SOLOPOS.COM - Flo. Kus Sapto W (Dok/JIBI/Solopos)

Gagasan Solopos, Sabtu (2/5/2015), ditulis seorang praktisi pemasaran, Flo. Kus Sapto W. 

Solopos.com, SOLO — Hari Buruh Internasional atau May Day harus dimaknai kembali agar lebih membumi. Tentu dengan menyadari tuntutan kenaikan upah adalah bagian tak terpisahkan di dalamnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Apakah upah adalah solusi final dan satu-satunya bagi perbaikan nasib buruh/pekerja? Banyak kasus perburuhan yang ternyata muncul bukan karena masalah upah. Salah satu masalah paling klasik adalah tingginya turn-over.

Dua gerai minimarket paling terkenal dan paling gampang ditemui di hampir semua ruas jalan bisa dijadikan sebuah contoh kasus.  Tingkat turn-over atau keluar masuknya karyawan di dua minimarket itu termasuk tinggi.

Salah satu penyebab utamanya adalah tanggungan kerugian. Risiko menanggung kerugian itu harus dijalani semua karyawan, yakni menanggung kerugian akumulatif akibat pencurian.

Tentu awalnya sulit mengenali modus pencurian. Pintu masuk dan keluar hanya satu. Kebanyakan minimarket dilengkapi kamera closed circuit television (CCTV). Nyaris tidak mungkin pelanggan keluar dari gerai membawa sejumlah barang tanpa membayar.

Belakangan ketahuan pencurian justru dilakukan karyawan. Modusnya dengan tidak memberikan nota pembelian. Alasannya beragam, misalnya karena listrik padam, jaringan tidak online, atau roll paper untuk print out habis.

Pelanggan tidak dirugikan sama sekali karena mendapatkan produk dan membayar sesuai harga. Hasil proses pembelian itu tentu saja tidak masuk dalam data setoran ke perusahaan. Pengawas toko tidak mau tahu risiko kerugian tersebut.

Semua karyawan gerai harus menanggungnya. Sungguh situasi kerja yang tidak nyaman. Karyawan yang jujur turut merasakan kerugian. Sistem potong gaji berpotensi mengecewakan karyawan. Contoh lain di industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Meskipun tingkat turn-over tinggi sudah diantisipasi dengan berbagai program pelatihan setelah perekrutan, karyawan yang cukup mahir tetap banyak yang keluar.

Tentu tidak masuk akal kalau kepindahan karyawan berkeahlian teknis ke perusahaan kompetitor hanya berdasarkan upah. Selisih upah minimum di satu kawasan tidak terlalu lebar. Alasan yang sering dijadikan pembenar adalah tingginya jam kerja lembur.

Peusahaan dirugikan karena hanya menjadi seperti lembaga pelatihan. Upah bukanlah faktor utama daya tahan kerja (kepuasan/kenyamanan/kebahagiaan) dan kinerja. Dalam kajian organisasi, kinerja memang tumbuh bersama dengan tingkat kepuasan pekerja.

Kepuasan kerja yang hanya diimplementasikan dengan kenaikan upah adalah sebuah kekeliruan besar. Demikian juga dalam kebijakan-kebijakan rekreatif bagi pekerja. Konklusi positivisme kebahagiaan karyawan yang korelatif terhadap peningkatan kinerja merupakan hasil studi yang dikembangkan pada era 1930–1940.

Kesimpulannya justru terbalik. Kebahagiaan karyawan dalam bekerja lebih ditentukan optimalisasi kinerja karyawan itu sendiri. Karyawan yang produktif yang merasa puas. Kepuasan dalam bekerja menumbuhkan perasaan bahagia.

Kondisi emosi yang diwarnai kebahagiaan mendorong karyawan semakin produktif. Produktivitas inilah yang diapresiasi manajemen dengan perbaikan gaji. Keyakinan semacam itu bisa dilihat dalam sebuah proses produksi.

Setiap divisi sebuah industri memiliki jadwal dan beban kerja yang dirangkum dan disinergikan oleh bagian product planning inventory control (PPIC). Kinerja salah satu divisi akan berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap divisi lainnya, baik dalam tahapan kerja yang bersifat start-start (S-S), start-finish (S-F), atau finish-start (F-S).

S-S adalah pekerjaan satu atau dua divisi yang bisa dimulai bersamaan tanpa tergantung langsung dengan divisi lain. Dalam industri manufaktur, divisi konstruksi dan divisi body bisa mulai berproduksi secara bersamaan. F-S dilaksanakan divisi perakitan yang belum bisa mulai bekerja selagi divisi kontruksi dan body belum selesai bekerja.

Sebaliknya, S-F dialami oleh divisi shipping atau logistik yang ketika sudah masuk jadwal pengiriman maka divisi produksi secara keseluruhan sudah harus selesai. Mekanisme kerja terjadwal tersebut diwarnai oleh ketidakpuasan divisi tertentu jika ada keterlambatan dari divisi lain. [Baca selanjutnya: Lembur]

Lembur
Layak dipikirkan kembali oleh semua pemangku kepentingan di bidang perburuhan terhadap berbagai kebijakan yang kontraproduktif, baik dalam keputusan manajerial maupun aturan pemerintah. Misalnya dalam kebijakan lembur; apakah penambahan jam kerja di bagian produksi—yang dibatasi tidak boleh lebih dari tiga jam per hari (Pasal 78 UU No. 13/2003)—memang diperlukan atau hanya karena dampak ikutan dari kinerja manajemen yang tidak baik?

Kinerja manajemen yang tidak baik itu misalnya karena bahan baku telat dikirim akibat tagihan yang belum dibayar kepada pemasok oleh bagian pembelian. Jika ini yang terjadi, lembur sebetulnya kesalahan manajemen yang dampaknya harus ditanggung pekerja.

Lembur pada jangka panjang akan menyebabkan depresi, serangan jantung, dan penyakit pada hati. Dampak lembur berpengaruh negatif pada relasi pekerja dengan keluarganya (kepuasan dan kebahagiaan). Manajemen yang baik akan menghindari situasi lembur yang akut.

Sayangnya, bagi perusahaan, karyawan yang lembur sering disalahpersepsikan sebagai pekerja keras. Sebetulnya lembur dalam bentuk apa pun adalah akumulasi mismanajemen.

Ketidakpuasan karyawan, seturut paparan Robbins dalam Organizational Behavior (2005), ditandai beberapa hal. Beberapa hal itu, antara lain, banyaknya keluhan karyawan baik yang tersampaikan maupun hanya gerundelan terselubung (coretan di tembok/pintu toilet), ketidakpatuhan terhadap aturan perusahaan, pencurian internal (suap), dan pengingkaran tanggung jawab.

Indikasi lain ketidakpuasan karyawan adalah banyaknya absensi dan keterlambatan. Semua indikasi itu mengarah pada ketidakpuasan yang menyebabkan rendahnya semangat kerja serta banyaknya kesalahan kerja yang mendorong kondisi frustrasi di lingkungan kerja. Jika sudah demikian, kenaikan gaji berapa pun tidak akan memberikan kebahagiaan bagi pekerja. Selamat Hari Buruh Internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya