Kolom
Sabtu, 11 November 2023 - 21:09 WIB

Merayakan Seabad Persis

Ardian Nur Rizki  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ardian Nur Rizki (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, Solo – Persis Solo membuat euforia perayaan sepak bola sebagai medium kohesi sosial masyarakat Kota Solo kembali merekah. Menyambut 8 November 2023, menyambut seabad Persis Solo, publik tumpah ruah di jantung Kota Solo.

Mereka merayakan 100 tahun eksistensi Laskar Sambernyawa. Konvoi riuh, pesta kembang api, doa dan munajat, sorak sorai yel-yel kejayaan, mewarnai sepanjang Jl. Slamet Riyadi pada Selasa (7/11/2023) malam hingga Rabu (8/11/2023) dini hari.

Advertisement

Perayaan ini akan berlanjut pada akhir pekan dengan Sambernyawa Festival. Persis memang layak menekuri dan merayakan hari besarnya. Setelah merengkuh podium tertinggi Liga 2 pada 2021, Persis terus menunjukkan geliat bertalu-talu.

Memoles citra klub, menggiatkan pembibitan potensi-potensi muda (Persis Solo Youth Academy), menyokong Persis E-Sport, mempersolek Persis Store sebagai pengerek penjualan merchandise, dan mengupayakan profesionalitas pengelolaan klub sepak bola perempuan (Persis Women)–meski belum didukung ekosistem yang memadai.

Persis juga menggaungkan program Persis Goes to School untuk membumikan nilai-nilai sportivitas dan kecintaan pada olahraga melalui sepak bola di kalangan pelajar. Itu bukan hanya di sekolah-sekolah di Soloraya.

Advertisement

Persis menyapa Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN) Johor Bahru, Malaysia di sela-sela agenda Sambernyawa Coming to Johor. Pada awal musim ini, Persis mendermakan 74 alat pelindung diri (APD) kepada Dinas Pemadam Kebakaran Kota Solo— hasil penjualan tiket laga Charity Match: Fire of Hope antara Persis kontra Persebaya.

Dalam rangkaian perayaan 100 tahun,  Persis bersinergi dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Solo dan Sambernyawa Rescue Team (SRT) dalam kegiatan penyumbangan darah bagi warga Soloraya.

Berbagai wacana sederhana ini kian terasa spesial di tengah kegersangan warta tentang persepakbolaan nasional. Meski masih bercokol di papan tengah klasemen, segala ikhtiar mulia Laskar Sambernyawa sudah sepatutnya menuai apresiasi.

Di hamparan rumput hijau, Persis hendak membangun kultur sepak bola positif dari hulu hingga hilir. Persis bukan hanya mendatangkan pemain bintang, tetapi juga melakukan pembibitan putra daerah dari akar rumput, bahkan lintas usia dan gender.

Advertisement

Di medan kehidupan masyakarat Persis terus berupaya menebar manfaat melampaui klub sepak bola. Penggawa Persis masuk ke sekolah-sekolah dan menyalakan api motivasi kepada para siswa.

Para pemain Persis menyepak bola untuk menyokong eksistensi pemadam kebakaran dan PMI. Manajerial Persis terus mencipta wacana kreatif untuk menambatkan gairah positif para pencintanya.

Ikhtiar luhur Persis ini, sekali lagi, layak diapresiasi! Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila masyarakat Soloraya gegap gempita menyambut perayaan seabad Persis Solo.

Optimisme

Terlepas dari belum optimalnya Laskar Sambernyawa dalam separuh musim ini, proyeksi dan geliat pembangunan Persis sebagai entitas klub profesional telah membuncahkan segunung optimisme.

Advertisement

Arah juang Laskar Sambernyawa hendak mematahkan asumsi negatif terhadap bisnis dan eksistensi klub sepak bola yang rentan koyak dan pailit–karena dianggap memerlukan modal besar dan keuntungan yang relatif kecil–sebagaimana disampaikan Simon Kuper dan Stefan Szymanski dalam The Worst Business in the World: Why Soccer Clubs Don’t and Shouldn’t Make Money (2010).

Di tengah iklim sepak bola sebagai industri, Persis hendak memoderasi entitas klub sepak bola perserikatan dan klub sepak bola profesional.  Mengupayakan profit pada klub sepak bola di tengah centang perenang kompetisi persepakbolaan nasional tentu tidak gampang.

Industri dan investasi dapat berjaya apabila bertumpu pada pijakan yang kukuh dan regulasi jelas. Federasi sepak bola Indonesia, sebagaimana jamak kita ketahui,  belum kuasa menyajikan iklim kompetisi berkualitas: regulasi yang ambigu dan irasional!

Penggemar sepak bola di negeri ini acap gamang dengan ambiguitas regulasi maupun ketidakpastian jadwal kompetisi. Pada musim ini saja regulator kompetisi mencanangkan berbagai kebijakan rancu, seperti melarang pertandingan dihadiri suporter tamu–yang diimplementasikan secara inkonsisten dan tidak serius, menyajikan laga tanpa penonton, menangguhkan (atau meniadakan?) kompetisi sepak bola perempuan, ketidakjelasan pengelolaan kompetisi di berbagai tingkatan usia, dan lain-lain.

Advertisement

Untuk menyokong sepak bola sebagai industri, federasi sepak bola kita adalah yang paling bertanggung jawab mencanangkan konsistensi standardisasi dan regulasi kompetisi. Bisnis dan industri musykil berkembang dalam iklim liga yang runyam.

Dengan dinakhodai jajaran darah muda, Persis dengan segudang rencana pembaruan berupaya menampik pesimisme industri persepakbolaan. Ikhtiar ini bukan proses instan dan memerlukan dukungan masif dari berbagai kalangan.

Persis memiliki modal mumpuni–infrastruktur, manajerial, hingga dukungan publik Soloraya— untuk menjadi mercusuar pembangunan sepak bola nasional.

Phil Schaaf dalam buku Sport, Inc: 100 Years od Sports Business (2004) meramalkan olahraga akan terus berkembang sebagai bisnis global yang besar apabila dapat dikelola dengan komprehensif dan segenap stakeholders mampu menjalin relasi mutualisme.

Pemahaman sepak bola sebagai komoditas merupakan paradigma baru dalam dunia olahraga. Aktivitas sepak bola disematkan dalam pola pikir industri. Mengikuti logika dasar industri, dalam industri sepak bola terdapat proses produksi, pengemasan, promosi, pemasaran, dan penjualan dengan target tertentu.

Hubungan dengan pelanggan dan upaya mengikat simpati dan loyalitas pelanggan perlu dirabuk. Hasani Abdulgani dalam Sports Marketing (2019) menyebut lingkaran industri olahraga mencakup pengelolaan klub, penyelenggaraaan event, pembinaan atlet, pengelolaan asosiasi, sponsor, hak siar, pemasaran, dan pengelolaan fans maupun penonton.

Advertisement

Manajemen Persis telah berupaya merombak segala aspek lingkaran industri olahraga tersebut. Satu hal sederhana–tetapi esensial—yang perlu segera dirombak adalah mentalitas fans atau penyokong. Ya! Fans Persis yang kini terfragmentasi dalam pelbagai kelompok.

Pasoepati, Ultras 1923, Surakartans, Garis Keras Sambernyawa, dan berbagai elemen lain harus menciptakan kultur positif agar Persis dapat tumbuh dengan persisten!

Intervensi berlebihan dan mental hanya mau menang–sebagaimana jamak mendera suporter-suporter di Indonesia—mesti dikikis. Untuk tumbuh dengan persisten, fans Persis harus dapat menghargai proses.

Selamat merayakan 100 tahun eksistensi Persis. Selamat mengunduh manfaat Persis. Bersama-sama kita ikhtiarkan kejayaan Persis!

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 9 November 2023. Penulis adalah penulis buku berjudul Pustaka Sepak Bola Surakarta, penggawa Solo Societeit)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif