SOLOPOS.COM - Hartono Sri Danan Djoyo (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Perlu  kiranya semua pihak menata ulang literasi kebangsaan demi keoptimalan kenyamanan hidup bersama bernegara. Konstitusi harus teguh dipegang demi pluralitas pemahaman dan kepentingan.

Kearifan tersebut penting hingga hidup bersama yang tenteram dan damai dalam wadah ke-Indonesia-an terpelihara dengan baik. Andai bisa didengar, meski tidak bisa berkata banyak, barangkali banyak yang bertanya ke mana arah dan ke mana keinginan elite membawa biduk Indonesia?

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Hari demi hari langit dan bumi dihiasi geliat elite yang seolah-olah lupa bahwa ada konstitusi yang menjadi pagar. Gaduh suasana, namun tidak jelas tema yang mereka perbincangkan. Terlihat Indonesia bergerak, namun tidak jelas beban apa yang dipikul.

Esai ini mengajak semua anak bangsa menata ulang hati dan keinginan hingga libido individual (termasuk di antaranya kekuasaan dan menguasai) akan selalu dalam porsi terukur dan berada dalam pagar konstitusi.

Membuka lontar literasi jelas bagaimana para leluhur kita menanamkan nilai-nilai filosofi hidup bersama melalui pohon beringin. Tatkala disemai dan dipelihara dengan baik, pohon beringin  akan sehat dewasa.

Kondisi tersebut ditandai daun yang sehat, lebat, hijau, enak dipandang. Pohon yang tinggi menjulang seakan-akan menunjukkan terima kasih kepada empunya atas energi kehidupan melalui siraman air yang diterima pada pagi dan sore hari.

Akar kukuh yang menopang batang pohon, ranting, dan daun memberi isyarat kepada pemilik tentang ketenangan karena kemampuan untuk menjaga tegak berdiri mengayomi. Kontras dengan kondisi terlahirnya, (saat ditanam) beringin justru memberi energi dan kehidupan kepada empunya tatkala dewasa.

Oksigen segar, sejuk hijau pandangan, hingga musik alam dari burng kenari yang hinggap indah setiap hari. Tingginya pohon menjadi payung teduh dari terik matahari.

Sumur tua yang sebelumnya berjasa memberi minum, tiba saatnya dijamin keberlimpahan (air) dari kekeringan oleh keberadaan pohon beringin.

Meski demikian, tatkala redup bayangan dan keras desir angin ditiupkan, beringin menitipkan pesan kepada manusia bahwa tiba untuk mengurangi ranting hingga cabang. Beringin tidak ingin memutus hidup rumput dan tanaman di bawahnya.

Dia tidak menghendaki perlindungan kepada empunya menjadi petaka tatkala angin besar menggoyang. Suara riuh serta ceceran daun dan buah yang disengaja jatuh memberi isyarat waktu perawatan itu.

Politik

Belajar dari beringin, publik kiranya perlu mengingatkan elite akan semangat berbangsa dan bernegara yang semestinya dijaga teguh. Menjelang peristiwa politik Pemilihan Umum 2024 siapa pun boleh berpolitik, namun semangat yang dibawa perlu ditera tidak melebihi bobot kepentingan bangsa dan negara.

Angin kencang yang mengembuskan indikasi amendemen konsitusi perlu kiranya dilihat saksama. Tak hanya publik dan media dalam negeri yang menyorot hal tersebut sebagai kegaduhan, media luar (baca: Reuters) juga mewartakan hal yang sama (9 Agustus 2023).

Kepentingan apa dan untuk siapa latar belakang amendemen harus dibuat terang benderang. Adakah kebenarannya ketika proyek seorang presiden tertunda/gagal lantas kepadanya harus diberi perpanjangan waktu untuk menyelesaikan?

Lantas bagaimana kalau penundaan tersebut dijadikan pola untuk memperpanjang kekuasaan? Dua pertanyaan ini perlu dijawab demi penyelamatan amanat demokrasi yang menjadi instrumen penting kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saat ini, belum sempat menutup rapat mulut karena kaget, publik kembali dipaksa untuk  membuka mulut, bahkan lebih lebar. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menggugat aturan batas usia minimal calon presiden dan calon wakil presiden.

Isu diskriminasi menjadi alasan, meski alasan tersebut juga terang-terangan mendiskriminasi usia. Usulan penurunan batas usia minimal dari 40 tahun menjadi 35 tahun membuat publik cepat menarik sintesis curiga bahwa gugatan tersebut hanya bungkus dari keinginan agar figur tertentu bisa lolos dalam pencalonan.

Tentu dua isu badai tersebut akan ditarik benang penghubungya. Logika curiga publik akan berputar liar. Bila Partai Solidaritas Indonesia berjibaku menjadi lokomotif pengusul gugatan di Mahkamah Konstitusi, lalu siapakah masinis yang mengendalikannya?

Apakah gerakan karena  di bawah komando sang aktor intelektual sesungguhnya hasil dari transaksi dagang sapi antara keduanya? Bisa dipastikan kalau MPR benar-benar mengamendemen UUD 1945 dan gugatan Partai Solidaritas Indonesia dikabulkan, maka akan timbul gugatan-gugatan sejenis.

Akan muncul banyak gugatan yang disebabkan kepentingan-kepentingan yang cenderung pragmatis. Untuk itu harus ada lengan kuat yang menghentikan keinginan pragmatis tersebut dan memahamkan cita-cita kebangsaan.

Perjalanan bangsa Indonesia dalam bernegara sudah cukup panjang. Banyak negara komparator baru meraih kemerdekaan jauh setelah Indonesia berhasil mendeklarasikan kemenangan memerdekakan diri.

Artinya usia Indonesia seharusnya memberikan pemahaman demokrasi dan politik yang lebih baik. Jika faktanya berkata lain, lantas akankah sengketa konstitusi hanya akan menghasilkan resultan politik kooptasi partai politik besar? Waktu yang akan bercerita.

Kerumitan proses politik sesungguhnya bisa cair manakala filsafat beringin menjadi konsideran moral elite. Tatkala ranting dan pohon terlalu meninggi dan ditumbuhi banyak dedaunan, betapa besar angin yang hendak menerpa (bahasa Jawa: gedhe angine).

Itu maknanya probabilitas pohon tumbang dan jatuh terbanting lebih besar dibanding kerelaan untuk mengakhiri kekuasaan sebagaimana diamanatkan konstitusi. Pengalaman Orde Baru dalam mengelola kekuasaan masih segar muncul di ingatan.



Karena itulah, pemakluman filsafat beringin seyogianya membuahkan kearifan elite dalam memaknai kekuasaan dan keinginan untuk menguasai dalam tera kewajaran.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 31 Agustus 2023. Penulis aktif di Gerakan Jalan Lurus Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya