SOLOPOS.COM - Ahmad Baihaqi (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Seorang  lelaki bernama Cipto Raharjo, 45, dengan berat badan 200 kilogram, meninggal dunia pada Kamis (20/7/2023). Sebelum meninggal, lelaki warga Tangerang, Banten, itu mengeluh sesak napas dan nyeri di kedua kakinya.

Cipto tidak bisa berjalan selama dua pekan terakhir hingga meninggal dunia. Cipto mendapat perawatan intensif selama kurang lebih sembilan hari sebelum meninggal dunia.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Sebelum itu, Muhammad Fajri, 27, lelaki yang juga mengalami obesitas, meninggal dunia pada 26 Juni 2023 lalu. Berat badan Fajri mencapai 300 kilogram. Itu membuat dirinya kesulitan bergerak dan beraktivitas seperti orang-orang pada umumnya.

Proses pemakaman Fajri berlangsung dramatis. Bobotnya yang mencapai 300 kilogram membuat petugas pemakaman mengangkat jenazahnya menuju liang lahat menggunakan forklift karena mobil ambulans tidak bisa mengangkutnya.

Saat memasukkan jenazah ke liang lahat, petugas menggunakan katrol. Kasus-kasus obesitas dalam beberapa waktu terakhir ini menarik perhatian banyak orang. Kasus-kasus ini menjadi pengingat bagi kita untuk menjaga tubuh dan kesehatan.

Kasus Cahyo dan Fajri itu bukan kasus obesitas ekstrem pertama di Indonesia. Pengidap obesitas diprediksi semakin banyak. Menurut laporan World Obesity Federation yang diunggah laman dataindonesia.id, sebanyak 1,02 miliar orang diprediksi mengidap obesitas pada 2030.

Amerika Serikat menjadi negara yang penduduknya diprediksi paling banyak mengalami obesitas, yakni 64 juta laki-laki dan 61 juta perempuan. Di Indonesia, sebanyak 22 juta penduduk diprediksi mengalami obesitas dengan perincian 14 juta laki-laki dan delapan juta perempuan.

Menurut data United Nations International Children’s Emergency Fund atau UNICEF pada 2018, jumlah orang dewasa yang mengalami obesitas telah berlipat ganda dalam dua dekade terakhir.

Peningkatan pengidap obesitas juga terjadi di kalangan anak-anak, yakni satu dari lima anak SD dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami kelebihan berat badan.

Obesitas adalah kondisi seseorang yang memiliki berat badan berlebih dan mengandung banyak lemak pada tubuhnya. Seseorang dengan kondisi obesitas tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang gemuk atau overwight.

Cara mengukur obesitas menggunakan indeks massa tubuh (IMT), yakni penghitungan berat badan dibagi dengan tinggi badan dikali dua. Misalnya berat badan Anda 65 kilogram dan tinggi Anda 1,7 meter, maka 65:(1,7 x 2)=19,1.

Dengan hasil itu, Anda berada di kategori aman lantaran kategori gemuk angka IMT berada di 25-30. Sementara kategori obesitas angka IMT berada di atas 30.

Mengacu pada angka IMT ini pula obesitas dikategorikan. Angka IMT 30-35 berada pada kategori obesitas kelas pertama. Angka IMT 35-40 berada pada kategori obesitas kelas kedua. Sedangkan angka IMT di atas 40 berada pada kategori obesitas ekstrem.

Pengidap obesitas memiliki risiko yang besar perihal masalah kesehatan. Mereka rentan mengidap penyakit jantung, stroke, hingga diabetes. Diabetes menjadi penyakit yang kerap menyertai para pengidap obesitas, bahkan orang yang dalam kategori gemuk sekalipun.

Mengurangi makanan dengan kadar gula jadi hal wajib dilakukan. Saya sekarang banyak menemui orang-orang di sekitar saya mengurangi kadar gula di santapan mereka.

Saat memesan teh di angkringan, yang dipesan adalah teh tawar atau teh tanpa gula. Beberapa di antara mereka makan nasi dari beras merah. Melihat fenomena itu, saya semakin sadar tentang ancaman obesitas dan diabetes.

Sebagai individu yang dulunya “cungkring” dan kini merasa sudah masuk kategori gemuk, saya mulai berhati-hati dengan makanan yang saya konsumsi.

Ketakutan terhadap obesitas dan diabetes muncul setelah melihat rentetan kasus dalam beberapa waktu terakhir. Saya menyadari konsumsi karbohidrat cukup banyak setiap hari dengan porsi makan yang cukup besar.

Belajar dari kasus Fajri, dia ternyata memiliki kebiasaan memakan mi instan dengan porsi besar. Mi instan itu tenyata dianggap sebagai camilan dan bukan pengganti nasi seperti orang-orang pada umumnya.

Artinya, Fajri mengonsumsi karbohidrat yang terlalu banyak setiap hari. Ancaman obesitas dengan risiko diabetes memang nyata adanya. Pola makan yang sehat harus diterapkan oleh para pengidap obesitas demi mengurangi risiko terkena penyakit. Memiliki berat badan berlebih memang sah-sah saja, namun tentu kesehatan wajib dijaga.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 25 Juli 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya