Kolom
Senin, 11 September 2023 - 21:15 WIB

Menyambung Asa Petani Tembakau

Jafar Sodiq Assegaf  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jafar Sodiq Assegaf (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Tembakau  banyak ditanam di lahan-lahan pertanian di Jawa Tengah. Saat musim kemarau tiba, tembakau menjadi salah satu tanaman pokok yang ditanam lantaran permintaan industri yang cukup besar dan harganya cukup menjanjikan.

Meski begitu, dalam tiga tahun terakhir tembakau menjadi komoditas yang justru mengkhawatirkan bagi petani. Ada beberapa masalah pokok yang membuat bertani tembakau menjadi tak cukup menjanjikan dalam tiga tahun sampai empat tahun terakhir.

Advertisement

Pertama, yang cukup meresahkan, adalah soal tata niaga. Petani tembakau cenderung bergantung pada perantara sebelum perusahaan rokok besar membeli hasil panen mereka.

Rantai distribusi dari pengepul ke pedagang kecil lantas dikumpulkan oleh pedagang besar. Hasil panen tembakau ini masih harus ditentukan harganya lewat grader baru kemudian dibeli oleh perusahaan rokok.

Rantai distribusi yang cukup panjang sebelum mencapai perusahaan rokok. Perusahaan-perusahaan memiliki kekuatan tawar yang besar dalam menentukan harga dan persyaratan pembelian. Petani sering kali tak bisa bernegosiasi tentang harga dan kondisi penjualan.

Advertisement

Kedua, tidak adanya standardisasi harga tembakau yang membuat harga tembakau tidak pasti pada setiap tahun. Petani sering kali memperoleh harga jual yang lebih rendah untuk hasil panen mereka daripada biaya produksi yang dikeluarkan. Tentu ini mengurangi keuntungan mereka.

Ketiga, tentang variabilitas Iklim. Perubahan iklim mengakibatkan variasi cuaca yang lebih ekstrem, termasuk periode kekeringan dan banjir yang tidak terduga. Ini mengganggu budi daya tembakau dan mengakibatkan kerugian bagi petani.

Keempat, persaingan global, peningkatan produksi tembakau di berbagai negara, serta perubahan dalam preferensi konsumen. Semua ini menyebabkan penurunan harga tembakau. Hasil budi daya tembakau juga menghadapi peraturan ketat di banyak negara.

Regulasi tentang tembakau semakin ketat. Ini termasuk peraturan yang mengharuskan label tentang peringatan bahaya kesehatan pada kemasan produk olahan tembakau, pembatasan iklan produk olahan tembakau, dan kenaikan pajak produk olahan tembakau.

Advertisement

Semua ini dapat mengurangi permintaan dan mengganggu bisnis tembakau. Kesadaran tentang risiko kesehatan yang terkait dengan merokok telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Seiring dengan ini, permintaan produk tembakau telah menurun, terutama di negara-negara maju. Ini dapat mengurangi pasar produk tembakau yang pada gilirannya dapat memengaruhi petani tembakau.

Untuk mengatasi masalah ini, petani tembakau dan pemerintah perlu mencari solusi yang berkelanjutan, seperti diversifikasi pertanian, pelatihan petani dalam praktik-praktik modern, dan upaya mencari pasar baru atau produk turunan tembakau yang lebih menguntungkan.

Ini akan membantu mengurangi ketidakpastian ekonomi bagi petani dan mengatasi tantangan yang dihadapi industri tembakau dalam beberapa tahun terakhir.

Advertisement

Beberapa komunitas petani tembakau sangat bergantung pada pertanian tembakau. Penurunan permintaan dalam industri ini dapat berdampak besar pada ekonomi lokal.

Di beberapa wilayah, petani mencari alternatif pertanian yang lebih menguntungkan daripada tembakau. Mereka beralih ke tanaman lain yang memiliki permintaan yang lebih stabil atau menguntungkan.

Bagaimanapun juga tembakau telah menghidupi dua juta lebih pekerja tani, membuka delapan ratusan unit usaha, dan menyerap 600.000 tenaga kerja formal.

Dari dua juta pekerja di bidang pertanian, tembakau menggerakkan perekonomian dengan kontribusi tenaga kerja langsung maupun tidak langsung di berbagai jenjang. Para pekerja itu adalah buruh tani, tanaga kerja panen, penyortir, hingga pekerja lain yang dilibatkan pada setiap jenjang proses.

Advertisement

Bisnis tanaman tembakau melibatkan banyak orang, termasuk para pekerja pabrik yang menggantungkan hidup mereka semata-mata dari pabrik atau mereka yang mencari penghasilan tambahan.

Karena itulah, jika pertimbangan ekonomi dan sosial tidak diperhitungkan secara cermat, kebijakan yang mengurangi produksi atau melarang pertanian tembakau sepenuhnya dapat berdampak sangat merugikan jutaan pekerja tani dan ekonomi secara keseluruhan.

Dalam menyusun kebijakan terkait tembakau, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu mempertimbangkan pendekatan yang seimbang.  Tata niaga tembakau perlu diperbaiki.

Perlu diuapayakan agar petani dapat langsung menjual hasil panen tembakau kepada pelaku usaha. Petani dan perusahaan harus menjadi mitra memutus rantai perjalanan hasil panen tembakau ke industri.

Penting diingat bahwa masalah ini kompleks dan solusi tidak selalu bersifat hitam putih. Kebijakan yang diambil harus mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial jangka panjang serta memberikan dukungan kepada mereka yang mungkin terkena dampak.

Jika tujuan jangka panjang adalah mengurangi konsumsi rokok untuk persoalan kesehatan, perlu dipertimbangkan mengambil langkah agar tujuan ini dapat tercapai dengan soft landing.

Advertisement

Pemerintah perlu mendorong petani tembakau beralih ke tanaman alternatif yang lebih menguntungkan sehingga mereka tidak sepenuhnya tergantung pada tembakau.

Pemerintah perlu membuat program kesejahteraan dan perlindungan sosial untuk pekerja tani tembakau yang mungkin terkena dampak kebijakan pengurangan produksi tembakau.

Perlu pula diperluas edukasi masyarakat tentang risiko kesehatan yang terkait dengan merokok sehingga mengurangi permintaan tembakau secara alami.

Upaya ini tentu harus dilakukan dengan melibatkan para petani, pekerja, industri, dan organisasi masyarakat sipil dalam pembuatan kebijakan untuk memastikan bahwa kepentingan semua pihak dipertimbangkan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 9 September 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif