Kolom
Selasa, 5 Desember 2023 - 10:55 WIB

Menjaga Peninggalan Piala Dunia U-17 di Indonesia

Tri Wiharto  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tri Wiharto (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Piala Dunia U-17 2023 di Indonesia telah selesai. Pertandingan puncak, yaitu babak final yang mempertemukan tim nasional Jerman melawan tim nasional Prancis pada Minggu (3/12/2023) pukul 19.00 WIB, menandai berakhirnya pesta sepak bola dunia level junior ini.

Secara umum penyelenggaraan Piala Dunia U-17 2023 di Indonesia bisa dikatakan sukses, terbukti dengan lancarnya pertandingan yang digelar sejauh ini. Sebagai tuan rumah, Indonesia cukup berhasil dari segi pelayanan kepada tim-tim peserta Piala Dunia U-17 maupun penyelenggaraan pertandingan.

Advertisement

Banyak pemain yang mengutarakan kekaguman terhadap keragaman di Indonesia. Sebut saja bintang tim nasional Jerman U-17, Noah Darvich, yang mengungkapkan rasa senang atas keunikan kota-kota di Indonesia yang pernah ia kunjungi.

Gelandang tim nasional Panama U-17, Aldair Marta, memuji keramahan warga Kota Surabaya selama Piala Dunia U-17. Pelatih tim nasional negara peserta juga memuji penyelenggaraan Piala Dunia U-17 di Indonesia.

Advertisement

Gelandang tim nasional Panama U-17, Aldair Marta, memuji keramahan warga Kota Surabaya selama Piala Dunia U-17. Pelatih tim nasional negara peserta juga memuji penyelenggaraan Piala Dunia U-17 di Indonesia.

Dari sisi fasilitas pertandingan, para pelatih mengatakan mendapat tempat bertanding maupun berlatih sangat representatif, bahkan beberapa dari mereka menyebut melebihi ekspektasi. Salah satu kota yang ditunjuk sebagai penyelenggara Piala Dunia U-17 2023 adalah Kota Solo, Jawa Tengah.

Kota Solo mendapat kehormatan menjadi tempat pertandingan final dan penutupan Piala Dunia U-17 tersebut. Stadion Manahan Solo ”melayani” para calon juara dunia dengan sebaik mungkin.

Advertisement

Apabila kita berkeliling di luar Stadion Manahan dengan berjalan kaki maupun berkendara, rasanya sungguh lega alias lapang. Trotoar di jalan sekeliling stadion tampak bersih, rapi, dan terkesan modern. Demikian juga apabila kita datang ke lapangan pendukung, kondisinya jauh berbeda dengan sebelumnya.

Rumput lapangan sangat rapi, tampak berkelas, dan selalu mengundang para pencinta sepak bola untuk menjajalnya. Kini Piala Dunia U-17 2023 menjelang berakhir. Artinya kawasan Stadion Manahan maupun seluruh lapangan pendukung segera ditinggalkan tim nasional peserta.

Pertanyaannya adalah setelah Piala Dunia U-17 2023 bagaimana nasib fasilitas pendukung tersebut? Stadion Manahan sudah jelas tetap menjadi markas Persis Solo di Liga 1 maupun untuk kegiatan keolahragaan lainnya dengan aturan yang ketat, tetapi bagaimana nasib lapangan pendukung?

Advertisement

Perlu kecermataan dalam menempatkan pemanfaatkan lapangan pendukung Piala Dunia U-17 yang sudah ”telanjur” sedemikan baik seperti saat ini. Apabila lapangan pendukung tersebut memang menjadi fasilitas atau ruang publik, kiranya pemangku kepentingan perlu lebih bijaksana dalam menentukan dan mengatur peruntukannya.

Harus dipilih dan dipilah kegiatan yang akan dilaksanakan di lokasi tersebut sehingga dampak negatif yang ditimbulkan bisa direduksi sepenuhnya. Sering kali fasilitas cukup bagus yang ditinggalkan oleh event olahraga ujung-ujungnya mangkrak begitu saja atau rusak karena salah dalam tata kelola peruntukan.

Tidak bisa dibayangkan betapa rugi apabila fasilitas berkelas yang ditinggalkan oleh Piala Dunia U-17 rusak begitu saja karena kesalahan pemanfaatan, apalagi saat ini hingga beberapa bulan ke depan sudah masuk musim kampanye Pemilu 2024 dan sangat mungkin berlangsung masif dengan memanfaatkan lapangan sepak bola sebagai ajang kampanye terbuka.

Advertisement

Mudah-mudahan lapangan pendukung Piala Dunia U-17 tidak akan terkena dampak dari ingar bingar kampanye Pemilu 2024 serta kegiatan-kegiatan lain yang bisa merusak kualitas fasilitas yang telah dipoles sedemikian bagus tersebut.

Pengelolaan lapangan pendukung yang ditinggalkan Piala Dunia U-17 tentu tak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah. Masyarakat harus punya rasa memiliki dan kemauan untuk merawat.

Dengan demikian, fasilitas tersebut akan tetap terjaga dan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat tanpa merusaknya.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 2 Desember 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif