Kolom
Jumat, 2 Februari 2024 - 11:55 WIB

Panggung Musik di Tengah Kontestasi Politik

Ika Yuniati  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ika Yuniati (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Personel grup musik rock legendaris Slank, Akhadi Wira Satriaji alias Kaka, mengajak Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, maju ke tengah panggung untuk berjoget, Minggu (21/1/2024) siang.

Mengenakan blus panjang warna merah, Megawati yang siang itu tampil dengan kacamata hitam bergoyang bersama lautan manusia yang turut serta meramaikan kampanye akbar pasangan calon presiden-calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md. di Bandung.

Advertisement

Lagu Orkes Sakit Hati dalam album 999+09 yang dirilis pada 1999 mengiringi massa yang bergoyang. Duet Kaka dan Megawati disambut antusias massa yang menyoraki sembari menikmati alunan musik.

Riuh panggung musik di tengah naik turun tensi politik tak hanya dimainkan kubu calon presiden-calon wakil presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud Md. Sejak kampanye Pemilu 2024 dimulai pada 28 November 2023, pasangan calon presiden-calon wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka juga gencar melakukan hal serupa.

Advertisement

Riuh panggung musik di tengah naik turun tensi politik tak hanya dimainkan kubu calon presiden-calon wakil presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud Md. Sejak kampanye Pemilu 2024 dimulai pada 28 November 2023, pasangan calon presiden-calon wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka juga gencar melakukan hal serupa.

Panggung musik pada tahun politik selalu ingar binger. Berbagai genre musik digandeng tim sukses demi mencuri simpati masyarakat. Musik pop, hip hop, hingga lagu-lagu dangdut koplo berbahasa Jawa dan genre lainnya yang dianggap dekat dengan masyarakat.

Penyanyi Denny Caknan laris manis di Soloraya. Pencipta lagu berbahasa Jawa ini memang selalu mampu menggaet lautan manusia di setiap konser. Dia beberapa kali diajak tim pendukung pasangan calon presiden-calon wakil presiden berkampanye.

Advertisement

Kampanye Akbar Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Jakarta, Senin (29/1/2024), dimeriahkan Raja Dangdut Rhoma Irama dan Soneta. Sebulan terakhir tim pemenangan pasangan calon presiden-calon wakil presiden merilis beberapa lagu kampanye bersama sejumlah musikus ternama.

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar meluncurkan jingle Amien Aja Dulu. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendongkrak dukungan dengan lagu Oke Gas Prabowo Gibran Paling Pas dan Yo Musti Menang. Sedangkan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. didukung lagu Salam Metal.

Pencipta lagu Yo Musti Menang, Abah Lala, sepekan terakhir getol mengampanyekan pasangan Prabowo-Gibran di akun Instagram pribadinya. Saya ingat betul, sekitar lima bulan lalu Abah Lala membuat lagu promosi untuk Ganjar dengan judul Ganjar untuk Indonesia. Lagu tersebut cukup ramai sambutan di akun Youtube Ganjar App 5.

Advertisement

Memang tak ada yang abadi dalam kontestasi politik. Begitu yang saya maknai. Tak hanya Abah Lala, musikus lain pun begitu. Sejak dilahirkan, musik memang dirancang sebagai medium pengantar pesan. Pada hari-hari biasa musik bertugas menyampaikan pesan kegelisahan si penulis lagu.

Ada yang menarasikan kesedihan dan patah hati atau kegembiraan berlebih dengan nada optimistis. Pada masa tertentu, musik hadir sesuai kepentingan si pemesan. Dalam konteks perjuangan, musik juga jadi jembatan menyalakan semangat rakyat.

Lagu-lagu Iwan Fals, misalnya, menyuarakan hak buruh. Misalnya lagu Kuli Jalanan, Robot Bernyawa, dan PHK yang dirilis pada 1990-an. Tiga tahun lalu, lagu Buruh Tani mengiringi demonstrasi menolak Undang-undang Cipta Kerja yang dinyanyikan seorang biduan musik dangdut koplo bernama panggung Shinta Gisul.

Advertisement

Shinta dan tim saat itu ikut memanaskan semangat para demonstran dengan lagu Buruh Tani beraransemen dangdut koplo. Remake yang dianggap lebih merakyat itu dibagikan di media sosial hingga membuat gema penolakan Undang-undang Cipta Kerja makin kentara.

Mahasiswa, pekerja, petani, dan masyarakat marginal lainnya menangkap pesan yang disampaikan lewat lagu itu. Wajar para politikus menggunakan musik sebagai alat politik demi menggaet suara.

Di tengah keraguan publik atas para calon pemimpin, rakyat bisa membuat gerakan perubahan dengan medium yang sama. Harus ada gerakan bersama, bukan ”asal ada dananya”…

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 31 Januari 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif