SOLOPOS.COM - Christianto Dedy Setyawan (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Berita  di Harian Solopos edisi 28 April 2023 tentang temuan artefak logam dan arca di Wonoboyo, Kabupaten Klaten, menarik untuk dicermati. Tidak jauh dari lokasi tersebut, 33 tahun lalu menjadi area temuan besar dalam dunia arkeologi Indonesia.

Pada 17 Oktober 1990 dan 7 Desember 1990, warga yang menggali tanah untuk saluran irigasi menemukan artefak di kedalaman 275 sentimeter dari permukaan tanah. Empat guci berisi perhiasan dan uang.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Saat digali di area sekitarnya didapati perkakas rumah tangga dari logam serta artefak dari emas dan perak dalam jumlah banyak. Temuan terbaru di Wonoboyo yang meliputi talam, wadah dari keramik, teko keramik, mangkuk logam, cuplak logam, arca berbahan logam, dan pecahan gerabah menggiring ingatan masyarakat tentang peran Wonoboyo dalam narasi sejarah Kerajaan Mataram Kuno.

Negeri ini kaya dengan riwayat sejarah dan artefak. Ribuan benda peninggalan sejarah kita hingga kini masih tersimpan di luar negeri. Majalah Tempo terbitan Mei 2015 pernah mengupas perihal banyak artefak Nusantara yang menjadi koleksi museum di luar negeri.

Museum tersebut, antara lain, Troppenmuseum, Maritiem Museum, Rijksmuseum Voor Volkekunde, dan RMV (Belanda), British Library dan Lord Minto House (Inggris), Museum Fur Asiatische Kunst dan Museum Fur Volkerkunde (Jerman), Indian Museum (India), dan The Royal Library (Denmark).

Banyak tulisan yang telah membahas nasib temuan artefak kita yang kini dipajang di mancanegara. Kita kadang-kadang kurang cermat dalam melihat sejauh mana temuan artefak yang statusnya dimiliki negara ini mampu berperan bagi masyarakat.

Aspek peran yang tidak hanya dalam kacamata idealis, melainkan juga mewujud nyata dalam dimensi realistis. Temuan artefak di negara ini umumnya disimpan di museum daerah setempat atau Museum Nasional (Museum Gajah).

Contoh artefak yang disimpan di museum daerah setempat, misalnya, canthik Rajamala yang dapat kita jumpai di Museum Radya Pustaka, Kota Solo. Contoh artefak yang disimpan di Museum Nasional adalah emas di Wonoboyo pada 1990.

Keberadaan artefak di museum setidaknya bernilai penting untuk tiga hal, yakni upaya perlindungan terhadap benda bersejarah, menunjang pelestarian dan pengkajian artefak lebih lanjut, serta sebagai media pembelajaran bagi masyarakat yang berkunjung.

Museum di tingkat kota dapat menjawab ketiga hal di atas, namun seiring kian banyaknya temuan artefak dari tahun ke tahun membuka satu persoalan terkait daya tampung museum.

Akibat faktor keterbatasan kapasitas ruangan, banyak artefak yang diletakkan di lorong ruangan hingga halaman gedung. Kita dapat menjumpai sekian arca di sayap timur gedung Museum Radya Pustaka dan prasasti yang berada di halaman belakang Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan DIY-Jawa Tengah.

Di luar permasalahan daya tampung, artefak yang tersimpan di museum daerah atau nasional kadang menimbulkan kesan artefak tersebut berjarak dengan masyarakat tempat artefak tersebut ditemukan.

Ketika masyarakat ingin mengetahui riwayat daerah kelahirannya, warga harus ke Museum Nasional di Jakarta. Hal ini menyulitkan warga, misalnya ketika posisi daerah dengan Museum Nasional berjarak sangat jauh atau bahkan antarpulau.

Jauhnya jarak berpotensi menghilangkan keterkaitan jiwa antara warga setempat dengan temuan artefak di daerah mereka yang telah dipindahkan. Teddy Pitrasari selaku koordinator Komunitas Kandang Kebo dalam kegiatan blusukan sejarah di desa sekitar Candi Sojiwan pada 23 Januari 2022 mengatakan seharusnya temuan artefak memiliki kedekatan emosional dengan warga setempat.

Antara temuan artefak dengan masyarakatnya harus terjalin sikap saling memiliki dan membutuhkan agar terjadi sinergi. Pengoptimalan keberadaan museum desa perlu diprioritaskan.

Bangunan Hidup

Museum desa adalah istilah untuk menyebut bangunan tempat menyimpan temuan artefak di desa tersebut. Tidak melulu tentang artefak asli. Museum desa juga membuka kemungkinan untuk penyimpanan replika.

Hal ini terjadi saat artefak asli disimpan di museum daerah, kantor balai pelestarian kebudayaan, atau Museum Nasional. Museum desa dapat menjawab missing link ilmu pengetahuan sejarah yang kerap terjadi antara diketahuinya sejarah nasional namun sukar dijumpai sejarah lokalnya.

Ini menjadi umum di kalangan siswa sekolah saat mereka akrab dengan sejarah nasional hingga sejarah dunia, namun cenderung mengalami amnesia sejarah lokal. Jika bangsa ini hendak memperdalam kecintaan warga terhadap sejarah, memulai dari aspek sejarah lokal patut dioptimalkan.

Di Indonesia terdapat beberapa museum desa yang didirikan guna menjawab keresahan terkait sejarah lokal. Museum Desa Wonoboyo (Jawa Tengah), Dagan (Jawa Tengah), Dermaji (Jawa Tengah), Bogem (Jawa Timur), Bedingin (Jawa Timur), dan Genggelang (NTB) dalah contoh nyata upaya masyarakat desa merawat ingatan kolektif tentang sejarah di desanya.

Hendro Martono dalam tulisan berjudul Desa-desa Kuno di Temanggung menyatakan diketahuinya aspek toponimi daerah akan memperluas pengetahuan sejarah lokal. Semakin difasilitasi usaha menggali sejarah di lingkup terkecil, gairah masyarakat terhadap ilmu sejarah akan meningkat.

Museum desa adalah wajah lingkungan desa yang merangkum riwayat perjalanan desa lintas masa. Museum desa yang mewadahi berbagai temuan artefak akan membentuk masyarakat yang menelusuri sejarah berbasis data dan fakta.

Bias narasi sejarah lokal umumnya dikaitkan dengan mitos dan legenda. Ini dapat direduksi saat museum desa menjadi tempat pengkajian artefak dalam riset yang berkelanjutan.

Pola masyarakat era terkini yang kian kritis dan kurang teryakinkan jika belum memiliki pengalaman nyata berinteraksi dengan artefak dapat terjawab dengan sajian koleksi artefak di museum desa.

Museum desa tidak semata-mata berposisi sebagai wadah penyimpanan benda mati, namun turut menjadi bangunan hidup yang menjadi tempat terjalinnya proses pembelajaran sejarah dan menjaga nyala semangat masyarakat mengembangkan desa dalam ranah edukatif.



(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 3 Agustus 2023. Penulis adalah guru Sejarah di SMA Reginas Pacis Solo dan mahasiswa S2 Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya