Kolom
Selasa, 9 April 2024 - 09:55 WIB

Mudik, Lebaran, dan Dinamika Perekonomian

Redaksi  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyapu koin di Jembatan Sewo, perbatasan Subang dan Indramayu, Jawa Barat pada Senin (8/4/2024). Para penyapu koin memadati jalur tersebut setiap masa arus mudik atau jelang lebaran. (Bisnis.com/Rizqi Rajendra)

Aktivitas mudik Lebaran berdampak signifikan terhadap peningkatan pergerakan ekonomi masyarakat, terutama di daerah tujuan mudik. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menjelaskan perputaran uang selama Ramadan dan libur Lebaran diperkirakan mencapai Rp157,3 triliun.

Itu berdampak positif meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2024. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memproyeksikan pergerakan ekonomi selama periode mudik Lebaran mencapai Rp386 triliun.

Advertisement

Artinya pergerakan masyarakat pada Lebaran menciptakan peluang dan manfaat yang sangat bernilai. Multiplier effects mudik sangat panjang yang mencakup sektor transportasi dan sektor lainnya.

Di tengah optimisme perekonomian selama arus mudik, penyelenggaraan dan pengelolaan angkutan Lebaran menjadi ujian sekaligus tantangan sejauh mana kemampuan pemerintah menyelenggarakan pelayanan publik yang bernilai strategis.

Ini akan memengaruhi kepercayaan dan kepuasan publik terhadap pemerintah. Pergerakan massal ratusan juta individu dalam waktu singkat pasti membutuhkan koordinasi dan pengorganisasian yang solid dan terstruktur oleh pemerintah.

Advertisement

Aspek utama yang mendorong mobilitas ekonomi selama periode libur Lebaran adalah ketersediaan transportasi umum dan infrastruktur pendukungnya. Sistem jalan yang luas dan terintegrasi dengan baik di berbagai daerah, seperti di Jawa, Sumatra, dan pulau lainnya juga menjadi pemicu utama mobilitas masyarakat.

Akses transportasi yang memadai dan nyaman akan meningkatkan minat masyarakat untuk berwisata. Ketika layanan transportasi dan sarananya tak terselenggara dengan baik bisa memicu bencana. Kita tentu tak ingin tragedi kemacetan panjang di Brebes pada 2016 yang menyebabkan banyak orang meninggal terulang.

Jangan pula ada pemudik yang telantar lantaran sarana transportasi massal yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Menyelenggarakan dan mengelola angkutan Lebaran jelas menjadi ujian sekaligus  tantangan karena berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan pergerakan arus mudik Lebaran 2024 melibatkan 193 juta orang yang berarti ada kenaikan 56% apabila dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu.

Advertisement

Pergerakan masyarakat yang makin tinggi, melibatkan lebih banyak orang, mengindikasikan kenaikan kepercayaan diri masyarakat untuk bepergian atau berlibur. Hal ini berdampak pada kenaikan daya beli masyarakat.

Ketika angkutan Lebaran bisa dilaksanakan secara baik dengan jumlah pergerakan yang besar tentu membuat pergerakan dan perkembangan perekonomian di daerah meningkat signifikan. Program mudik gratis oleh pemerintah dan swasta menjadi salah satu upaya mewujudkan kelancaran lalu lintas pada musim mudik.

Mudik Lebaran bukan sekadar peristiwa kebudayaan, tapi telah berkembang dan menjelma menjadi ruang ekonomi. Pemberdayaan potensi perekonomian ini meniscayakan pengelolaan yang baik sehingga pemudik merasa aman dan nyaman.

Inilah prasyarat agar ”kebudayaan mudik” makin berdaya sehingga bermanfaat bagi banyak orang, bukan hanya bagi pemudik dan keluarga di kampung halaman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif