Kolom
Rabu, 5 April 2023 - 23:50 WIB

Menikmati Hari Tua di Solo

Muhammad Qomar  /  Syifaul Arifin  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Muhammad Qomar (Solopos/Istimewa)

Ungkapan “Usia hanyalah angka” dibuktikan Deep Purple pada Jumat (10/3/2023) lewat aksi panggung setelah penampilan Raja Dangdut Rhoma Irama bersama Soneta, dan legenda hidup rock Indonesia God Bless. Mereka memanaskan Edutorium UMS, tempat berlangsungnya konser, meski berusia lebih dari enam dekade.

Generasi rambut putih mendominasi penonton. Panitia menambah jumlah kursi penonton demi mengakomodasi antusiasme mereka dengan mengurangi kapasitas penonton berdiri. Nostalgia God Bless membuka konser Deep Purple pada 1975 kembali hadir. Rivalitas rock versus dangdut era 70-an ditegaskan aksi Rhoma Irama pada konser dengan 7.000 penonton dari berbagai kawasan itu.

Advertisement

Para musisi sepuh itu menunjukkan mereka masih produktif dan menghibur. Dominasi penonton yang tergolong warga senior menegaskan kebutuhan hiburan dan rekreasi mereka sering luput dari perhatian karena kegiatan bagi mereka lebih bersifat sosial-keagamaan.

Pasal 1 UU 13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun. Warga lansia dikategorikan potensial jika masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Lansia tidak potensial jika sudah tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung bantuan orang lain. Pasal 5 menyatakan semua warga lansia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penuaan merupakan akumulasi kerusakan molekul-molekul dan sel-sel selama hidup (who.int, 2022). Keadaan ini mengarah penurunan kondisi fisik dan mental serta meningkatkan risiko terkena penyakit.

Advertisement

Sel-sel otak yang rusak dan tidak tergantikan lagi memicu berkurangnya jumlah sel otak serta menyebabkan penyakit neurodegeratif seperti parkinson dan alzheimer yang memicu demensia (kepikunan). Kerusakan otak pada alzheimer memicu kesulitan berpikir dan memecahkan masalah, lupa ingatan hingga kesulitan berbahasa. Keadaan ini bisa memicu disabilitas sehingga lansia tergantung pada orang lain. Penyakit neurodegeratif belum ada obatnya dan semakin lama menjadi parah.

Penurunan kondisi tubuh dan berbagai implikasinya, seperti kepikunan dan disabilitas, kerap disertai penyakit lain seperti diabetes dan jantung sehingga lansia dianggap sebagai beban. Paradigma ini menguat karena warga lansia tidak produktif lagi sehingga mendorong mereka terisolasi dari lingkungan sekitar. Hal ini menaikkan risiko terkena penyakit dan memperburuk kualitas hidup lansia (Marmot, 2010). WHO mengakui kesehatan warga lansia dipengaruhi faktor genetik, kondisi fisik, dan lingkungan sosial.

World Social Report 2023: Leaving No One Behind In Ageing World mengungkap kecenderungan global penuaan populasi dunia (UNDESA, 2023). Hal ini dipengaruhi turunnya angka kelahiran dan peningkatan kesehatan sehingga lansia hidup lebih lama. Angka 260 juta lansia pada 1980 naik menjadi 761 juta pada 2021 dan diperkirakan mencapai 1,6 miliar pada 2050. Jumlah warga lansia di atas 65 tahun di kawasan Asia timur, tenggara, tengah, dan selatan diperkirakan mencapai 540 juta pada 2050. Angka 155 juta lansia di atas 80 tahun pada 2021 akan mencapai 459 juta pada 2050.

Advertisement

Populasi menua warga Asia timur saat ini dipengaruhi beragam faktor. Tingginya angka harapan hidup di Jepang (melebihi 85 tahun) tidak terlepas dari tradisi hidup sehat di samping rendahnya tingkat kelahiran. Sebanyak 28% penduduk Jepang adalah lansia pada 2022. Survei Korea Population, Health and Welfare Association pada Juli 2022 pada responden 19-34 tahun di Korea Selatan mengungkap dua pertiganya adalah lajang. 70,4% di antara para jomblo tersebut memilih tetap melajang. Hal ini akan meningkatkan jumlah lansia. Kebijakan satu anak di China pada 1980-2015 berandil rendahnya tingkat kelahiran. Trauma kebijakan satu anak dan tingginya biaya hidup mendorong keadaan ini walaupun pemerintah telah mengobral insentif.

Di Kota Solo, data BPS mengungkap kenaikan jumlah warga berusia di atas 65 tahun dan penurunan populasi warga usia 15 tahun-34 tahun serta 5 tahun-9 tahun. Pada 2010, jumlah warga berusia di atas 65 tahun, 15-34 tahun, dan 5-9 tahun masing-masing 30.138 jiwa, 180.079 jiwa, serta 37.559 jiwa (

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif