SOLOPOS.COM - Anton A. Setyawan (Istimewa)

Gagasan Solopos, Senin (4/1/2016), ditulis Anton A. Setyawan. Penulis adalah dosen di Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Solopos.com, SOLO — Tahun 2015 adalah tahun yang suram bagi banyak bisnis. Secara umum terjadi penurunan kondisi perbisnisan karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan perubahan kebijakan pemerintah yang menyebabkan beberapa bisnis harus melakukan penyesuaian.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Kondisi ekonomi di Soloraya pada 2015 tidak jauh berbeda dengan kondisi nasional. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank atau ADB) mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 menjadi 4,3%, sementara untuk 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 5,3%.

Secara umum, kondisi 2016 masih terkena dampak kelesuan ekonomi global pada 2015. Penurunan kinerja ekspor Tiongkok berdampak secara umum pada ekonomi global. Penurunan pertumbuhan ekonomi di Rusia dan Brasil karena masalah dalam negeri juga menyebabkan pertumbuhan ekonomi global mengalami koreksi.

Indikator utama yang muncul adalah harga minyak dunia yang terus menurun. Harga minyak dunia jenis Brent sedikit meningkat menjadi US$37,98 per barel, namun level harga ini belum cukup untuk menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi global.

Kondisi ekonomi Amerika Serikat yang merupakan lokomotif ekonomi dunia masih belum meyakinkan. Data pertumbuhan industri dan pengangguran di negara itu mengalami perbaikan, namun juga dianggap belum cukup baik.

Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) juga belum memberikan indikasi akan meningkatkan suku bunga. Kondisi ekonomi global yang belum menggembirakan ini yang akan menjadi tantangan bagi perekonomian nasional pada 2016 ini.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 diperkirakan hanya akan mencapai sedikit di atas 5%. Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat 5,2%-5,3%.

Angka ini kurang lebih sama dengan perkiraan Bank Indonesia. Kondisi perekonomian nasional ini tentu juga tercermin di daerah karena pada dasarnya kinerja perekonomian nasional akan dipengaruhi oleh kinerja ekonomi daerah.

Kawasan Soloraya sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tentu menarik untuk dianalisis. Bagaimana prospek ekonomi dan bisnis di kawasan ini pada 2016? [Baca selanjutnya: Sedikit Menguat]Sedikit Menguat

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Soloraya rata-rata berada pada kisaran 5,1% pada 2016. Inflasi tahunan di kawasan ini juga berada pada kisaran 5,2%, menurun dibandingkan pada 2014 yang mencapai 8,01%.

Berdasarkan data Kantor Bank Indonesia Kota Solo, perbaikan kondisi ekonomi di kawasan Soloraya terjadi pada beberapa sektor, yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, serta industri pengolahan.

Konsumsi domestik masih menjadi motor penggerak ekonomi di Soloraya. Sektor konsumsi mendominasi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Sekitar 60% pertumbuhan ekonomi kawasan Soloraya didominasi konsumsi domestik baik dari rumah tangga maupun pemerintah.

Terjadi sedikit gangguan daya saing dari sektor industri, terutama industri pengolahan, karena pelemahan nilai rupiah yang masih berdampak pada 2016, yaitu penurunan kinerja ekspor dan beban kenaikan upah minimum kabupaten (UMK) yang menambah biaya produksi.

Risiko bisnis juga mengalami peningkatan, mengingat saat ini terjadi peningkatan angka rata-rata nonperforming loan (NPL) menjadi sekitar 4,7%. Peningkatan NPL terjadi sejalan dengan penurunan pencairan kredit karena lemahnya permintaan.

Pada 2016, angka ini akan membaik seiring dengan peningkatan kinerja industri. Kawasan Soloraya masih didominasi pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kantor Bank Indonesia Solo menyatakan sektor ini mengalami pertumbuhan di atas 10% pada triwulan III 2015 dan diharapkan tren ini berlanjut pada 2016.

Sektor industri pengolahan di kawasan Soloraya, terutama di pusat industri manufaktur di Sukoharjo dan Karanganyar, juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan industri ini hanya berkisar 6%, mengingat pendorong industri pengolahan bukan dari ekspor melainkan permintaan domestik.

Sektor bisnis yang potensial di kawasan Soloraya sangat beragam. Bisnis pariwisata adalah bisnis potensial yang terkait dengan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Mekanisme rantai pasok dan jaringan bisnis bisnis pariwisata secara alamiah sudah terbentuk di kawasan Soloraya dan melibatkan bisnis di tujuh kabupaten dan kota di wilayah ini.

Sektor pertanian dengan jaringan bisnis industri makanan dan kuliner juga mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan di kawasan Soloraya. Struktur pasar yang cenderung oligopoli memerlukan campur tangan pemerintah untuk membangun iklim bisnis yang lebih adil dan pasar yang efisien. [Baca selanjutnya: Inovasi]Inovasi

Perkembangan ekonomi dan bisnis di kawasan Soloraya tergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah hal-hal yang mendukung perkembangan bisnis di Soloraya yang berasal dari pelaku bisnis.

Faktor internal ini termasuk di dalamya adalah pemahaman pelaku bisnis tentang pasar baik lokal, nasional, potensi ekspor, efisiensi produksi, serta inovasi produk maupun aktivitas pemasaran.

Faktor internal ini merupakan tanggung jawab penuh pengusaha dan faktanya pelaku usaha di Soloraya mampu melakukan inovasi untuk mengembangkan bisnis maupun bertahan dalam kondisi krisis.

Kita bisa melihat pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan fleksibilitas bisnis mereka, contohnya pedagang di Pasar Klewer yang mampu bertahan mengelola bisnis dan beberapa bahkan mengembangkan model bisnis baru pada saat lokasi berdagang mereka masih dibangun.



Kebijakan pemerintah mempunyai peran penting terkait dengan perkembangan bisnis di kawasan Soloraya. Pelaku usaha menunggu mekanisme transmisi kebijakan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Paket-paket kebijakan ekonomi dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing bisnis ditunggu implementasinya. Kombinasi antara inovasi bisnis yang dilakukan pengusaha dengan dukungan kebijakan ekonomi pemerintah daerah akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi berkualitas di Soloraya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya