SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih (Istimewa/Dokumen pribadi)

Perjalanan via tol dari Solo menuju Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya berakhir, Selasa (1/11/2022) pukul 11.00 WIB. Perjalanan memakan waktu tiga jam kurang dikit. Karena di Bandara Adi Soemarmo Solo tidak ada penerbangan ke Bandara Praya di Pulau Lombok, maka dipilihlah penerbangan via Juanda Surabaya. Alasannya lebih karena jam keberangkatan yang pas yakni pukul 13.00 WIB dan perjalanan menuju Surabaya lewat tol, bebas macet, wus wus cepet sampai. Jika sebelumnya ke Surabaya dari Solo bisa sampai lima jam, sekarang gara-gara tol, tiga jam saja sudah sampai Surabaya.

Hari itu Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Solo melakukan kunjungan ke Lombok dalam rangka penjajakan Kerja sama promosi pariwisata dengan BPPD Nusa Tenggara Barat (NTB).  Ada enam orang yang berangkat terdiri dari empat orang pengurus BPPD, satu orang perwakilan Dinas Pariwisata Solo dan saya mewakili media.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Sudah bukan menjadi rahasia lagi, penerbangan di Bandara Adi Soemarmo Solo yang terletak di Boyolali sangat terbatas. Padahal, Bandara Adi Soemarmo merupakan bandara internasional. Fasilitasnya lengkap seperti layanan imigrasi, bea cukai, bahkan kereta bandara. Bandara ini merupakan bandar udara terbesar di Jawa Tengah, selain Bandara Ahmad Yani Semarang. Runway Bandara Adi Soemarmo sepanjang 2.600 meter dan lebar 45 meter, sementara luas apron 56.700 meter persegi, mampu menampung 10 pesawat. Sementara luas terminal yang dimiliki 13.000 meter persegi dengan kapasitas 1,5 juta penumpang setiap tahun. Adi Soemarmo bisa didarati pesawat wide body Airbus A330. Pesawat jenis ini membutuhkan landasan pacu untuk take off 2.300 meter dan landing 1.800 meter, dengan jumlah penumpang 295 orang.

Setiap musim haji, Adi Soemarmo menjadi salah satu bandara yang melayani keberangkatan jemaah calon haji.  Sebelum pandemi, Bandara Adi Soemarmo bahkan menjadi salah satu bandara yang melayani rute Solo-Jeddah atau Solo-Madinah untuk jemaah umrah. Tahun-tahun sebelumya jauh sebelum pandemi, Singapore Airlines membuka rute Solo-Singapura, Air Asia melayani Solo-Kuala Lumpur. Namun satu demi satu penerbangan internasional lantas hilang, hanya tersisa penerbangan haji. Singapore Airlines menutup rute Solo-Singapura, Air Asia juga demikian. Bahkan terbit SE Kementerian Perhubungan No 71/2022 yang terbit pada 8 Juli 2022. Dalam SE tersebut disebutkan Adi Soemarmo tidak lagi menjadi bandara untuk jalur penerbangan internasional. Penerbangan internasional Adi Soemarmo hanya khusus untuk penerbangan haji. Sementara penerbangan umrah rute ke Jeddah atau Madinah, tak dibuka.

Imbasnya sebagian besar biro umrah Soloraya memberangkatkan  jemaahnya lewat Jakarta. Maka, waktu tempuh atau biaya tambahan membengkak karena jemaah umrah transit dulu sebelum terbang ke Madinah atau Jeddah, rutenya Solo-Jakarta-Jeddah/Madinah. Padahal potensi jemaah umrah dari Soloraya sekitar 70.000 orang setiap tahunnya.

Kini Adi Soemarmo setiap harinya hanya melayani sembilan jadwal Solo-Jakarta dan dua jadwal Solo-Denpasar. Maskapai yang masuk Bandara Solo antara lain Lion Air, Batik Air, Super Air Jet, Air Asia, dan Garuda. Pukul 16.20 WIB menjadi penerbangan terakhir di Adi Soemarmo, lalu pesawat terakhir datang sekitar pukul 17.30 an. Habis itu lampu bandara mati, sepi, gelap.

Rute-rute baik Indonesia bagian barat maupun Indonesia bagian timur tidak dilayani. Kondisi ini berbeda jauh dengan bandara tetangga. Sebut saja NYIA, bandara baru yang lahir saat pandemi dan diresmikan pada 28 Agustus 2020, kini makin agresif membuka rute-rute baru. Di bandara ini ada 11 rute penerbangan domestik dan tiga rute penerbangan internasional. Terbaru pekan lalu, Malaysia Airlines resmi membuka rute Kuala Lumpur-Jogja. Sebelumnya maskapai Scoot Tiger dan Air Asia juga membuka rute internasionalnya.

Baca Juga: Gandeng Jepang, Aerotropolis di YIA Kulonprogo Bakal Didesain Ulang

Padahal Kota Solo sudah cukup lama dikenal sebagai sebagai kota kegiatan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions). Banyak hotel bertebaran di Solo, bahkan dalam waktu dekat akan hadir tiga hingga lima hotel bertaraf internasional. Dalam dua tahun terakhir makin membanjir pula event berskala internasional dan nasional. Rangkaian kegiatan G20, ASEAN Para Games, hingga Muktamar Muhammadiyah dengan 3 juta penggembiranya. Kegiatan-kegiatan ini mampu mendongkrak ekonomi aglomerasi Soloraya.

Untuk menjadikan Soloraya (Solo) makin diminati untuk dikunjungi, perhatian terhadap 3A menjadi hal mutlak. 3A meliputi atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Atraksi yakni objek yang menarik/layak untuk dikunjungi. Objek ini tidak hanya berupa tempat wisata, namun juga bisa berupa potensi bisnis, budaya, kuliner dan lain sebagainya. A selanjutnya yakni aksesibilitas meliputi sarana prasarana untuk memudahkan orang berkunjung dan terakhir amenitas meliputi fasilitas pendukung seperti hotel, restoran, fasilitas umum, kesehatan dan lainnya. Semakin lengkap dan terpenuhinya 3A maka akan membuat semakin nyaman pengunjung dan diminati pengunjung. Pendek kata, apa gunanya atraksi dan amenitas makin banyak dan lengkap, namun aksesibilitas masih syulit.

Jika mengacu konsep 3A maka kehadiran bandara yang menawarkan banyak rute penerbangan menjadi hal yang sangat strategis Setidaknya rute penerbangan yang beragam, makin memudahkan pengunjung masuk Solo. Ini juga akan mendongkrak potensi length of stay (LoS) atau durasi tinggal pengunjung di Kota Solo. Dinas Pariwisata Solo mencatat LoS Solo masih di kisaran angka 1,28 atau rata-rata pengunjung yang menginap di Solo rata-rata baru 1,28 hari.

Baca Juga: Pembangunan Konstruksi Tol Jogja-YIA Tunggu Izin Lokasi dari Gubernur DIY

Kehadiran tol Solo-Jogja yang terkoneksi dengan tol Surabaya-Semarang-Solo-Jogja, bisa dimaknai dua sisi. Jika bandara Solo menawarkan banyak rute penerbangan maka ini potensial untuk menarik penumpang-penumpang dari Soloraya, Salatigaraya, Madiunraya, hingga Semarangraya. Bisa juga jika rute yang ditawarkan Adi Soemarmo tak banyak, masyarakat dari daerah-daerah tersebut akan memilih ke bandara tetangga, kehadiran tol mempercepat perjalanan ke bandara itu.

Ini PR bersama, tak hanya bagi pemangku kepentingan Kota Solo, namun juga pemerintah daerah Soloraya lainnya, bahkan pemerintah pusat. Tak hanya otoritas bandara namun juga pelaku pariwisata, pengusaha hotel, travel agents, dan sebagainya, tentunya dengan kapasitasnya masing-masing. Setiap wacana penambahan rute penerbangan, semoga tidak terjebak pada alasan potensi pasar vs rute penerbangan. Pasarnya ada tidak, baru buka rute penerbangan, ataukah buka rute penerbangan dahulu, baru pasar tergarap. Ibarat ayam dulu atau telur dulu. Mari duduk bersama…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya