SOLOPOS.COM - Masduri Peneliti di Lingkaran Metalogi Yogyakarta. (FOTO/Istimewa)

Masduri
Peneliti di Lingkaran Metalogi Yogyakarta. (FOTO/Istimewa)

Ada dua elemen penting yang mengancam kehancuran suatu bangsa, yakni penguasa dan pemilik modal. Ketika penguasa dalam suatu bangsa tidak memiliki tanggung jawab, kreadibilitas dan integritas diri yang tinggi, jangan berharap bangsa tersebut akan maju dan sejahtera. Termasuk pula, ketika ekonomi dieksploitasi habis-habisan oleh pemilik modal, jangan berharap bangsa tersebut akan berjaya dan rakyatnya bisa sejahtera.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Ada ilustrasi yang digambarkan oleh Allah SWT. “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (murtaf) di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra’ ayat 16).

Para ilmuwan memaknai murtaf sebagai orang yang suka berfoya-foya dan berperilaku seenaknya tanpa berpikir ada orang di luar dirinya, mereka melupan nasib orang miskin, dan menindas orang lemah. Jika ditelisik lebih dalam lagi, orang yang cenderung murtaf adalah para penguasa dan pemilik modal. Orang yang berkuasa dengan sangat mudah berfoya-foya dan melakukan penindasan kepada rakyatnya, misalnya dengan mengorupsi uang negara, sehingga rakyat menjadi sangat dirugikan. Kesejahteraan rakyat semakin tidak jelas dan pembangunan negara tidak bisa terealisasi.

Pemilik modal juga demikian. Mereka bisa berfoya-foya dan menindas orang miskin seenaknya. Dengan kekuatan modal ekonomi yang dimiliki, mereka bisa mempermainkan rakyat miskin. Misalnya dengan memberikan gaji yang tidak layak, atau memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat besar sehingga rakyat miskin semakin susah.

Sangat jelas sekali, jika kedua kelompok masyarakat itulah sebenarnya biang kehancuran suatu bangsa. Korupsi semakin marak terjadi sebab penguasa atau pemimpin kita tidak memiliki kredibilitas dan integritas diri yang tinggi. Sehingga mereka mudah melakukan penyelewengan uang negara.

Ketidakadilan sering terjadi, sebab para hakim banyak yang tunduk kepada pemilik modal. Mereka dengan sangat mudah menyogok para hakim agar menuruti semua kemauan mereka. Sementara masyarakat miskin semakin tertindas, mereka sulit mendapatkan keadilan. Bahkan para pemilik modal dengan sangat mudah bisa menciptakan kerusuhan dengan cara membayar preman-preman untuk bertindak anarkistis dan mengganggu keamanan masyarakat. Uang saat ini sangat berkuasa, ia bisa menciptakan kedamaian atau malah kerusakan dalam suatu bangsa.

Seorang ilmuwan muslim, Maheruddin Shiddiqi, menegaskan ketika masyarakat terbiasa hidup mewah dan dikelilingi dengan kemewahan, mereka akan terbiasa memperoleh kemudahan dan kesenangan, yang selanjutnya cenderung mengendurkan kontrol spiritual dan disiplin sosialnya. Longgarnya kontrol ini akan mengakibatkan mereka mudah melakukan ketidakadilan dan tidak berperikemanusiaan terhadap hak-hak orang-orang lemah dan tidak berdaya.

Buktinya bisa kita lihat dalam realitas keseharian bangsa Indonesia, mereka yang suka hidup mewah dan berfoya-foya, baik dari kalangan penguasa ataupun pemilik modal, sering lupa terhadap nasib rakyat miskin yang terlunta-lunta di bawah. Para penguasa banyak mengorupsi uang negara, yang semestinya menjadi hak rakyat secara umum. Para pemilik modal pun demikian. Mereka bersenang-senang di tengah derita rakyat miskin, yang ia peras peluh dan tenaganya dengan uang bayaran yang tidak layak.

Perilaku hedonis dan komsumtif itulah yang mengancam kehancuran bangsa Indonesia. Jika para penguasa dan pemilik modal tersebut terus-terusan seperti itu, kehancuran bangsa Indonesia akan semakin jelas di depan mata. Bayangkan sekarang ini betapa korupsi yang dilakukan oleh penguasa telah benar-benar membuat negara limbung tidak jelas arahnya. Begitu juga dengan para pemilik modal. Mereka mengeksploitasi kekayaan ekonomi, sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Problem ini dari hari ke hari semakin akut. Tidak ada kesadaran konkret dari para penguasa dan pemilik modal untuk berubah.

Sampai sekarang mereka masih abai dengan kepentingan rakyat Indonesia secara umum. Bahkan menjelang Pemilihan Umum 2014, sekarang sedang santernya kerja sama antara penguasa dan pemilik modal dalam menyukseskan kemenangan dalam Pemilu 2014 nanti. Kerja sama tersebut tidak lain agar para penguasa tetap bertakhta dan pemilik modal semakin mudah mengekploitasi habis-habisan kekayaan ekonomi rakyat Indonesia melalui sistem ekonomi kapitalnya.

 

Bangsa Hancur

Dalam Kitab Suci Alquran disebutkan ada empat bangsa yang cukup maju dan berjaya di masa lalu yang dihancurkan oleh Allah SWT. Bangsa tersebut antara lain, kaum ‘Ad (masa Nabi Hud AS); kaum Tsamud (masa Nabi Sholeh AS.); kaum Madyan (masa Nabi Syu’aib AS) dan bangsa Mesir yang dikuasai oleh raja, yang biasa disebut Firaun (masa Nabi Musa AS). Keempat bangsa tersebut merupakan bangsa-bangsa maju di masa lalu, baik secara ekonomi, politik, teknologi, pendidkan dan arsitektur. Tetapi kemudian keempat bangsa tersebut dihancurkan oleh Allah SWT. Alquran menyebut mereka sebagai bangsa yang kafir, zalim, fasil dan kidz (berdusta). Alasan tersebut mengarah pada pandangan teologis. Tetapi Imam Al-Razi menegaskan pandangan sosiologisnya tentang keempat bangsa tersebut. Menurutnya, kaum ‘Ad hancur karena keangkuhan intelektualnya, kaum Tsamud karena budaya hedonistik, kaum Madyan karena kecurangan dalam berbisnis dan Firaun karena arogansi kekuasaan sehingga cenderung tiranik dan menindas.

Pembacaan kita terhadap keempat bangsa tersebut yang diceritakan dalam Alquran dapat menjadi bahan refleksi dalam konteks keindonesiaan, untuk memperbaiki kondisi bangsa yang karut-marut dari hari ke hari. Problem kebangsaan yang tak kunjung selesai, seperti korupsi, ketidakadilan, kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi kekayaan ekonomi, bukan tidak mungkin akan membuat bangsa Indonesia akan hancur seperti yang dialami keempat bangsa tersebut.

Persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia sungguh sangat ruwet sekali. Kadang-kadang menimbulkan pesimisme, sebab dari hari ke hari bukan semakin sedikit. Namun terus bertambah banyak. Bahkan banyak kasus korupsi yang tidak selesai secara tuntas, namun sudah bermunculan kasus korupsi baru.

Seperti dijelaskan di atas, ada dua elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang menentukan kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya, yakni penguasa dan pemilik modal. Oleh karena itu, kita sangat berharap para penguasa benar-benar bisa bertanggung jawab terhadap semua tugas yang diembannya, sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Kita juga berharap para pemilik modal tidak mengeksploitasi kekayaan ekonomi rakyat sehingga rakyat juga bisa sejahtera, seperti cita awal kemerdekaan Indonesia untuk mewujudkan kemakmuran bangsa. Untuk mewujudkan semua itu, tentu para penguasa dan pemilik modal harus meninggalkan sifat murtaf, atau dengan bahasa lain, sikap hedonisme dan konsumtif. Kedua sikap ini menjadi petaka awal kehancuran suatu bangsa.

 

Penulis adalah Peneliti di Lingkaran Metalogi Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya