SOLOPOS.COM - Kaled Hasby Ashshidiqy. (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Here we are … born to the king, we’re the princes of the universe …

Ini adalah penggalan lirik lagu pembuka film Highlander. Film ini mengisahkan kesatria abadi asal Skotlandia bernama Duncan McLeod. Ia hidup beratus-ratus tahun, melewati berbagai zaman dan kepemimpinan.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Kisah Duncan McLeod tentu fiksi belaka. Mana ada manusia abadi. Memang ada manusia yang hidup dengan usia hampir 1.000 tahun, namanya Nabi Nuh AS. Umat Islam meyakini rasul pertama itu hidup selama 950-an tahun.

Pada akhirnya, Allah SWT mewafatkan beliau. Tak abadi. Tak ada yang menyangkal bahwa semua manusia pasti mati. Secara fisik. Ada kata-kata bijak, mati sesungguhnya adalah saat orang melupakan kita.

Tak perlu lepasnya nyawa dari raga untuk seseorang dikatakan mati. Orang-orang yang dilupakan, dianggap tak ada, sesungguhnya telah dibuat mati meski secara ragawi dia masih hidup.

Orang-orang seperti ini adalah mereka yang sama sekali tidak memberikan manfaat bagi lingkungan dan komunitas di sekelilingnya. Cenderung merugikan dan membuat tak nyaman. Ketiadaan lebih diharapkan daripada keberadaan.

Sebaliknya, ada orang yang hidup abadi meski nyawanya sudah lepas dari raga. Meski tubuhnya sudah menyatu dengan bumi, orang ini abadi dalam hati dan pikiran orang-orang yang masih hidup. Orang ini abadi dalam gagasan dan inspirasi.

Orang abadi ini pasti berkebalikan dengan orang yang “dibuat” mati tadi. Mereka adalah orang-orang yang memberikan nilai lebih pada lingkungan dan komunitas. Memberikan manfaat. Keberadaan selalu diharapkan, kedatangan selalu dirindukan.

Ada beberapa manusia mulia yang bisa dijadikan contoh. Di kalangan umat Islam tentulah Nabi Muhammad SAW contoh paling gampang manusia abadi tersebut. Beliau wafat lebih dari 1.000 tahun silam, namun namanya masih diingat, kepribadiannya terus dipelajari dan diteladani.

Di kalangan umat Nasrani ada Bunda Theresa yang kebaikan hatinya membuat dia jadi manusia abadi. Ada juga Mahatma Gandhi dari India. Bagi bangsa Indonesia, tentu Soekarno, Mohammad Hatta, dan Jenderal Sudirman adalah sebagian tokoh abadi dalam ingatan dan tercatat dalam sejarah negara ini.

Di kawasan Soloraya, sosok Soekarno begitu hidup meskipun sudah meninggal pada 21 Juni 1970. Patung Presiden Pertama Republik Indonesia itu ada di mana-mana. Di Stadion Manahan Solo salah satunya.

Gedung yang menggunakan namanya juga banyak. Soekarno adalah manusia Indonesia yang abadi karena dia meninggalkan legasi yang bernilai bagi bangsa ini.

Pemimpin atau kepala negara memang memiliki peluang lebih besar untuk menjadi manusia abadi ketimbang rakyat biasa seperti kita. Sikap dan kebijakan yang dia buat berdampak bagi rakyat dipimpin. Jika ia dicintai rakyat, peluang dia jadi Highlander  besar.

Lantas bagaimana dengan pemimpin bangsa Konoha? Selama dua periode memimpin, Minato selalu dicintai rakyat. Kunjungan ke daerah-daerah selalu disambut kegembiraan dan keceriaan rakyat.

Minato adalah sosok yang humble di mata rakyat jelata, yang merupakan kalangan dominan di Konoha. Pakaiannya cenderung biasa-biasa saja, celana hitam dan baju putih dipadu sepatu kets yang mencerminkan gesit, lincah, satset, dan thasthes.

Ayah Naruto ini juga sosok yang murah senyum. Wajahnya sangat kita banget. Bukan wajah orang elite yang selalu glowing. Hampir 10 tahun mayoritas publik puas dengan kinerja Minato memimpin Konoha.

Pembangunan di mana-mana, mulai dari jalan, bendungan, bandara, hingga terkini adalah Ibu Kota Baru Konoha. Minato begitu visioner. Sayangnya,  pada akhir masa jabatan sebagai Hokage, Minato justru membuat sebagian rakyat terpaku tak percaya.

Publik melihat dia menjadi sosok yang berbeda. Minato yang dulu identik dengan wong cilik, kini menjelma menjadi sosok yang lebih mementingkan keluarga.nKebijakan-kebijakannya belakangan kontroversial.

Terkini, ingin men-“sipil”-kan angkatan militer. Ah, ada-ada saja. Minato yang awalnya jadi sosok pemimpin pilihan, kesatria piningit, di tengah situasi Konoha yang berada di ambang keterpurukan, justru kini menjadi sosok antagonis di mata sebagian rakyatnya.

Gara-gara nila segayung (bukan setitik karena cukup banyak), rusak susu sebelanga. Pepatah tepat yang menggambarkan kondisi Minato saat ini. Warisan yang akan ditinggalkan bakal menentukan Minato akan lengser secara husnul khotimah atau justru su’ul khotimah.

Kalau husnul khotimah, namanya bakal selalu hidup dalam ingatan bangsa Konoha. Kalau sebaliknya, su’ul khotimah, maka sesungguhnya dia gagal menjadi manusia abadi. Namanya tak bakal lagi dirindukan. Keberadaannya tak lagi diharapkan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 19 April 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya