SOLOPOS.COM - Lukmono Suryo Nagoro (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Sejak  Partai Nasional Demokrat (Nasdem) mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden, ”pacuan kuda” calon presiden resmi dimulai. Selain Anies, ada Prabowo Subianto yang dicalonkan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Sampai hari ini, Anies Baswedan sudah mengantongi dukungan dari Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera. Partai lain yang akan mendukung Anies adalah Partai Demokrat meskipun belum mendeklarasikan secara resmi. Prabowo Subianto didukung oleh dua partai politik, yaitu Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Anies maupun Prabowo belum mendominasi survei-survei, tidak dominan di urutan teratas. Calon presiden yang memiliki elektabilitas teratas dalam survei-survei adalah Ganjar Pranowo.

Ia belum mendapat sokongan resmi dari partai politik. Sokongan pada Ganjar samar-samar sering dinyatakan oleh partai polituk yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Baru (KIB), yaitu Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

PAN pernah menyebut nama pasangan Ganjar-Erick Thohir sebagai calon presiden dan calon wakil presiden potensial. Ganjar adalah kader tulen Partai Demokrasi Indondesia Perjuangan (PDIP). Di internal PDIP, Ganjar masih bersaing dengan Puan Maharani, kader darah biru dan putri Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

PDIP sampai sekarang belum menyatakan akan mendukung siapa sebagai calon presiden. PDIP adalah satu-satunya partai politik yang bisa mengusung calon presiden tanpa harus berkoalisi dan nama calon presiden menjadi wewenang penuh Megawati alias menjadi hak prerogatif dia sebagai Ketua Umum DPP PDIP.

Kondisi inilah yang menjadi karang penghalang bagi Ganjar menjadi calon presiden. Pada saat yang sama, konsultan atau tim sukses Anies mulai memoles data-data prestasi Anies selama menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk meningkatkan elektabilitas Anies sekaligus menaikkan approval rating para pemilih Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat kepada Anies.

Apabila tim sukses Anies tidak menaikkan approval rating tersebut, pemilih Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat di level bawah kurang mengetahui bahwa partai politik pilihan mereka mendukung Anies. Jika proses approval rating itu berhasil, tentu elektabilitas Anies akan meningkat dan jalan politik Anies bisa diibaratkan gelombang pasang yang siap membesar kapan pun.

Jika proses Ganjar  menjadi calon presiden diundur-undur alias tidak segera diumumkan, bisa berakibat pada hilangnya momentum sehingga elektabilitas Ganjar akan menurun dan bisa tersalip calon presiden lainnya. Mengapa pengusungan Ganjar sebagai calon presiden tidak segera dilakukan? Ganjar menghadapi dua karang yang kokoh.

Karang pertama bernama Megawati Soekarnoputri. Ketua Umum DPP PDIP ini dalam pernyataan politiknya berkali-kali dengan tegas menatakan dirinya yang akan mengumumkan sendiri calon presiden dari PDIP.

Megawati pernah mengingatkan Presiden Joko Widodo agar tidak bermain-main dengan isyarat-isyarat siapa presiden selanjutnya, misalnya, berambut putih atau wajahnya penuh kerutan. Selain itu, calon kuat dari internal PDIP selain Ganjar adalah Puan Maharani, putri kandung Megawati.

Kemurahan Hati

Tentu Mega juga ingin karier politik sang anak terus berlanjut. Tidak hanya berhenti sebagai Ketua DPR. Jabatan tinggi di level eksekutif yang belum diraih Puan tinggal presiden. Jika hal ini gagal diwujudkan oleh Mega, jabatan Puan mungkin akan berakhir di Ketua Umum DPP PDIP. Mega pasti sudah berpikir menduetkan Ganjar-Puan bukan pilihan yang baik.

Jika pada suatu waktu Puan terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDIP pasti akan menyulitkan Ganjar yang berposisi sebagai presiden sekaligus petugas partai. Pilihan sulit Mega lainnya adalah perjanjian Batutulis antara dirinya dan Prabowo Subianto. Setelah pada 2014 dan 2019 perjanjian itu diingkari Mega, apakah Mega akan ingkar janji lagi?

Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh Mega sendiri. Jika Mega tidak ingkar janji, kemudian memasangkan Prabowo-Puan, alhasil Ganjar tidak masuk hitungan. Karang kedua bernama Joko Widodo. Pada 2024 nanti, Presiden Joko Widodo habis masa jabatannya, jabatan periode kedua.

Artinya, tidak bisa mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden, namun Joko Widodo sekarang bukan Joko Widodo yang pada 2014 maju melalui PDIP. Joko Widodo sekarang memiliki kekuatan politik yang disebut Pro-Jokowi (Projo).

Selain itu, anak Presiden Joko Widodo juga sedang meniti karier politik. Gibran Rakabuming Raka, anak tertua Presiden Joko Widodo, sedang digadang-gadang naik tingkat menjadi gubernur, entah di Jawa Tengah, entah di DKI Jakarta. Joko Widodo pasti akan mempertimbangkan hal ini juga.

Misalnya Gibran akan maju sebagai calon gubernur pasti membutuhkan dukungan partai politik lain, salah satunya Partai Gerindra yang sekarang diketuai Prabowo. Kedua orang ini menjadi karang terjal bagi Ganjar, padahal untuk maju menjadi calon presiden, Ganjar membutuhkan suara PDIP sekaligus dukungan Projo.

Dalam suasana penuh teka-teki ini, pengusungan Ganjar sebagai calon presiden masih tidak menentu. Faktor lain yang patut diperhatikan adalah suara Projo. Projo sudah mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo untuk menunggu arahannya. Akhir-akhir ini, suara Projo terpecah. Salah satunya Relawan Joman yang dipimpin Immanuel Ebenezer,

Kelompok ini mengalihkan dukungan kepada Prabowo. Pengalihan suara ini bisa dianalisis karena ketidakmenentuan pengusungan Ganjar sebagai calon presiden oleh PDIP. Sukarelawan Projo yang lain juga bisa melakukan hal serupa, terutama sukarelawan Projo yang tidak hardcore dan selalu ingin bermain dalam pemilihan presiden.

Sukarelawan ini gamang melihat kebuntuan antara Ganjar dan PDIP. Mereka ini yang akan berganti kaus pada pemilihan umum mendatang seperti Joman, yang beralih mendukung Prabowo, meskipun dalam setiap pertarungan dengan Jokowi, mereka merundung Prabowo secara membabi buta.

Apa mau dikata, pengusungan Ganjar menjadi calon presiden menunggu kemurahan hati Megawati dan Joko Widodo. Ganjar hanya bisa menunggu. Tidak bisa bergerak ke sana kemari seperti Anies dan Prabowo meraih dukungan rakyat.

Apabila momentum pengusungan Ganjar menjadi calon presiden sudah lewat, meskipun dicalonkan oleh PDIP sekalipun tidaklah banyak membantu karena angin pasang politik ada di tangan Anies atau Prabowo yang siap-siap menggulung suara pemilih PDIP yang pro Joko Widodo dan Projo.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 11 Maret 2023. Penulis adalah editor buku yang tinggal di Kota Solo, Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya