SOLOPOS.COM - Suwarmin Direktur Bisnis dan Konten Solopos Group

Masalah utama perekonomian desa adalah tercerabutnya sumber daya manusia (SDM) desa yang tergoda gemerlapnya kota (urbanisasi). Mereka pergi ke kota karena menganggap kota menjanjikan kehidupan yang lebih baik, sementara desa mandeg tanpa harapan.

Memang arus urbanisasi ini tidak sepenuhnya buruk. Para pekerja dari desa bisa mewarnai sektor nonformal di kota. Uang yang mereka hasilkan juga sebagian dikirim ke desa untuk sanak keluarga dan secara tidak langsung memutar ekonomi di desa.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Tetapi urbanisasi juga memberi dua keping sisi buruk di kota dan di desa. Di kota, jumlah penduduk yang overload menyebabkan kemacetan, kesemrawutan dan angka kriminalitas (urban crime) yang meningkat.

Sementara bagi desa, kepergian SDM desa yang sebagian besar anak-anak muda membuat perkembangan desa terhambat dan tenaga di sektor pertanian berkurang. Data Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dikutip dataindonesia.id, memperlihatkan proporsi pemuda yang bekerja di sektor pertanian terus menurun dalam satu dekade terakhir.

Pada 2011, tercatat ada 29,18% pemuda yang bekerja di sektor ini. Angkanya merosot menjadi sebesar 19,18% pada 2021. Sedangka proporsi pemuda yang bekerja di sektor jasa tercatat sebesar 55,8% pada tahun 2021, naik 9,87% dari tahun 2011 yang tercatat 45,93%.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang secara tradisional mempunyai kedekatan dengan masyarakat desa melalui keberadaan BRI di setiap kecamatan sejak berpuluh-puluh tahun lalu, mempunyai potensi menjadi game changer atas situasi ini.

BRI dengan kekuatan transformasi digitalnya bisa menjadi pemain kunci untuk membuat anak muda desa tetap bertahan di desanya dengan mengangkat potensi ekonomi desa, memberdayakan anak mudanya, meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa dan pada ujungnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Secara kelembagaan BRI cukup siap melakukan kerja besar ini. Sejak September 2021 BRI sudah membangun holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan tiga entitas BUMN, yaitu BRI selaku induk holding, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Nilai pengalihan saham negara kepada BRI senilai Rp54,7 triliun. Pengalihan saham tersebut dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 2021 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan Keputusan Menteri Keuangan pada 16 Juli 2021 perihal Penetapan Nilai Penambahan Penyertaan Modal Negara kepada Modal Saham BRI.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir seperti dikutip Solopos.com (13/9/2021), mengatakan pembentukan holding ini akan memberikan pembiayaan kepada UMKM. Hal ini sejalan dengan target pemerintah memberikan porsi pembiayaan pada sektor ultra mikro hingga 30 persen pada 2024.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan keberadaan holding UMi sejalan dengan visi BRI untuk menjadi “The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion”. “Strategi pertumbuhan BRI Group ke depan adalah mendorong nasabah eksisting naik kelas secara sistematis dan memperbesar customer base dengan mencari sumber-sumber pertumbuhan baru. Pembentukan UMi telah memastikan sumber pertumbuhan baru tersebut,” kata Sunarso seperti dikutip pegadaian.co.id.

Sebagai salah satu strategi untuk memastikan keberhasilan holding UMi dalam mewujudkan penyebaran, pemberdayaan, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia diperlukan culture atau perilaku kolektif yang efektif untuk mencapai target-target yang ditetapkan. Hal itulah yang mendasari dibentuknya culture activation berupa program sinergi budaya “BRIGADE MADANI”.

“BRIGADE MADANI yang merupakan akronim dari BRI, Gade (Pegadaian) dan Madani (Permodalan Nasional Madani) ditujukan untuk menginternalisasi Core Values AKHLAK, mengakselerasi pencapaian target bisnis dan strategic initiatives, serta memperkuat ketangguhan UMKM dan mengakselerasi inklusi keuangan dimana ditargetkan sinergi Ultra Mikro akan mampu melayani 55 juta nasabah baru hingga tahun 2024 sehingga dapat menggerakkan ekonomi kerakyatan,” kata Sunarso.

Sunarso menargetkan di akhir tahun 2022, holding UMi dapat melayani 5 juta nasabah baru di segmen Ultra Mikro, mengimplementasikan 100% pencairan cashless di ekosistem PNM dan Pegadaian, terbentuknya 1.000 Co-location Senyum (Sentra Layanan Ultra Mikro) dan 500.000 referral sukses dari Senyum Mobile serta Akuisisi 60.000 ketua/anggota Kelompok Mekaar menjadi Agen BRILink.

Menurut Sunarso untuk mencapai hal tersebut pihaknya sudah menyiapkan 4 strategi utama yakni mengakslerasi Co-Location SENYUM, memperbaiki bisnis proses di PNM dan Pegadaian, meningkatkan penggunaan aplikasi SENYUM MOBILE serta meningkatkan kapabilitas 75.000 Mantri BRI, Account Officer PNM dan Penaksir Pegadaian.

Strategi pengembangan BRI ini sejatinya adalah strategi hybrid yang menggabungkan pendekatan tradisional dan digital. Di level BRI Cabang, selain mengembangkan tranformasi digital di antaranya melalui agen BRILink, juga menyiapkan personal Mantri BRI di setiap desa. Duet antara transformasi digital dengan pendekatan sosial-kelembagaan tingkat desa yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Kepala Cabang BRI Sukoharjo, Dodi Hartono, Senin (9/1/2023), menjelaskan BRI menyiapkan Pojok Mantri Desa di setiap balai desa untuk memberikan pelayanan perbankan kepada masyarakat, terutama bagi yang tidak memiliki akses mudah ke layanan perbankan baik secara tradisional maupun secara digital.

Mantri BRI menjadi personal in charge (PIC) yang bisa menyampaikan program-program ekonomi dari pemerintah sekaligus berkolaborasi dengan pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, badan usaha milik desa (Bumdes), tokoh masyarakat, karang taruna dan pihak lain.

“Kolaborasi dengan agen BRILink merupakan salah satu strategi Mantri BRI dalam memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat desa yang sejauh ini telah cukup berhasil,” kata Dodi.

Kesiapan kelembagaan BRI ini perlu didukung pihak lain untuk memastikan anak muda di desa mempunyai partner pendamping. BRI bisa menggandeng berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang tengah gencar menggalakkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Menurut situs kampusmerdeka.kemdikbud.go.id, salah satu proyek MBKM adalah program magang Kampus Merdeka yang memungkinkan peserta magang mendapatkan uang saku selama magang yang berdurasi 1-3 semester. BRI bisa menjalin kerja sama dengan kampus-kampus untuk menyeleksi mahasiswa yang bisa menjadi tenaga pendamping penggerak ekonomi desa.

Mahasiswa dan dosen pembimbing bisa membantu masyaraat desa membangun usaha, membaca peluang dan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya.

BRI juga bisa bekerja sama PT PLN yang beberapa tahun terakhir cukup gencar menggerakkan electrifying agriculture yang mendorong anak-anak muda terjun ke lapangan pertanian dengan cara lebih kekinian. Pertanian maju, praktis, hemat energi dan mengembangkan prinsip bertani tetapi tetap trendy bisa menjadi daya tarik di kalangan pemuda dan pemudi desa.

Di lapangan pasti akan banyak kendala yang ditemui. Misalnya aparat desa yang kurang mendukung, konflik dan friksi antar tokoh di desa yang berebut pengaruh, kurangnya ketangguhan mental anak muda desa, dan lain-lain. Namun kekuatan kolaborasi BRI dan para mitranya diharapkan menjadi game changer cita-cita mulia ini.



Langkah ini membutuhan konsistensi dan evaluasi yang terukur untuk mengembangkan desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, sekaligus menghentikan arus SDM desa yang meninggalkan desanya untuk merantau ke kota. Tidak mudah, namun harus dilakukan.

Esai ini ditulis Suwarmin, jurnalis Solopos Media Group

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya