SOLOPOS.COM - Mochamad Syamsiro (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Akhirnya  penantian panjang pembangunan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Putri Cempo di Kota Solo berujung peresmian pembangkit listrik itu oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka pada Senin (30/10/23).

Itu menandai babak baru pengelolaan sampah di Kota Solo menjadi lebih modern dan ramah lingkungan. Proses pembangunan instalasi pengolah sampah di TPA Putri Cempo ini memakan waktu yang sangat lama dengan berbagai dinamika.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Kendala terbesar adalah pandemi Covid-19 pada awal 2020, namun akhirnya selesai dan siap untuk memusnahkan sampah warga Kota Solo untuk kemudian dijadikan energi listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Putri Cempo di Kota Solo adalah pembangkit listrik tenaga sampah kedua yang telah beroperasi di Indonesia.

Pertama adalah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Benowo di Kota Surabaya. Pemerintah punya rencana membangun pembangkit listrik tenaga sampah di 12 kota sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.

Kota besar lainnya yang menjadi target peraturan presiden itu adalah Kota Semarang, Kota Bandung, DKI Jakarta, dan Kota Palembang. Dengan beroperasinya instalasi ini, maka Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Putri Cempo di Kota Solo akan menghasilkan listrik sebesar lima megawatt secara bertahap sekaligus bisa memusnahkan seluruh sampah di Kota Solo.

Ini menjadi sangat menarik ketika hampir semua kota besar di Indonesia sedang menghadapi persoalan penanganan tumpukan sampah yang tidak bisa lagi ditampung di tempat pembuangan akhir. Dengan begitu, Kota Solo akan menjadi percontohan bagi kota-kota lainnya di Indonesia dan tentu ini akan menjadi suatu kebanggaan bagi warga Kota Solo.

Masyarakat kemudian bertanya-tanya, bagaimana bisa sampah diubah menjadi energi listrik? Ini yang kemudian menjadi sangat menarik untuk dijelaskan lebih lanjut agar masyarakat awam paham sehingga akan mendukung penuh pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah.

Teknologi pembangkit listrik tenaga sampah sebenarnya bukan hal yang baru di dunia. Di Indonesia teknologi ini memang relatif baru karena belum banyak yang menerapkan. Hanya Kota Surabaya yang sudah menjalankan secara komersial.

Ada banyak teknologi yang bisa diaplikasikan untuk mengubah sampah menjadi energi listrik, antara lain, proses termal yang paling efektif untuk memusnahkan sampah dalam skala besar. Pada proses termal ada beberapa skema teknologi yang bisa dipilih untuk mengubah sampah menjadi listrik.

Salah satu teknologi yang sangat populer adalah pembakaran atau insinerasi yang biasa digunakan pada pembangkit listrik tenaga sampah. Sampah dibakar hingga menghasilkan energi panas untuk memanaskan boiler dan menghasilkan uap sebagai penggerak turbin untuk memutar generator penghasil listrik.

Saat ini ada ribuan pembangkit listrik tenaga sampah yang dibangun di seluruh dunia. Tidak sepatutnya lagi kita ragu-ragu dan takut menerapkan teknologi ini karena sudah terbukti di negara lain. Teknologi kedua adalah yang disebut dengan gasifikasi. Ini yang digunakan di Kota Solo.

Gasifikasi adalah proses termal berupa sampah dicampur dengan udara atau oksigen terbatas pada suhu tinggi untuk kemudian menghasilkan gas bahan bakar atau yang dikenal dengan syngas (syntetic gas). Syngas yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menghidupkan genset dan menghasilkan listrik.

Teknologi ini relatif lebih maju dibandingkan insinerasi dan menghasilkan sedikit emisi udara. Emisi hanya dihasilkan dari penggunaan gas pada mesin. Gas buang seperti pada mesin diesel umumnya.

Teknologi yang ketiga adalah pirolisis. Sampah dipanaskan pada suhu tinggi tanpa oksigen atau udara di dalam prosesnya. Dari proses ini akan dihasilkan bahan bakar cair yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti kendaraan, kompor, dan burner di industri.

Dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Putri Cempo di Kota Solo maka tata kelola sampah di Kota Solo secara bertahap bisa diperbaiki. Di samping mengolah sampah baru, pembangkit listrik tenaga sampah ini juga didesain untuk mengolah sampah lama sehingga dalam beberapa tahun ke depan TPA Putri Cempo akan menjadi rata kembali tanpa gunungan sampah seperti saat ini.

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Putri Cempo di Kota Solo bisa dijadikan tempat wisata edukasi bagi anak-anak sekolah untuk mendapatkan pemahaman tentang pengolahan sampah dan model ini telah diterapkan juga di beberapa negara.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 10 November 2023. Penulis adalah Direktur Center for Waste Management and Bioenergy dan dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya