Kolom
Senin, 30 Oktober 2023 - 20:30 WIB

Pemuda sebagai Minoritas Kreatif

Irwan Januari Putra  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Irwan Januari Putra (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Setiap 28 Oktober bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Ini adalah puncak Kongres Pemuda pada 1928. Keberhasilan pemuda Indonesia melaksanakan Kongres Pemuda merupakan lompatan besar dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia pada masa itu.

Tekanan pemerintah kolonial Belanda, khususnya setelah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1926, dan keberagaman kelompok sosial tidak menyurutkan langkah pemuda Indonesia untuk bersatu, bercita-cita, dan berjuang bersama mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Advertisement

Sumpah Pemuda memiliki tiga makna penting dalam pembentukan identitas kebangsaan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pertama, Sumpah Pemuda sebagai peristiwa yang menandai terbentuknya bangsa Indonesia melalui musyawarah mufakat, melalui ikrar bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu.

Kedua, Sumpah Pemuda sebagai peristiwa yang menandai terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia berdasarkan kesatuan tanah air, kesatuan bangsa, dan kesatuan bahasa. Ketiga, Sumpah Pemuda sebagai peristiwa yang membangkitkan semangat kebangsaan (nasionalisme) bangsa Indonesia.

Sumpah Pemuda juga menjadi momentum yang mendorong terbentuknya tiga kesadaran bangsa Indonesia. Pertama, kesadaran bahwa keberagaman kelompok sosial di Indonesia merupakan keniscayaan sejak zaman dahulu.

Advertisement

Kedua, kesadaran bahwa keberagaman kelompok sosial di Indonesia dapat menjadi kekuatan pemersatu untuk mewujudkan tujuan bersama. Ketiga, kesadaran bahwa hanya dengan persatuan dalam keberagaman, kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai tujuan bersama dapat terwujud.

Tiga kesadaran tersebut menjadi landasan perjuangan kemerdekaan hingga berhasil didirikan negara Republik Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Menurut sejarawan Arnold J. Toynbee dalam buku A Study of History, muncul dan berkembangnya peradaban ditentukan oleh keberhasilan manusia menjawab tantangan (challenge and response theory). Salah satu bentuk tantangan adalah penindasan berkepanjangan oleh kekuatan asing (penjajahan).

Penderitaan akibat penjajahan memunculkan perlawanan yang keberhasilannya ditentukan oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari luar yaitu kekuatan dan intensitas penjajahan, sedangkan faktor dari dalam yaitu keberadaan dan peran minoritas kreatif dalam memimpin perlawanan.

Advertisement

Minoritas kreatif adalah individu atau kelompok yang memiliki kelebihan tertentu, baik moral maupun intelektual, sehingga memiliki wibawa dan pengaruh dalam kelompoknya. Dalam masyarakat mana pun, individu atau kelompok kreatif umumnya berjumlah sedikit (minoritas) dan akan selalu muncul dalam setiap keadaan.

Dalam konteks perkembangan identitas kebangsaan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia, Kongres Pemuda adalah tanggapan pemuda terhadap tantangan penjajahan Belanda. Dengan kesadaran nasional dan semangat kebangsaan, pemuda Indonesia masa itu memainkan peran sebagai minoritas kreatif.

Keberhasilan tersebut diawali dengan peristiwa kebangkitan nasional yang ditandai dengan pendirian organisasi pergerakan nasional Budi Utomo pada 1908 yang kemudian diikuti organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya dengan corak sosial kedaerahan masing-masing.

Jika diurai menurut teori tantangan dan tanggapan, keberhasilan Kongres Pemuda dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari luar, yaitu, pertama, munculnya kaum terpelajar di Indonesia akibat pengaruh pendidikan dan ilmu pengetahuan modern.

Advertisement

Kedua, kegagalan perlawanan yang bersifat tradisional kedaerahan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Ketiga, pengaruh gerakan nasionalisme di kawasan Asia dan Afrika (India, China, Turki, dan Filipina). Keempat, kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905.

Kelima, tekanan pemerintah kolonial Belanda setelah apemberontakan PKI pada 1926 terhadap organisasi pergerakan nasional di Indonesia. Keenam, penderitaan terus-menerus bangsa Indonesia akibat penjajahan Belanda.

Sedangkan faktor dari dalam, antara lain, terbentuknya kesadaran nasional di kalangan pemuda Indonesia; kemauan dan tekad pemuda Indonesia untuk bersatu dengan menanggalkan ego kedaerahan dan ego kelompok; serta kesamaan nasib penduduk antardaerah di Indonesia akibat penjajahan Belanda.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan akhir perjuangan, melainkan sebagai pintu gerbang menuju tatanan masyarakat, bangsa, dan negara yang adil dan makmur. Pada era kemerdekaan saat ini, pemuda sebagai generasi penerus memiliki peran penting mengisi kemerdekaan, salah satunya mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.

Advertisement

Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang besar. Berdasarkan data World Population Review tahun 2023, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.

Indonesia juga termasuk negara yang mengalami bonus demografi yang diperkirakan mencapai puncaknya pada 202–2030. Bonus demografi adalah keadaan jumlah penduduk usia produktif (15 tahun–64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia nonproduktif (lebih dari 64 tahun). Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk usia produktif di Indonesia pada Februari 2023 sebanyak 211,59 juta jiwa. Sebagian dari penduduk usia produktif merupakan pemuda.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, pada Maret 2022 jumlah penduduk kategori pemuda di Indonesia sebanyak 68,82 juta jiwa atau 24% dari jumlah 0penduduk Indonesia.

Untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, pemuda diharapkan berperan sebagai agen perubahan dan agen kemajuan sebab pemuda merupakan golongan masyarakat yang paling terbuka serta paling cepat menerima dan beradaptasi dengan perubahan.

Menurut Pasal 16 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, pemuda memiliki peran aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional.

Untuk itulah, dengan mengoptimalkan bonus demografi, pemuda Indonesia diharapkan mau dan mampu memainkan peran minoritas kreatif. Peran tersebut diwujudkan melalui pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan pilar pertama Visi Indonesia Emas 2045.

Advertisement

Dengan demikian, pemuda dapat menempatkan diri sebagai teladan moral dan intelektual dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peran minoritas kreatif oleh pemuda hanya dapat diwujudkan melalui keteladanan.

Hanya dengan keteladanan akan terbentuk wibawa dan pengaruh dalam masyarakat sebagaimana para pemuda Indonesia terdahulu pada zaman penjajahan Belanda. Melalui keteladanan akan terbentuk kepercayaan yang memungkinkan terwujudnya tujuan bersama melalui kerja sama dan persatuan.

Semoga melalui peran dan keteladanan pemuda, Visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud. Hanya kepada pemuda, bangsa dan negara ini diwariskan. Hanya di tangan pemuda, masa depan bangsa dan negara ini ditentukan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 26 Oktober 2023. Penulis adalah perangkat Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif