Kolom
Minggu, 2 Agustus 2020 - 20:39 WIB

Kuasa di Tangan Erick Thohir

Arif Budisusilo  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Arif Budisusilo (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO--Saya tak kaget tatkala mendengar kabar Presiden Joko Widodo memberi tugas Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk memimpin komite percepatan pemulihan ekonomi dari dampak Covid-19.

Resminya sebagai Ketua Pelaksana Tim Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.  Penugasan yang tepat. Chief Etho, begitu sejumlah kenalan dia menyapa, punya ”aset” kekuatan korporasi yang sesungguhnya.

Advertisement

Kita tahu BUMN yang berada di bawah kendali kepemimpinan Erick memiliki kekuatan untuk mendayagunakan sumber-sumber finansial sekaligus menjangkau wilayah yang besar ke seluruh Indonesia, bahkan global.

Malah, maafkan apabila saya sebutkan penugasan ini agak sedikit terlambat. Sering saya mengobrol dengan sejumlah rekan sejak awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia; BUMN sepertinya perlu turun tangan.

Sebenarnya sejak saat slogan "BUMN Hadir untuk Negeri" (kini "BUMN untuk Indonesia") jejak kaki BUMN jelas kelihatan. Banyak kontroversi memang, bahwa pemerintah terlalu memberi panggung ekonomi untuk BUMN, namun hasilnya terbukti nyata.

Advertisement

Satu contoh saja, dalam percepatan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas ekonomi dan logistic, BUMN berada di posisi paling depan. Warisan karya BUMN, yang ditugasi Presiden Joko Widodo untuk menjadi garda depan membangun infrastruktur, telah menorehkan catatan tersendiri.

Lihat saja untuk sekadar ilustrasi. Hari ini, setelah lima tahun berjalan, Jawa nyaris tersambung sepenuhnya oleh jalan tol. Kini tinggal tersisa sedikit lagi, yakni ruas ujung timur menuju Banyuwangi.

Juga di banyak daerah lain. Tol Trans-Sumatra sudah sampai Palembang. Tol Serang-Panimbang yang akan menjadi akses wisata Tanjung Lesung dan Ujung Kulon, juga sudah mulai tampak bentuknya, kendati terhambat Covid-19.

Begitu pula kereta cepat Jakarta-Bandung, yang tertunda gara-gara virus corona penyebab Covid-10, si sontoloyo ini. Kereta ringan Jabodetabek hari ini juga telah menjadi ikon tersendiri di jalan tol Cawang hingga Cibubur dan Bekasi. Meski sedikit tertunda penyelesainnya, tongkrongan kereta ringan itu sudah sangat nyata.

Advertisement

Itu semua adalah karya BUMN. Pada masa lalu, konsesi jalan tol banyak mengendap di tangan investor swasta. Kini, "konsesi mangkrak" itu tuntas di tangan BUMN. Terbayang, andaikan saja Presiden Joko Widodo tidak menugaskan Menteri BUMN mencari cara baru dalam menggenjot infrastruktur lima tahun terakhir, rasanya akan makin jauh untuk mencapai posisi infrastruktur konektivitas ekonomi seperti hari ini.

Apalagi, muncul peristiwa yang sama sekali tak terduga, yakni pandemi Covid-19 ini. Menteri Rini Soemarno, pendahulu Erick Thohir, yang getol membangun sinergi BUMN, memperkuat kolaborasi mesin-mesin korporasi pelat merah untuk membangun negeri, sukses mengemban tugas itu.

Ketersediaan infrastruktur Indonesia--yang digenjot bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoeljono--dan tentu bersama sejumlah anggota kabinet yang lain, menunjukkan kemajuan yang nyata.

Ringkasnya, BUMN yang pada masa lalu kerap diledek sebagai "sapi perah penguasa", telah membuktikan mampu menjadi garda terdepan dalam menyeimbangkan kepentingan komersial sekaligus  menjadi agen pembangunan.

Advertisement

Itu semua berkat upaya sinergi yang kuat dan penugasan yang jelas. Terbukti, BUMN bisa berperan lebih kuat dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Maka, kini saya juga yakin, penugasan kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk memimpin upaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak Covid-19 adalah langkah yang tepat.

Sinergi BUMN adalah senjatanya. Dengan cara yang baru. Kata Presiden Jokow Widodo, extraordinary. Bukan cara konvensional. Bukan pula semata-mata bertumpu pada kekuatan mesin fiscal, tetapi sekaligus mengandalkan kekuatan mesin korporasi yang menggerakkan ekonomi. Seperti pesawat, bisa terbang dengan mesin ganda. Bukan satu mesin mati, apalagi dua-duanya mati.

***

Erick Thohir, bagaimanapun, punya otoritas yang besar. Selaku Menteri BUMN yang menggerakkan aset ekonomi lebih dari Rp8.000 triliun, tentu akan punya banyak tangan dan senjata.

Advertisement

Pengaruhnya akan begitu besar bagi mesin ekonomi apabila BUMN bergerak secara bersinergi. Kekuatan korporasi akan mendorong stimulus ekonomi dari sisi suplai. Yang pasti, bukan kali ini saja Erick mendapatkan penugasan khusus. Saat pemilihan presiden tahun lalu, Joko Widodo secara mengejutkan memilih Erick Thohir sebagai ketua tim sukses.

Pilihan itu mengejutkan karena Erick terbilang sangat muda jika dibandingkan dengan ketua Tim sukses Prabowo-Sandi yang berasal dari pensiunan tentara. Hasilnya, kita semua sudah tahu. Joko Widodo memenangi kontestasi pemilihan presiden untuk periode kedua. Sebelum itu, Erick juga ditugasi memimpin panitia ASEAN Games Jakarta-Palembang. Sukses.

Maka, tak salah pula kini pun kita berharap, Chief Etho sukses mengemban misi menyelamatkan ekonomi dari dampak Covid-19 ini. Kekuatan sinergi BUMN sangat potensial untuk digerakkan mendorong mesin korporasi dan dunia usaha berputar lebih kencang dengan kekuatan BUMN di genggamannya, sekaligus otoritas yang dikuasakan kepadanya.

Otoritas tersebut begitu besar. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (kini berubah menjadi satuan tugas), berada di dalam gerbong koordinasi Erick.

Di bawahnya dibantu Budi Gunadi Sadikin, mantan Direktur Utama Bank Mandiri yang kini adalah Wakil Erick di Kementerian BUMN. Anda tentu tahu, Budi Gunadi Sadikin, yang karib disapa BGS, juga sukses bersama Rini Soemarno dan Ignasius Jonan dalam merealisasikan pengambilalihan PT Freeport dengan cara yang baru: membentuk holding BUMN pertambangan dengan anchor PT Inalum.

Secara konseptual tim sudah lengkap. Tampak bahwa tujuan yang hendak dicapai adalah membuat keseimbangan agar penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi bisa berjalan secara beriringan. Tidak saling mengalahkan.

Advertisement

Tim itu, bila berhasil, akan membuat masyarakat merasa tenang dan aman dari ancaman virus corona--penyebab Covid-19--dan pada saat bersamaan menggerakkan mesin ekonomi agar kembali berputar. Syukur-syukur berputar lebih kencang.

Maka, kini tinggal menunggu gebrakannya. Gerak cepatnya. Cara barunya. Artinya, yang extraordinary, seperti harapan Presiden Joko Widodo. Dengan begitu, pemulihan ekonomi bukan semata-mata mengandalkan stimulus fiskal.

Itu pula pembacaan saya, mengapa di tim ini tidak ada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Biar mesin fiskal jalan tersendiri. Menjadi kekuatan tersendiri. Apabila mesin fiskal yang digerakkan Menteri Keuangan berputar lebih kencang, disertai percepatan putaran mesin korporasi yang digerakkan Menteri BUMN Erick Thohir, rasanya pemulihan ekonomi lebih mudah menjadi kenyataan.

Apalagi bila dilandasai rasa aman dari ancaman virus corona, yang satuan tugasnya masih dipimpin Doni Monardo. Lengkap. Bisa jadi seperti itulah strategi yang diharapkan Presiden Joko Widodo yang membentuk tim ini. Pemcacaan saya bisa saja keliru, tetapi sangat mungkin terjadi.

Lebih baik telat ketimbang tidak sama sekali. Setelah laju pertumbuhan ekonomi melambat hanya 2,97% pada tiga bulan pertama tahun ini, pada kuartal kedua diproyeksikan akan tumbuh minus 4,3%. Bahkan, proyeksi lain dari Menteri Keuangan ada kemungkinan minus lebih besar, bisa sampai di atas minus 5%.

Kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin tren itu berlanjut hingga kuartal ketiga. Jika sampai hal itu terjadi, ekonomi Indonesia bisa masuk jurang resesi. Karena itulah, keputusan Presiden Joko Widodo memberi tugas kepada tim tersebut diharapkan dapat mencegah lebih dini ancaman resesi ekonomi. Syukur-syukur, hingga akhir tahun ini ekonomi Indonesia tak sampai terkontraksi, dan pulih lebih cepat tahun depan nanti. Nah, bagaimana menurut Anda?

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif