Kolom
Kamis, 19 Oktober 2023 - 08:57 WIB

Tamu Kita

Ayu Prawitasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ayu Prawitasari (Istimewa/Dokumen pribadi).

Solopos.com, SOLO—Ketika saya menaruh hidup saya dalam perspektif rutinitas mekanis, serbacepat, dan terburu-buru, ada banyak hal yang ternyata telah saya lewatkan. Perubahan besar dan perubahan kecil di rumah saya telah terjadi, namun sering kali saya terlambat mengetahui.

Pengabaian itu pada akhirnya memaksa saya memikirkan kembali interaksi kami akhir-akhir ini—interaksi antara saya dengan anak-anak khususnya—yang kemudian membuat saya berpikir perihal karakter rumah, keluarga, dan para tamu kami.

Advertisement

Pemicu perenungan saya ini berawal pada sebuah malam tatkala saya melihat anak sulung saya asyik bermain game online di kamar. Dia sendirian di kamar itu. Seharusnya kamar itu hening karena dia sendirian, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Suara anak saya bercakap-cakap dengan temannya yang sama-sama bermain game online di lokasi terpisah  mengusik benak saya. Saya melihat anak saya tertawa, membentak temannya, mengaduh, sampai berteriak penuh semangat dengan posisi duduk di ranjang dan badan bersandar di tembok.

Anak itu asyik bermain game hingga tak menyadari saya telah cukup lama mengamatinya. Situasi saat itu benar-benar mengganggu kepala saya, memicu saya berpikir perihal apa yang telah terjadi di keluarga saya? Bagaimana anak saya bisa mengabaikan saya yang berdiri tak sampai dua meter darinya? Bagaimana bisa dia tak menyadari kehadiran saya?

Advertisement

Menjelang tengah malam itu sebenarnya saya berniat ke toilet setelah tiba-tiba terbangun dan ingat bahwa saya belum menggosok gigi. Rencana ke toilet saya batalkan, lalu saya beralih menuju ke kamar anak sulung saya. Percakapan di game online itu terus terang membuat saya tertegun. Waktu makin mendekati tengah malam dan anak saya tetap tidak menyadari saya memperhatikannya.

Akhirnya saya putuskan memberikan dia teguran sambil meminta dia menghentikan permainan itu karena malam begitu larut. Besok memang akhir pekan, namun itu tidak berarti dia bisa melupakan kebutuhan mendapatkan istirahat yang cukup.

Anak saya tersenyum kepada saya, melemparkan pandangan bersalah, saat suara saya akhirnya berhasil masuk ke telinganya. Dia merasa bersalah karena lupa waktu dan mungkin juga menyadari bahwa dia telah lama mengabaikan saya.

Advertisement

Anak itu pun bergegas pamit kepada teman-temannya di game online karena harus beristirahat sambil membuat janji melanjutkan permainan pada keesokan harinya. Ponsel  segera ia matikan.

Saya masih berdiri di dekat pintu kamarnya selama beberapa saat untuk memastikan dia beristirahat. Percakapan anak saya dengan teman-temannya yang disambung pamitan itu begitu mengganggu pikiran saya.

Interaksi di ruang maya, percakapan intensif, ucapan selamat tinggal, hingga selamat tidur. Saat itu saya merasa ada banyak anak di rumah saya meski tubuh mereka tak di sini. Mereka sedang bertamu di rumah saya, mengobrol di ruang tidur anak saya! Saya benar-benar merasakan mereka ada, namun saya tak tahu siapa saja mereka itu. Di titik itulah saya mulai memikirkan apa bedanya teman-teman anak saya itu dengan tamu yang datang ke rumah?

Apakah masih relevan apabila konteks bertamu saat ini hanya mensyaratkan tubuh fisik? Kalau saya melihat pada tujuan bertamu yang terkait dengan interaksi, sebenarnya saya juga telah menerima tamu maya anak-anak saya. Saya telah berbagi ruang dan waktu dengan anak saya yang ditandai pengabaian yang ia lakukan. Yang menggelikan, kebanyakan orang yang datang ke rumah saya dengan menampakkan tubuh fisik justru tidak melakukan interaksi berarti.

Saya mengingat petugas pengangkut sampah, petugas PDAM, dan petugas PLN yang rutin datang. Satu lagi, saya juga ingat kurir e-commerce yang tiap hari hilir-mudik di perumahan saya, mengantarkan paket dari rumah ke rumah.

Jadi, bagaimana kita memaknai kondisi rumah kita dengan tamu-tamu kita saat ini? Malam itu saya merasa sangat terkejut dengan kesadaran itu. Saya pelan-pelan menyadari perubahan sangat besar sedang terjadi di rumah saya dan saya pikir itu juga terjadi di rumah-rumah yang lain.

Gawai membuat kita menciptakan cara berinteraksi yang lebih banyak, lebih beragam, dan lebih ramai di rumah kita. Setiap anggota keluarga selalu sibuk dengan tamu masing-masing dalan situasi yang lebih terhubung.

Baca Juga: Senyum Pemilu

Gawai menciptakan banyak kamar khusus penerima tamu—masing-masing orang punya. Konsekuensinya interaksi itu menjadi lebih privat karena saya benar-benar tidak tahu dan tidak kenal teman-teman suami dan anak-anak saya, begitu pula mereka.

Kapasitas rumah menerima tamu saat ini menjadi jauh lebih banyak, tidak seperti zaman dulu. Pada masa lalu, saya sering kali harus berbagi ruang tamu dengan adik-adik saya. Pada akhirnya ketika tamu kami datang bersamaan, kami semua menjadi saling kenal satu sama lain. Situasi yang jelas tidak akan terjadi pada saat ini dengan gawai yang membuat personalisasi sangat ketat. Ketika ruang tempat menerima tamu di rumah kita menjadi lebih luas dan masing-masing anggota keluarga tersedot dengan hubungan eksternal lebih banyak, apa yang akan terjadi?

Dampak apa yang timbul pada masa mendatang ketika lebih banyak orang asing berdatangan di rumah dengan kontrol yang lebih terbatas? Apa yang terjadi jika waktu bertamu tidak lagi dibatasi, bisa dalam waktu 24 jam sehingga siang atau sore menjadi sama saja dengan tengah malam atau dini hari? Bahkan, sangat mungkin para tamu itu menginap di rumah.

Bagaimana interaksi internal yang terus berkurang kuantitas dan kualitasnya saat menghadapi situasi ini? Apa yang terjadi ketika kita punya keterampilan berinteraksi ganda—sebagai contoh seorang anak mengajak ibunya bercakap-cakap dan ibunya menanggapi anak itu sambil berinteraksi dengan temannya di ponsel atau sebaliknya? Bagaimana kita berupaya memelihara hubungan internal di antara banjir tamu yang terus datang?

Terus terang saya tidak punya jawabannya.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 19 Oktober 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif