Kolom
Minggu, 6 Agustus 2023 - 09:30 WIB

Mengatasi Sampah Plastik Berbasis Kearifan Lokal

Ponco Suseno  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ponco Suseno (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Menarik  mencermati yang dilakukan warga Jepara, Jawa Tengah. Dalam acara haul menyisipkan kampanye mengurangi sampah plastik. Warga desa di Jepara itu beraksi nyata mengurangi sampah plastik secara asyik.

Mereka berkumpul menggelar acara haul leluhur di area makam Dukuh Kebuk Kidul, Desa Banjaran, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Lebih dari 2.000 warga Dukuh Kebuk Kidul dan dukuh-dukuh tetangga berkumpul di area makam pada Minggu (9/7/2023) pagi.

Advertisement

Haul leluhur itu juga disebut sebagai manganan yang bermakna selamatan sekaligus makan bersama di makam Mbah Surojoyo. Ia tokoh sekaligus leluhur cikal bakal Dukuh Kebuk Kidul. Di acara haul itu ada tradisi mengurangi penggunaan plastik.

Warga menggunakan bahan-bahan alami sebagai wadah makanan. Warga diedukasi menjaga lingkungan. Mereka mengarak imitasi kreneng atau keranjang yang terbuat dari bambu mengelilingi desa. Di area makam, kaum ibu memasak nasi dan beragam lauk yang kemudian disuguhkan kepada peziarah dari berbagai desa, bahkan dari luar daerah.

Tak ada wadah makanan dari plastik. Mereka menggunakan daun jati dan kreneng. Sebanyak 2.500 kreneng digunakan. Penggunaan kreneng simbol kesederhanaan masyarakat Dukuh Kebuk Kidul pada zaman dulu. Manganan selalu identik dengan kreneng.

Advertisement

Tradisi ini sempat terpengaruh menggunakan plastik. Tradisi menggunakan kreneng dihidupkan lagi empat tahun terakhir. Semua makanan yang disuguhkan menggunakan wadah berbahan alami.

Ini edukasi mengajak generasi muda agar tidak lupa dengan tradisi leluhur dan membuat kreneng. Masyarakat meyakini kreneng yang didoakan di acara haul Mbah Surojoyo mengandung berkah. Rangkaian acara haul leluhur terdiri atas arak-arakan, ziarah bersama, khataman Al-Qur’an, pengajian umum, dan pementasan rebana.

Tradisi warga di Jepara itu adalah kearifan lokal yang patut dipertahankan. Metode mengurangi sampah plastik seperti itu praktis dan efisien mengajak warga desa peduli terhadap lingkungan. Itu adalah mrempul dari bawah, murni inisiatif warga yang peduli terhadap lingkungan.

Melalui haul warga desa guyub rukun karena srawung dengan satu sama lainnya. Mendoakan leluhur dilanjutkan makan bareng. Saat pulang masing-masing warga diharapkan semakin konsisten mengurangi plastik di lingkungan yang lebih kecil lagi, yakni keluarga.

Advertisement

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pernah mengenalkan kegiatan ekonomi sirkular dalam penanganan sampah. Hal itu disampaikan di acara puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Provinsi Jawa Tengah di Taman Rakyat Slawi (Trasa), Tegal, Selasa (4/7/2023).

Ekonomi sirkular fokus pada reducing, reusing, dan recycling. Mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah. Ekonomi sirkular adalah pendekatan sistem ekonomi melingkar. Memaksimalkan kegunaan dan nilai tambah suatu bahan mentah, komponen, dan produk.

Langkah ini mereduksi jumlah bahan sisa yang tidak tergunakan dan terbuang di tempat pembuangan akhir. Penerapannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hijau yang lebih tinggi dibandingkan skenario business as usual.

Semangat peduli lingkungan, salah satunya mengurangi sampah plastik, harus terus digaungkan. Ketika warga desa saja bisa melakukan aksi nyata mengurangi sampah plastik, mestinya warga kota yang biasa mengeklaim lebih modern juga memiliki cara jitu untuk melakukannya.

Advertisement

Indonesia masih dikenal sebagai salah satu negara yang menghasilkan sampah plastik terbanyak di dunia setelah China. Rata-rata jumlah sampah plastik 7.200 ton/hari. Sampah plastik sulit terurai. Membutuhkan waktu 10 tahun hingga 20 tahun guna mengurai sampah berupa kantong plastik. Waktu urai botol plastik jauh lebih lama lagi, hingga 450 tahun.

Ketika semua pihak tak proaktif mengatasi sampah plastik, tentu akan merepotkan generasi yang akan datang. Kalau generasi sekarang membiarkan sampah plastik mencemari lingkungan secara masif, sama saja meninggalkan permasalahan jangka panjang yang sulit dicarikan solusi pada waktu mendatang.

Sampah plastik menjadi musuh terbesar lingkungan hidup. Pemerintah sebenarnya memiliki strategi mengurangi sampah plastik industri. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah mengatur strategi itu.

Seluruh produsen didorong menyusun roadmap pengurangan sampah dengan target pengurangan 30% timbulan sampah per Desember 2029. Peraturan itu juga mendorong industri menghentikan produksi (phase-out) air minum kemasan ukuran di bawah satu liter dan kemasan saset di bawah 50 mililiter. Ini harus didukung penuh oleh kalangan industri.

Advertisement

Sampah plastik saat ini ada di mana-mana. Di setiap rumah tangga ditemukan sampah plastik. Penggunaan plastik sangat masif karena kemajuan industri. Menjaga alam adalah tugas generasi saat ini, orang kota dan orang desa harus terlibat.

Apa yang dilakukan hari ini adalah warisan untuk anak cucu pada masa mendatang. Generasi sekarang jangan sampai mewariskan sampah plastik yang tiada guna kepada generasi yang akan datang.

Yang dilakukan warga di Jepara dengan komitmen mengurangi sampah plastik tergolong langkah visioner. Memiliki tradisi yang mendarah daging di masyarakat merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya.

Kearifan lokal itu bertujuan baik, mengurangi sampah plastik. Sesuatu yang baik harus terus dilakukan secara berulang. Dengan kata lain sebuah kebaikan harus selalu dijaga dan dirawat. Meniru bukanlah tabu sepanjang langkah imitasi itu bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Langkah yang dilakukan warga Jepara mengurangi sampah plastik layak didukung. Hidup pada era sekarang sulit tidak dekat-dekat dengan plastik. Meski seperti itu, penggunaan kreneng, besek, takir, dan bahan alami lainnya patut terus digaungkan karena ramah lingkungan.

Yang perlu dilakukan adalah konsisten dengan cara seperti itu. Dalam sebuah tradisi seperti yang dicontohkan di Jepara, warga bisa berkumpul bareng untuk berdoa bersama, mangan gedhen, dan peduli terhadap lingkungan.

Advertisement

Jangan enggan berkumpul agar bisa srawung dengan warga lainnya. Berkumpul bukan untuk bergibah, tapi berfaedah bagi alam sekitar. Itulah cara asyik mengatasi sampah plastik berbasis kearifan lokal yang telah dilakukan warga Jepara.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 3 Agustus 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Advertisement
Kata Kunci : Sampah Plastik Krisis Iklim
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif