SOLOPOS.COM - Danang Nur Ihsan (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Dalam beberapa waktu terakhir cuaca panas menyelimuti wilayah Kota Solo dan sekitarnya. Sebenarnya bukan hanya Kota Solo yang panas. Hampir sebagian besar wilayah Indonesia juga merasakan hal yang sama.

Cuaca terik sangat terasa, khususnya saat siang hari. Cuaca yang begitu panas di Kota Solo pernah mencapai 41 derajat Celcius saat siang hari dan sempat viral di media sosial.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut suhu di Kota Solo dan sekitarnya berkisar 37 derajat Celcius. Meski lebih rendah dari angka yang menjadi viral itu, hampir semua orang merasakan hal yang sama, yaitu gerah tiada terkira.

Saat berada di luar ruangan, khususnya saat siang hari, panas menyengat terasa menembus pori-pori kulit. Saat berada di dalam ruangan, kipas angin atau pendingin ruangan harus bekerja lebih ekstra daripada biasanya agar ruangan terasa adem.

Kondisi yang sangat panas ini menyebabkan potensi kebakaran semakin tinggi. Kasus kebakaran bermunculan di berbagai wilayah, dari kebakaran tempat pembuangan sampah, rumah, pabrik, dan lainnya.

BMKG mengingatkan potensi cuaca panas akan terus berlangsung sepanjang Oktober ini. Ada tiga penyebab cuaca panas melanda Indonesia akhir-akhir ini. Anomali iklim El Nino yang menyebabkan minimnya pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Anomali iklim di Indian Ocean Dipole (IOD) positif di wilayah Samudra Hindia di ekuator bagian barat membuat pembentukan awan hujan di Indonesia minim. Tanpa awan hujan, penyinaran matahari lebih kuat karena tanpa tameng penghalang.

Kondisi ini diperparah dengan angin dari Australia yang lebih kering. Inilah yang menyebabkan musim kemarau kali ini lebih menyengat. Di tengah cuaca panas yang begitu terik, suhu politik juga menunjukkan kenaikan.

Dinamika politik bergerak dinamis menjelang pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden yang akan dibuka mulai 19 Oktober 2023 dan ditutup pada 25 Oktober 2023.

Terdapat tiga nama yang paling kuat menjadi kandidat presiden yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Anies menggandeng Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partau Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) Muhaimin Iskandar sebagai kandidat wakil presiden.

Sedangkan Ganjar dan Prabowo masih menakar berbagai nama untuk dijadikan calon wakil presiden. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dibacakan Senin (16/10/2023) tentang batas usia calon presiden dan calon waki presiden membuat suhu politik makin meningkat.

MK tidak mengubah batas usia minimal 40 tahun, namun membuka ruang bagi kepala daerah  yang usianya di bawah 40 tahun untuk maju dalam kontestasi pemilihan presiden pada 2024.

Putusan ini membuka peluang Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang selama ini sering dibicarakan sebagai kandidat wakil presiden. Sampai Selasa (17/10/2023), Gibran belum memberikan banyak komentar mengenai putusan MK yang membuka peluang dirinya maju menjadi calon wakil presiden.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai politik tempat Gibran bernaung, memanggil putra sulung Presiden Joko Widodo itu pada Rabu (18/10/2023).

Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang menghimpun Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) yang selama ini kerap memunculkan nama Gibran sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo langsung menggelar rapat di rumah Prabowo pada Senin malam.

Berbagai analisis dari pengamat politik berseliweran di berbagai platform menyikapi situasi politik terkini. Mereka menyebut kondisi ini bisa menciptakan “konflik” di tataran elite politik.

Ada pengamat yang menyebut kondisi sekarang ini bisa menciptakan “perang bubat” bila Prabowo berduet dengan Gibran. Ada yang mengibaratkan “clash of titans” apabila komposisi calon presiden dan calon wakil presiden adalah Ganjar-Gibran dan Prabowo-Anies.

Dalam beberapa hari ke depan, suhu politik bisa terus naik sampai masa pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden. Elite-elite politik saling tarik-menarik kepentingan dan adu strategi agar bisa memenangi kontestasi.

Dalam setiap langkah para elite akan menyampaikan berbagai argumen atau pembenaran atas sikap mereka. Di tengah cuaca panas yang bikin gerah, publik akan disuguhi berbagai dinamika sampai akrobat politik yang kian pelik dalam beberapa hari ke depan.

Publik terus menanti dengan pertanyaan di kepala atas berbagai situasi yang terjadi: ke mana ujung cerita ini?  Apabila ini jalan menuju pesta demokrasi yang puncaknya pada 14 Februari 2024, sudah selayaknya “permainan catur” para elite ini tidak perlu merembet sampai ke akar rumput di masyarakat.

Seperti cuaca panas, harus benar-benar diwaspadai agar meningkatnya suhu politik ini  jangan sampai memantik “kebakaran”. Para elite yang tengah saling sikut jangan malah melemparkan korek api yang bisa menyulut kebakaran di masyarakat.

Apbila ini terjadi akan sangat merugikan masyarakat yang masih berjuang bangkit setelah pandemi Covid-19 dan kini disergap ketidakpastian global. Jangan sampai ditambahi lagi dengan guncangan politik.

Semoga para elite menyadari itu sembari kita berharap hujan tiba atau setidaknya awan hujan menggantung agar bisa meredakan cuaca panas dan suhu politik kita.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 18 Oktober 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya