SOLOPOS.COM - Ilustrasi perundungan. (freepik)

Alarm tentang bahaya perundungan di sekolahan—dan lebih luas lagi dalam pergaulan anak-anak—sebenarnya telah berbunyi beberapa kali. Beberapa hari terakhir ada dua peristiwa yang cukup menyita perhatian.

Pertama, seorang siswa SD di Menganti, Gresik, Jawa Timur, dicolok matanya dengan tusuk satai oleh kakak kelasnya. Kedua, kasus penyaniayaan brutal yang terjadi di SMPN 2 Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah dengan pelaku dan korban siswa SMP itu.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Kasus-kasus itu harus menggugah lagi kesadaran seluruh warga sekolah dan orang tua/wali siswa untuk bersama-sama mencegah perundungan dalam bentuk apa pun. Perundungan atau bullying dapat diidentifikasi melalui tiga karakteristik, yaitu disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan.

Anak laki-laki lebih mungkin mengalami bullying fisik, sedangkan anak perempuan lebih mungkin mengalami bullying secara psikologis. Perundungan adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-sekali.

Anak-anak pelaku perundungan biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisi.

Perundungan dapat menimbulkan dampak yang berbahaya dan jangka panjang bagi anak-anak. Selain efek fisik, anak-anak korban perundungan dapat mengalami masalah kesehatan mental dan emosional, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba dan penurunan prestasi di sekolah.

Dalam beberapa peristiwa, korban perundungan memilih mengakhiri hidup. Mencegah perundungan tentu lebih baik. Dimulai dari lingkungan terkecil  yaitu keluarga. Orang tua harus  membangun komunikasi yang sehat dengan anak, ketahui pula lingkup pergaulan anak, nama teman-teman anak, hingga guru di sekolah.

Jangan sampai orang tua menyerahkan begitu saja urusan pendidikan kepada guru-guru di sekolah dan tidak mau tahu. Orang tua juga harus ikut andil dan proaktif dalam mendidik anak. Berikan contoh yang baik, terutama saat menyelesaikan persoalan. Ingat pepatah children see, children do. Anak akan mencontoh apa yang mereka lihat.

Pengelola sekolah harus menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi anak. Para pendidik wajib mengenali karakter setiap anak didik sehingga bila terjadi masalah bisa terdeteksi sejak awal.

Hindari perilaku menutup-nutupi atau menutup mata ketika terjadi kasus perundungan di sekolah. Selesaikan dengan baik tanpa merugikan korban maupun pelaku. Cyber bullying dapat menjangkau korban di mana saja, kapan saja.

Hal ini dapat menyebabkan bahaya jauh lebih besar karena dapat dengan cepat menjangkau khalayak luas dan meninggalkan jejak permanen secara online untuk semua yang terlibat di dalamnya.

Untuk mencegah semua bentuk perundungan tentu perlu peran orang tua ikut mengawasi pemakaian gawai anak-anak. Mari bersama-sama menyelamatkan anak-anak demi Indonesia emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya