SOLOPOS.COM - Rohmah Ermawati (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Suatu  waktu pada Desember 2022, ban belakang sepeda motor yang saya kendarai sendirian tiba-tiba kempis saat melintas di jalan raya Solo-Jogja, masuk perbatasan Gatak, Sukoharjo dan Sawit, Boyolali.

Waktu itu sudah lepas pukul 22.00 WIB. Jam segitu tentu sudah tipis harapan menemukan tukang tambal ban yang masih beroperasi. Saya menuntun sepeda motor karena khawatir ban robek jika sepeda motor terus saya naiki.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Tak berapa lama muncul seorang pengendara motor berhenti di samping saya dan menawarkan bensin sekiranya motor saya kehabisan bahan bakar. Setelah tahu kondisi ban saya bocor, lelaki pengendara motor itu berlalu.

Saat itu saya merasa capai mendorong sepeda motor. Saya memutuskan mengendarai motor saya pelan-pelan sambil berdoa semoga ada tukang tambal ban buka. Tak lama kemudian, si pengendara motor yang tadi menanyakan kondisi motor saya kembali dan menyapa saya lagi.

“Tambal ban yang di dekat sini sudah tutup, Mbak. Kalau di daerah Pakis biasanya buka 24 jam. Mbak lanjut aja pelan-pelan,” kata dia. Saya mengucapkan terima kasih. Saya tak menyangka dia rela mencarikan tukang tambal ban dan memutar balik hanya untuk mengabari saya.

Dia menunda urusan dan kepentingannya demi membantu saya. Lain waktu ketika berangkat kerja, motor lawas saya mogok di kawasan Kartasura, Sukoharjo. Motor sempat hidup lagi tapi kembali mogok di kawasan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Hal itu memantik empati dari seorang leaki muda yang sedang siaga mengatur jalan. Dia seorang sukarelawan pengatur lalu lintas. Dia mengendarai sepeda motornya dan menawarkan bantuan mendorong motor saya menggunakan kaki hingga ke bengkel.

Saya menolak bantuan itu karena ternyata ketika saya coba menghidupkan lagi motor saya ternyata berhasil. Dari dua pengalaman itu saya mendapatkan pelajaran berharga. Di luar sana masih banyak orang yang ikhlas membantu orang lain yang bahkan tidak dikenal.

Ketika merasakan sendiri kebaikan spontan dari orang lain membuat saya bahagia. Hal itu mengingatkan saya pada aksi sosial dan kepedulian serupa yang kerap muncul di media sosial.

Ahli filsafat era Yunani Kuno, Aristoteles (384-322 SM), menyatakan manusia adalah zoon politicon. Artinya manusia sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat.

Rasa empati menjadi fondasi hubungan semua interaksi antarmanusia. Dengan kelebihan akal pikiran dan budi pekerti yang diberikan Tuhan, manusia dalam melakukan segala sesuatu cenderung mengikuti hati nurani.

Spider-Man

Berbuat baik dengan ikhlas menunjukkan keutamaan seorang manusia. Ajaran agama apa pun pasti menganjurkan para penganutnya untuk selalu berbuat baik dengan sesama.

Berbuat baik selain membuat hati kita menjadi hangat dan bahagia juga dapat menularkan kebahagiaan kepada orang yang dibantu. Berbuat kebaikan tak melulu harus dengan uang. Kita bisa melakukan kebaikan sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Berbuat baik secara spontan ditinjau dari sains juga memberikan manfaat untuk kesehatan. Orang yang melakukan perbuatan baik secara random, spontan, kemungkinan akan mengalami sesuatu yang disebut sebagai helper’s high.

Dalam artikel yang dipublikasikan dalam Explore: The Journal of Science and Healing, ada penjelasan bahwa konsep helper’s high muncul sejak tahun 1980-an. Setelah seseorang berbuat baik kepada orang lain ada emosi positif yang muncul.

Kondisi psikologis tersebut berhubungan dengan kesehatan yang lebih baik dan umur panjang. Proses kimiawi yang menumbuhkan perasaan nyaman tersebut telah terbukti menurunkan level depresi, meminimalkan stres, dan mengurangi gangguan kognitif pada kemudian hari.

Berbuat baik tak perlu menunggu kita menjadi kaya raya. Kisah lelaki berkostum superhero Spider-Man yang menyengajakan diri berkeliling jalanan di Kota Solo dan sekitarnya untuk  menemukan orang yang membutuhkan bantuan viral di media sosial.

“Spider-Man” yang sehari-hari bekerja sebagai terapis pijat itu membantu orang yang tertimpa musibah di jalan, seperti kehabisan bensin, ban bocor, hingga rantai sepeda motor putus.

Dia memberikan bantuan secara gratis dengan modal uangnya sendiri. Dalam tayangan podcast Espos Indonesia baru-baru ini, “Spider-Man” tersebut mengaku ingin bermanfaat untuk orang lain biar pun itu dianggap sepele dan tak berharga.

“Saya orang tidak punya, tapi apakah kalau orang tidak mampu menutup kemungkinan untuk menolong orang lain? Sakmampune saya harus bisa menolong orang lain,” demikian alasan “Spider-Man” dalam tayangan podcast tersebut.

Berbuat baik, salah satunya tolong menolong, tidak memandang atau membedakan ras, suku, bangsa, agama, keturunan, status sosial, dan pendidikan manusia. Semakin banyak orang berbuat baik dengan saling menolong sesama akan bermanfaat pula dalam kehidupan dirinya serta kehidupan orang lain.

Tolong menolong pada hakikatnya merupakan hak dan kewajiban setiap manusia kepada manusia lain. Sudahkan Anda menolong hari ini?

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 Februari 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya