SOLOPOS.COM - Ivan Indra Kesuma (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Dua  frasa ”apa adanya” atau ”ada apanya”  muncul di benak saya ketika mencari sejumlah informasi di laman atau website beberapa sekolah. Informasi sederhana yang seharusnya dimunculkan  ternyata tidak ada.

Niat saya ingin mencari informasi tentang kegiatan ekstrakurikuler dan program-program di beberapa sekolah. Ternyata informasi itu tidak ada. Rasa penasaran saya makin menjadi-jadi hingga akhirnya pencarian berhenti di salah satu laman sekolah yang memuat banyak informasi.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Kegiatan siswa, guru, dan informasi lainnya tentang sekolahan itu terpampang di laman lengkap dengan foto-foto. Begitu pula profil sekolah dengan segala sarana prasarana, program, hingga pengumuman-pengumuman semua ada di laman itu.

Kenapa bisa berbeda? Tentu masing-masing sekolah mempunyai kebijakan dan prioritas program yang berbeda-beda. Bisa juga karena keterbatasan sumber daya manusia hingga infrastruktur atau dana yang dikelola terbatas.

Terlepas dari segala keterbatasan itu, seharusnya otoritas pengelola satuan pendidikan/sekolah memikirkan pentingnya informasi yang disajikan di laman sekolah.

Kenapa penting? Laman sekolah sebenarnya bisa menjadi etalase. Etalase untuk memamerkan prestasi murid, guru, karyawan, maupun berbagai informasi kegiatan sekolah.

Laman juga bisa menjadi sarana belajar para murid mengembangkan minat dan bakat mereka. Misalnya minat menulis, fotografi, video, desain, dan lain-lainnya.

Hasil karya murid dalam bentuk artikel, berita, foto, video, desain, maupun karya sastra bisa ditampilkan di laman sekolah. Selain menyediakan ruang berekspresi, laman sekolah juga berfungsi sebagai pemacu murid dan guru agar lebih produktif berkarya.

Siswa, guru, dan kepala sekolah bisa berkolaborasi menjadikan laman sekolah sebagai media promosi, pencitraan, sekaligus ruang menjaga eksistensi. Kalau mau dikelola lebih profesional lagi, laman sekolah bisa menjadi pintu masuk pendapatan, menjadi sarana wirausaha, dan lain sebagainya.

Laman sekolah yang aktif, selalu dimutakhirkan, dan dikelola dengan baik inilah yang tergolong laman “ada apanya”. Konten terus bertambah dan tumbuh. Berbeda dengan laman “apa adanya” yang tidak dimutakhirkan, tidak dikelola dengan baik, yang penting punya.

Laman sekolah yang aktif dan mutakhir menunjukkan otoritas sekolah dan pengelola kreatif dan inovatif. Berani memamerkan prestasi sekolah berarti mendorong warga sekolah menghasilkan sesuatu yang positif, ingin selalu belajar dan selalu menjadi lebih baik.

Memancing dan mendorong seluruh warga sekolah untuk produktif, tidak hanya belajar dan bekerja, tetapi juga menghasilkan karya.  Mengelola laman mungkin belum menjadi pilihan atau program populer di sekolah.

Alasannya, bisa jadi, karena belum tahu manfaat bila dikelola lebih baik. Pada era digital dan teknologi yang tumbuh dan berkembang pesat, sebenarnya laman sekolah punya banyak peran dan manfaat.

Pengelolaan sumber informasi daring atau online ini bisa menjadi bagian dari literasi digital. Laman sekolah bisa menjadi ruang belajar yang komprehensif bagi murid maupun guru.

Laman sekolah menjadi sarana mengenalkan dan mengajak murid memahami, mengetahui ,dan mengaplikasikan teknologi informasi yang berkembang. Selain itu, meningkatkan kecakapan, keterampilan dalam memanfaatkan peralatan, teknologi, dan membuat karya.

Pada umumnya laman sekolah belum melibatkan murid dalam pengelolaan. Sangat disayangkan bila murid tidak diajak dan diberi ruang ikut mengelola. Dalam konteks pendidikan, kemampuan literasi digital siswa bisa ditingkatkan dengan melibatkan mereka dalam pengelolaan laman sekolah.

Laman sekolah adalah salah satu media digital yang sebenarnya bisa dimaksimalkan manfaatnya untuk mendukung kelancaran pembelajaran hingga pencapaian prestasi siswa.

Melibatkan siswa dalam pengelolaan laman sekolah berarti membuka ruang bagi mereka memperluas pengetahuan dan wawasan, mengasah keterampilan, menambah kompetensi, dan menambah pengalaman.

Keterampilan, kompetensi, dan pengalaman itu berkaitan dengan dunia industri atau dunia kerja. Tiga hal itu akan menjadi bekal dan modal siswa dalam berkompetisi mencari pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan.

Di tengah era digital dan teknologi informasi saat ini sudah saatnya pengelola satuan pendidikan mengikuti jejak sekolah yang telah mengelola dan mengubah laman sekolah dari “apa adanya” menjadi “ada apanya”.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 11 September 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya