun-tahun lalu. Pada 2023 ini Kota Solo masuk dalam daftar kota kreatif versi UNESCO.

Ada 55 kota yang baru bergabung sebagai kota kreatif. Penambahan kota baru ini memperluas cakupan UNESCO ke 350 kota di lebih dari 100 negara di dunia yang mewakili tujuh bidang kreatif, yaitu kerajinan dan seni rakyat, desain, film, gastronomi, sastra, seni media, dan musik.

Advertisement

Kota Solo yang menjadi kota kreatif bidang kerajinan dan seni rakyat akan bekerja sama dengan anggota jaringan kota kreatif lainnya untuk memperkuat ketahanan menghadapi ancaman yang terus berkembang.

Ancaman itu, antara lain, perubahan iklim, peningkatan kesenjangan, serta urbanisasi yang pesat, dengan 68% populasi dunia diproyeksikan akan tinggal di wilayah perkotaan pada 2050.

Advertisement

Ancaman itu, antara lain, perubahan iklim, peningkatan kesenjangan, serta urbanisasi yang pesat, dengan 68% populasi dunia diproyeksikan akan tinggal di wilayah perkotaan pada 2050.

Kota-kota di jaringan kota kreatif akan memimpin peningkatan akses terhadap budaya serta menggalang kekuatan kreativitas untuk ketahanan dan pembangunan perkotaan.

Pekerjaan bagi seluruh pemangku kepentingan di Kota Solo adalah membumikan aspek kota kreatif bidang kerajinan dan seni rakyat itu ke akar rumput di Kota Solo.

Advertisement

Ini mensyaratkan keterlibatan aktif warga, terutama di sektor kerajinan dan kesenian rakyat, untuk berdaya, berkembang, menjadi kekuatan riil yang meningkatkan kesejahteraan rakyat Kota Solo.

Keberhasilan Kota Solo masuk dalam jaringan kota kreatif ini selayaknya juga jadi bahan perenungan bersama: model kreativitas seperti apakah yang hendak ditonjolkan? Apakah akan tetap mempertahankan budaya lokal atau mengikuti selera pasar?

Seniman almarhum Suprapto Suryodarmo pada 2018 pernah mengingatkan agar konsep kreatif di Kota Solo tidak mengorbankan budaya lokal. Jika kreatif yang dimaksud terkait erat dengan kapital, Kota Solo bisa saja menjadi semacam Singapura.

Advertisement

Karena itulah, sebelum melangkah lebih jauh, para pemangku kepentingan bisa duduk bersama-sama untuk memetakan potensi kreatif, zona kreatif, program kreatif, sumber daya, dan infrastruktur di Kota Solo.

Keberhasilan Solo masuk dalam jaringan kota kreatif juga selayaknya jadi momentum membangkitkan pariwisata di Kota Solo. Di sektor pariwisata, Kota Solo sudah kehilangan dua penerbangan dari Kuala Lumpur dan Singapura, namun mendapatkan penerbangan pengganti dari Jeddah.

Selama ini Kota Solo belum masuk top of mind para wisatawan asing, padahal sama seperti Bali, Kota Solo memiliki budaya tradisional. Sayangnya budaya itu belum ditonjolkan dalam keseharian.

Advertisement

Alhasil atmosfer Kota Solo sebagai kota budaya belum terasa dalam denyut kehidupan sehari-hari. Melalui olahan kreatif, budaya khas Solo bisa diracik untuk memberi nilai lebih dalam pariwisata kota ini.

Dengan demikian saat wisatawan asing yang mengunjungi Kota Solo pulang ke negara asal, mereka tetap membawa kenangan itu dalam memori mereka. Membuat mereka kangen untuk kembali lagi ke Kota Solo. Pewujudannya harus berbasis partisipasi warga, bukan dengan pola top down dan elitis.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif