Kolom
Rabu, 15 November 2023 - 09:30 WIB

Kurikulum Perubahan Iklim

Irma Suryani  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Irma Suryani (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pendidikan perubahan iklim perlu diberikan kepada anak-anak lewat jalur intra kurikulum di sekolah. Pada saat yang sama, pendidikan serupa juga perlu diberikan kepada kaum ibu dan calon ibu lewat jalur pendidikan informal.

Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, pernah mengungkapkan sistem pendidikan di Indonesia masih belum berhasil membangun kesadaran siswa dan orang tua tentang perubahan iklim dan pentingnya lingkungan hidup.

Advertisement

Menurut Mas Menteri, Indonesia masih tertinggal jauh dengan berbagai negara maju dalam urusan edukasi perubahan iklim, padahal dampak perubahan iklim dirasakan setiap hari.

Ungkapan Mas Menteri tersebut perlu menjadi perhatian para pemangku kepentingan di sektor pendidikan kita. Suka atau tidak, saat ini kita semua hidup pada era ketika kondisi Planet Bumi kita semakin memburuk.

Sekarang perubahan iklim yang dipicu oleh terus menumpuknya emisi gas rumah kaca di atmosfer menjadi salah satu ancaman besar dan nyata bagi kelangsungan segenap penghuni Planet Bumi.

Advertisement

Bencana hidrometeorologi yang sekarang mendominasi peristiwa bencana di negara kita tak bisa dilepaskan dari fenomena perubahan iklim. Sayangnya, masih banyak di antara kita yang sama sekali tak memahami apa yang sesungguhnya sedang terjadi serta apa yang semestinya dilakukan.

Sektor pendidikan memiliki peran sentral dalam mendidik anak-anak kita sehingga mereka memiliki kesadaran dan pengetahuan yang memadai tentang perubahan iklim. Sudah saatnya kurikulum pendidikan perubahan iklim menjadi bagian erat sistem pendidikan kita.

Selain untuk meningkatkan kesadaran para peserta didik soal perubahan iklim dan pentingnya lingkungan hidup, tujuan kurikulum pendidikan perubahan iklim untuk membekali para peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan di tengah kondisi Planet Bumi yang cenderung semakin memburuk.

UNESCO menekankan sekurangnya ada empat aspek yang mesti menjadi hirauan utama dalam kurikulum pendidikan perubahan iklim di sekolah. Aspek pertama menyangkut pengertian dan pemahaman. Apa itu perubahan iklim? Apa saja pemicunya? Perubahan apa yang terjadi?

Advertisement

Aspek kedua, adaptasi dan mitigasi. Bagaimana kita harus merespons perubahan iklim? Bagaimana kita bisa menjalani gaya hidup yang lebih berkelanjutan? Keterampilan apa yang perlu dikembangkan?

Yang ketiga, fenomena lokal dan global. Bagaimana perubahan iklim memengaruhi komunitas-komunitas lokal kita? Apa dampak global dari perubahan iklim yang perlu kita pertimbangkan?

Adapun aspek keempat menyangkut masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Bagaimana masa lalu kita memengaruhi masa kini? Peluang dan kemungkinan apa yang ada di masa mendatang, khususnya terkait dengan bagaimana menciptakan masa depan?

Bumi Lebih Baik

Advertisement

Pendidikan perubahan iklim di sekolah tak mesti diajarkan lewat satu mata pelajaran khusus, seperti sains atau geografi. Bisa diajarkan lewat semua mata pelajaran. Bagaimanapun, dampak perubahan iklim merasuk ke hampir semua sendi kehidupan kita.

Kurikulum perubahan iklim perlu dibuat dengan pendekatan integratif yang merangkul semua bidang mata pelajaran. Lewat pelajaran sains, pendidikan perubahan iklim dapat diajarkan, misalnya, dengan eksperimen yang menunjukkan dampak pencairan gunung es dan kaitannya dengan peningkatan suhu permukaan laut.

Dalam pelajaran matematika, para siswa dapat menggunakan data-data satelit untuk membuat tabel atau grafik dan membandingkan kenaikan permukaan laut serta membuat prediksi kecenderungan kenaikannya dalam jangka periode tertentu pada masa depan.

Dalam pelajaran bahasa, baik itu bahasa daerah, bahasa nasional, atau bahasa asing, para siswa dapat belajar membuat esai atau cerita pendek seputar dampak kemarau ekstrem atau kenaikan permukaan laut terhadap kehidupan warga.

Advertisement

Dalam pelajaran ilmu sosial, siswa dapat membandingkan kebijakan negara-negara di seluruh dunia dalam penanganan masalah perubahan iklim atau mempelajari kebijakan yang dilakukan pemerintah lokal dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan atau mengatasi krisis air.

Pengajarannya harus lintas bidang studi. Semua guru idealnya mesti mampu menyampaikan materi pendidikan perubahan iklim dengan baik. Untuk itu, penataran, workshop, kursus singkat, maupun pelatihan tentang pendidikan perubahan iklim perlu dilakukan untuk semua guru bidang studi.

Pendidikan perubahan iklim juga perlu pula diajarkan dalam tataran praktik yang melibatkan siswa, guru, komunitas, serta orang tua. Contohnya dalam soal mengurangi emisi karbon yang terkait dengan aktivitas pergi dan pulang sekolah.

Pengelola sekolah bekerja sama dengan komunitas dan pegiat lingkungan serta para orang tua dapat menggiatkan gerakan berjalan kaki ke sekolah dan gerakan bersepeda ke sekolah. Contoh lainnya yaitu menggiatkan tradisi membawa bekal makanan dan minuman menggunakan wadah sendiri ke sekolah.

Upaya-upaya kecil seperti ini sesungguhnya dapat bermakna besar dan dapat menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang terkait dengan perubahan iklim secara riil bagi anak-anak.

Selain anak-anak, pendidikan perubahan iklim sebaiknya juga diberikan kepada para ibu dan calon ibu. Ini penting dilakukan agar kaum perempuan memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang isu-isu perubahan iklim.

Advertisement

Dengan demikian, mereka nanti mampu setidaknya mengedukasi putra-putri mereka dengan baik seputar masalah-masalah perubahan iklim dan lingkungan. Pelaksanaan pendidikan perubahan iklim yang khusus menyasar kaum perempuan dapat diselenggarakan mulai dari level rukun warga (RW) hingga level nasional.

Itu harus dilakukan secara berkesinambungan. Semakin banyak kaum perempuan yang mendapat pendidikan perubahan iklim akan semakin baik. Kenapa? Karena itu berarti akan semakin banyak individu yang juga mendapat pendidikan perubahan iklim.

Para perempuan yang telah mendapatkan pendidikan perubahan iklim nanti akan menularkan pengetahuan kepada anak-anak mereka. Dengan demikian, diharapkan bakal lebih meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat kita ihwal perubahan iklim.

Jika kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim semakin meningkat, berimbas pada kian terciptanya perilaku ramah iklim sehingga akan tercipta peningkatan kualitas lingkungan.

Ketika kualitas lingkungan meningkat, kualitas kehidupan masyarakat akan meningkat pula. Pada gilirannya, masyarakat akan semakin sejahtera dan semakin bahagia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 8 November 2023. Penulis adalah alumnus Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini STAI Sukabumi dan pengajar di Yayasan Pendidikan Al Fatih, Sukaraja, Kabupaten Bogor)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif