Kolom
Jumat, 11 November 2022 - 08:08 WIB

Sektor Ekonomi Persyarikatan Muhammadiyah

Sri Herwindya Baskara Wijaya  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Herwindya Baskara Wijaya (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Sebagai  organisasi dengan sedikitnya 30 juta orang pengikut, lebih dari 12.000 amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan dan filantropi, total kekayaan lembaga lebih dari Rp320 triliun, serta beragam misi kemanusiaan di dalam dan di luar negeri cukup menjadi bukti Muhammadiyah adalah organisasi Islam besar dan berpengaruh di dunia.

Banyak pihak mengakui prestasi ini dan membuktikan perkataan pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, yang pernah memproyeksikan suatu saat Muhammadiyah akan menjadi besar. Kebesaran Muhammadiyah ini sebagai bukti kebenaran tafsir jenius dan progresif Sang Pencerah, K.H. Ahmad Dahlan, dalam menginternalisasi, memaknai, dan mengimplementasikan Islam yang rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

Advertisement

Ada satu masukan konstruktif terhadap bidang garap Muhammadiyah selama ini yang dianggap masih belum optimal, yakni sektor ekonomi. Pentingnya penguatan sektor ekonomi oleh Persyarikatan Muhammadiyah setidaknya didasarkan atas sejumlah pertimbangan.

Pertama, hingga memasuki usia 110 tahun sejak berdiri pada 1912, kiprah Muhammadiyah lebih banyak bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan filantropi. Dunia internasional mengakui prestasi Muhammadiyah ini.

Advertisement

Pertama, hingga memasuki usia 110 tahun sejak berdiri pada 1912, kiprah Muhammadiyah lebih banyak bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan filantropi. Dunia internasional mengakui prestasi Muhammadiyah ini.

Dari sekian puluh ribu amal usaha Muhammadiyah, jumlah amal usaha yang bergerak di sektor ekonomi masih terbatas seperti di sektor pendirian jasa keuangan mikro, gerai swalayan, penerbitan pers, dan percetakan.

Hingga 2021, di sektor pengembangan ekonomi, Muhammadiyah baru memiliki 347 baitul maal wa tamwil (BMT), 26 bank perkreditan rakyat syariat (BPRS), dan 128 gerai swalayan. Jumlah ini terpaut cukup jauh dengan amal usaha lain yang per 2021 mencapai 10.729 lembaga pendidikan (TK/TPQ, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, pondok pesantren, SLB) dan 2.119 lembaga kesehatan (rumah sakit, klinik kesehatan) (Wijaya, 2022).

Advertisement

Kedua, dunia Islam belum sepenuhnya menjadi pemain utama sektor ekonomi. Majalah Forbes merilis daftar 10 orang terkaya di dunia tahun 2022, tidak ada seorang pun dari kalangan muslim masuk di dalamnya. Forbes juga mengungkap nama 2.668 orang paling kaya di dunia pada 2022 ini, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat (AS).

Negara-negara Islam dan yang berpenduduk mayoritas muslim sebagian besar masih berkubang dalam keterbatasan di sektor ekonomi. Dari 57 anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) [dulu bernama Organisasi Konferensi Islam], hanya tujuh negara (12,3%) yang dimasukkan dalam daftar negara berpenghasilan tinggi (pendapatan per kapita lebih dari US$12.375 per tahun) seperti Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain, Brunei Darussalam, Oman.

Meski berpenghasilan tinggi, tujuh negara Islam  ini menurut pengategorian International Moneter Fund (IMF) dimasukkan dalam daftar negara berkembang, bukan negara maju. Jika mengacu pada kriteria United States Trade Representative (USTR), disebut sebagai negara kategori maju jika memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita  US$2.375 per tahun.

Advertisement

Sebanyak 50 negara anggota OKI lainnya (87,7%) masuk dalam daftar kategori negara berkembang atau berpenghasilan menengah (pendapatan per kapita lebih dari US$3.856-US$11.905 per tahun) dan negara miskin atau berpenghasilan rendah (pendapatan per kapita kurang dari US$3.856 per tahun) (Nurhasinah, 2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia pada 2021 masuk dalam daftar negara berkembang dengan pendapatan per kapita lebih dari US$4.349 per tahun (Anggela, 2022). Ketiga, secara global kesenjangan ekonomi penduduk kaya dengan penduduk miskin tergolong masih tinggi.

Laporan Kesenjangan Dunia 2022 (World Inequality Report 2022) yang dirilis World Inequality Lab, Paris School of Economics, 7 Desember 2021, menyoroti ketimpangan ekonomi yang melebar. Laporan ini menyebut orang terkaya yang mencakup 10% populasi dunia menguasai 76% keseluruhan kekayaan (NHK, 8/2/2022).

Advertisement

WIR 2022 mencatat 62,2 juta penduduk dunia (

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif