Kolom
Kamis, 14 Desember 2023 - 11:30 WIB

Memori Tembang Dolanan

Siti Puji Asih  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siti Puji Asih (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pernahkah  Anda teringat memori masa kecil? Masa itu menyimpan banyak kenangan hangat, baik bersama keluarga maupun teman sebaya. Momen-momen itu selalu membekas dalam perasaan dan pikiran. Kenangan itu selalu membuat saya tersenyum dan mengembalikan energi positif.

Setiap masa pasti meninggalkan kenangan tersendiri. Jika mengingat masa taman kanak-kanak (TK), saya teringat momen ketika lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain pasaran (main jual-beli dan masak-masakan) bersama kawan-kawan.

Advertisement

Ketika merasa bosan, kami beralih ke permainan petak umpet, ular naga, dan sering kami bermain sambil menyanyikan tembang-tembang dolanan. Suasana itu terasa syahdu. Tembang dolanan bukan sekadar lagu karena mengandung makna dan berperan membangun karakter.

Misalnya lagu Gundhul-gundhul Pacul yang mengajarkan untuk berperilaku bijaksana, tanggung jawab, dan tidak sombong.  Lagu ini mengibaratkan seorang pemimpin dengan tanggung jawab besar menyejahterakan rakyat.

Advertisement

Misalnya lagu Gundhul-gundhul Pacul yang mengajarkan untuk berperilaku bijaksana, tanggung jawab, dan tidak sombong.  Lagu ini mengibaratkan seorang pemimpin dengan tanggung jawab besar menyejahterakan rakyat.

Ketika ia gembelengan (besar kepala), maka amanah yang diibaratkan wakul (bakul tempat nasi) itu tumpah dan tidak bermanfaat lagi. Saya pun teringat lagu Menthog-menthog yang sering dinyanyikan guru saat saya masih di TK.

Lagu ini mengandung nasihat untuk bersikap rendah hati dan introspeksi diri. Sebagai manusia kita tidak boleh takabur dan selalu menghargai orang lain. Ibarat menthog, hewan berparas jelek, tidak menarik, suka tidur, dan malas-masalan pun memiliki kelebihan dapat membuat orang tertawa dengan cara berjalan yang lucu.

Advertisement

Konon katanya, jika anak-anak berkeliaran pada waktu magrib akan ada memedi yang membawanya ke dunia lain. Anak mana yang tidak percaya hal demikian? Sebagian besar anak pada masa itu akan mematuhi nasihat tersebut tanpa membantah.

Hal ini mengingatkan saya pada tembang Padhang Bulan. Lagu ini menggambarkan suasana hangat ketika bermain bersama di bawah sinar rembulan. Lagu ini mengajarkan kita untuk selalu cinta kepada Tuhan dan alam semesta.

Tembang ini juga mengajarkan sifat kasih sayang, kepedulian, dan kebersamaan terhadap sesama manusia. Tentu menyiratkan pesan agar tidak tidur sore hari karena hal itu pamali. Begitu banyak tembang dolanan yang menyiratkan petuah baik.

Advertisement

Saya kira tembang ini menjadi tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun, meskipun eksistensinya mulai tergerus. Tembang dolanan mulai jarang diajarkan di sekolah-sekolah, khususnya suku Jawa. Meskipun masuk dalam muatan lokal, keberadaannya kalah dengan lagu-lagu pop yang mulai merasuki dunia anak.

Selanjutnya beralih ke masa SD, SMP, dan SMA yang memberikan banyak kenangan tentang permainan tradisional. Permainan tradisional sangat asyik dan mengajarkan banyak hal. Itulah yang membuat kenangan ini lebih berkesan.

Selain kental dengan kebersamaan, permainan lebih banyak mengajarkan tentang kerja sama tim. Misalnya permainan betengan yang sering saya lakukan bersama kawan-kawan semasa SD. Permainan ini melibatkan banyak orang.

Advertisement

Bisa dibilang permainan ini dapat melatih kekompakan dan kerja sama tim. Betengan merupakan permainan tradisional yang memerlukan ketangkasan, kecepatan berlari, dan strategi andal untuk memenangi permainan.

Dalam permainan ini dibutuhkan dua kelompok berlawanan dengan masing-masing kelompok akan menjaga benteng atau beteng (bahasa Jawa). Tujuan permainan ini adalah menyerang dan mengambil alih benteng milik lawan.

Pada masa SMA saya bersama teman-teman satu sekolah mengikuti ajang perlombaan permainan tradisional gobak sodor. Mungkin Anda juga sering memainkan permainan ini sewaktu dulu? Apakah kenangan dari permainan ini masih membekas dalam memori masa lalu Anda?

Dalam permainan ini dibuat garis-garis pada sepetak tanah, kemudian terdapat dua kelompok saling berlawanan. Satu kelompok akan menjaga setiap garis yang dianggap sebagai benteng pertahanan dan kelompok lain akan berusaha menembus benteng itu.

Titik keseruan ketika tim penjaga bersikeras menjaga benteng dan berusaha menyentuh tim penyerang untuk mematikan. Sedangkan tim penyerang tetap berusaha memikirkan strategi untuk menembus benteng pertahanan lawan.

Tentu kekompakan dan kerja sama tim sangat dibutuhkan dalam permainan ini. Begitulah sepintas pengalaman masa lalu saya yang didominasi oleh kenangan permainan tradisional dan  tembang dolanan.

Keduanya memiliki tujuan, manfaat, dan tentu mengandung hikmah dengan mengajarkan banyak hal. Tembang dolanan banyak memberikan petuah baik untuk membentuk karakter anak.

Sedangkan permainan tradisional lebih banyak mengejarkan tentang kerja sama tim, strategi pertahanan, dan kekompakan. Kedua hal ini secara tidak langsung juga menciptakan interaksi yang mengajarkan kita untuk bersosialisasi dengan baik.

Bagaimana pendapat Anda tentang perbedaan kebiasaan, terutama dalam hal permainan anak, masa lalu dengan masa kini? Apakah hal-hal positif dan nasihat baik juga diajarkan kepada anak-anak melalui permainan modern saat ini? Lantas, akankah permainan bernilai kearifan lokal ini akan punah termakan arus waktu?

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 12 Desember 2023. Penulis adalah mahasiswa Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif