SOLOPOS.COM - Anik Sulistyawati (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Harga pangan, khususnya beras, naik hampir selalu terjadi menjelang momen-momen tertentu seperti Ramadan dan Lebaran.  Harga beras merangkak naik beberapa bulan terakhir dari semula Rp10.000 per kilogram kini mencapai Rp15.000 per kilogram.

Beras kelas premium harganya kini mencapai Rp17.000 per kilogram. Para pedagang dan peritel menyebut harga beras naik karena harga dari pemasok memang mahal, permintaan makin tinggi, dan stok berkurang.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Pemerintah menggunakan jurus impor beras.  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengimpor beras 3,06 juta ton pada 2023. Tertinggi dalam lima tahun terakhir. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut impor beras dilakukan pada awal 2024, sebelum panen raya.

Berdasarkan kerangka sampel area (KSA) yang dilakukan BPS, produksi beras nasional secara bulanan pada Januari 2024 diperkirakan hanya 0,9 juta ton dan Februari 2024 sebanyak 1,3 juta ton.

Itu masih di bawah rata-rata konsumsi beras bulanan nasional yang berkisar 2,5 juta ton. Kelangkaan beras terjadi di berbagai wilayah menyebabkan lonjakan harga dan kesulitan akses bagi sebagian masyarakat.

Fakta lain yang tak kalah membuat miris adalah tingkat pemborosan dan pembuangan makanan (food waste) di Indonesia yang tinggi. Kini sebagian besar penduduk masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan dasar, namun banyak makanan layak konsumsi dibuang setiap hari.

Organisasi sosial Foodbank of Indonesia (FOI) mencatat data sampah makanan dalam negeri mencapai 20,93 juta ton  per tahun. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat sampah makanan menjadi penyumbang terbesar timbunan sampah di Indonesia yang mencapai lebih dari 40% pada  2022.

Food loss and waste sebanyak 184 kilogram per kapita per tahun di Indonesia sejak 2000 hingga 2019. Ini menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 1.700 megaton karbondioksida (CO2) ekuivalen dan kerugian hingga Rp550 triliun per tahun atau setara dengan 5% produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Food and loss waste dalam 20 tahun terakhir sebenarnya dapat memberi makan 125 juta orang atau setengah dari jumlah penduduk Indonesia. Dalam skenario bisnis diperkirakan food loss and waste generation di Indonesia dapat mencapai di atas 300 kilogram per kapita per tahun pada 2045.

Paradoks ini menggambarkan ada ketidakberesan yang kronis antara produksi, distribusi, dan konsumsi pangan di Indonesia. Masalah ini perlu diurai satu per satu dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.

Pada tingkat produksi, masalah serius tampaknya muncul dari infrastruktur dan teknologi pertanian yang terbatas. Ini membuat petani kesulitan mengelola panen secara efisien. Kurangnya akses terhadap pasar dan harga yang tidak stabil juga menyulitkan petani mendapatkan keuntungan dari hasil panen mereka.

Pemerintah harus mengambil langkah-langkah meningkatkan akses petani ke pasar dan infrastruktur pertanian yang memadai. Pendidikan dan kesadaran juga perlu ditingkatkan untuk mengubah perilaku konsumen dan mengurangi pemborosan makanan di tingkat rumah tangga dan komersial.

Mereduksi food waste atau tidak membuat sampah makanan akan berkontribusi dalam peningkatan ketersediaan dan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan global.

Menurut catatan Economist Impact, Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index/GFSI) Indonesia pada 2022 mencapai 60,2 poin,  meningkat 1,7% dibandingkan pada 2021 yang memiliki skor 59,2 poin.

Skor indeks tersebut menjadikan ketahanan pangan Indonesia pada 2022 dalam kategori moderat (skor 55-69,9 poin). Posisi Indonesia masih memprihatinkan karena berada di peringkat ke-63 dari 113 negara, diapit oleh Tunisia dan Kolombia yang masing-masing memiliki skor 60,3 poin dan 60,1 poin.

Skor GFSI dipengaruhi beberapa faktor, antara lain, ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, kualitas dan keselamatan pangan, serta resilience  atau ketahanan yang mencakup kemampuan sistem pangan untuk menghadapi krisis atau perubahan eksternal.

Secara umum harga pangan di Indonesia cukup baik dengan skor 81,5. Beberapa indikator lain, seperti ketersediaan pasokan, kualitas dan keamanan, serta keberlanjutan dan adaptasi pangan masih lemah.

Indikator ketersediaan pasokan Indonesia memiliki skor 50,9. Skor indikator kualitas dan keamanan pangan Indonesia 56,2. Indikator keberlanjutan dan adaptasi pangan dengan skor 46,3.

Solusi inovatif seperti membangun platform redistribusi makanan yang menghubungkan restoran, supermarket, dan rumah tangga dengan organisasi amal lokal dapat membantu mengurangi pemborosan makanan sambil menyediakan makanan bagi mereka yang membutuhkan.

Kerja sama pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil penting untuk menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan dan adil bagi semua orang. Melalui upaya bersama, Indonesia dapat mencapai manfaat signifikan.

Diperlukan komitmen kuat dari semua pemangku kepentingan. Pemerintah perlu mengambil peran aktif merumuskan kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan, pengurangan pemborosan makanan, dan pembangunan infrastruktur.

Sektor swasta dan masyarakat sipil harus terlibat aktif mendukung upaya ini melalui investasi, inovasi, dan advokasi. Langkah-langkah konkret juga harus diambil untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengurangi pemborosan makanan.

Program pendidikan tentang pengelolaan makanan yang berkelanjutan dapat diperluas di sekolah-sekolah dan komunitas lokal. Kampanye publik dan inisiatif komunitas dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong perubahan perilaku yang positif.

Indonesia memiliki kesempatan memperbaiki sistem pangan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif bagi semua orang. Cerita membikin miris tentang paradoks kelangkaan pangan di tengah tingginya food waste di negeri ini akan terkikis.



(Esai ini terbit Harian Solopos edisi 16 Februari 2024. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya