Kolom
Selasa, 21 Maret 2023 - 09:25 WIB

Mari Misuh secara Empan Papan

Mariyana Ricky P. D.  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mariyana Ricky P.D. (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Makian, umpatan, atau pisuhan yang dalam kata kerja menjadi memaki atau mengumpat atau misuh adalah bentuk ekspresi bahasa dan budaya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makian atau umpatan berarti kata keji yang diucapkan karena marah, emosi, dan sebagainya.

Para pemakai bahasa memanfaatkan berbagai kata makian, di samping kata-kata kasar atau sindiran halus, untuk mengekspresikan segala bentuk ketidaksenangan, kebencian, atau ketidakpuasan terhadap situasi yang tengah dihadapi.

Advertisement

Bagi orang yang menerima atau menjadi objek makian atau pisuhan, ucapan-ucapan itu mungkin dirasa menyerang. Bagi yang mengucapkannya, ekspresi dengan makian adalah alat pembebasan dari segala bentuk dan situasi yang tidak mengenakkan.

Kita tidak bisa menolak fakta tentang pemakaian makian atau pisuhan yang secara pragmatis mengungkapkan pujian, keheranan, dan menciptakan suasana pembicaraan yang akrab. Sumarsono dalam Sosiolinguistik (2007) menyebut makian adalah salah satu fenomena kebahasaan dalam masyarakat.

Advertisement

Kita tidak bisa menolak fakta tentang pemakaian makian atau pisuhan yang secara pragmatis mengungkapkan pujian, keheranan, dan menciptakan suasana pembicaraan yang akrab. Sumarsono dalam Sosiolinguistik (2007) menyebut makian adalah salah satu fenomena kebahasaan dalam masyarakat.

Makian dapat digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat, baik masyarakat kalangan menengah ke bawah maupun masyarakat kalangan menengah ke atas. Hal tersebut terkait dengan sosiolinguistik yang memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi.

Makian juga dapat ditemukan dalam berbagai bahasa. Dalam suatu bahasa yang sama perbedaan dialek memungkinkan ungkapan makian yang berbeda. Sri Wahono Saptomo dalam tesis berjudul Makian dalam Bahasa Jawa (2001) membahas bentuk-bentuk makian berupa kata, frasa, dan klausa.

Advertisement

Makian dalam bahasa Jawa juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memelihara keintiman atau suasana akrab dalam pergaulan. Endang Sholihatin dalam Fungsi Pisuhan Masyarakat Arek dan Masyarakat Mataraman (2012) menjelaskan hasil riset mengenai makian atau pisuhan yang di tengah masyarakat Arek (Jawa Timur) dan masyarakat Mataraman (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta).

Menurut Endang dalam artikel itu, pisuhan adalah suatu kata yang terlontar secara spontan dan penuh dengan subjektivitas pengguna bahasa. Sejarawan Slamet Muljana menyebut bahwa subjektivitas pengguna bahasa itu memuncak pada kata makian, ejekan, dan pujian.

Pisuhan adalah pengungkapan rasa kesal terhadap sesuatu yang tidak memuaskan. Bagi sebagian pemahaman moral tertentu pisuhan tergolong kasar, tetapi memang maksud dan pemaknaannya tetap harus dikembalikan pada niat mengucapkan kata-kata tersebut.

Advertisement

Pisuhan bukan hanya dimaksudkan untuk merendahkan lawan bicara atau objek misuh, tetapi juga berfungsi sebagai pemuasan diri sendiri dan melepas beban. Mengumpat atau misuh dapat diartikan menceritakan atau menyebut keburukan atau kekurangan seseorang kepada orang lain.Perbuatan yang termasuk mengumpat atau misuh biasanya menyebut atau menceritakan keburukan biarpun tanpa menyebut nama pelakunya, tetapi diketahui orang yang mendengarnya.

Pada dasarnya pisuhan tidak hanya bermakna negatif seperti memburuk-burukkan orang dengan kata-kata yang kasar/vulgar, tetapijuga  menunjukkan suatu hubungan antarindividu yang akrab/intim. Biasanya seseorang mengucapkan pisuhan agar suasana komunikasi cair, misalnya dalam suasana santai atau bertemu (menyapa) teman dekat.

Berdasarkan hal-hal tersebut, pisuhan merupakan ucapan yang terlontar secara spontan dan penuh dengan subjektivitas yang dapat berupa memburuk-burukkan orang, fitnah, makian, umpatan, ejekan, cercaan, pujian, dan pengungkapan rasa kesal, geram, atau dapat menunjukkan suatu hubungan yang intim/akrab. Jadi, mari misuh untuk mengekspresikan emosi, tapi harus tahu tempat dan tahu diri… asalkan empan papan.

Advertisement

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 17 Maret 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Advertisement
Kata Kunci : Bahasa Komunikasi Makian Misuh
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif