SOLOPOS.COM - Rudi Agus Hartanto (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pemerintah Kabupaten Karanganyar membangun Gedung Kebudayaan. Lokasinya di lahan bekas Gedung Wanita. Di sisi baratnya telah berdiri Gedung Teater. Keberadaan bangunan itu seolah-olah menggambarkan keseriusan pemerintah memberi ruang para pelaku seni dan budaya di daerah.

Proyek yang menghabiskan anggaran Rp20,9 miliar itu belum memiliki arah dan tujuan yang jelas. Secara simbolis para pemangku kebijakan telah menyatakan untuk apa dan siapa gedung itu, tetapi bagaimana program-program yang direncanakan setelah Gedung Kebudayaan berdiri belum dapat diakses masyarakat.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Banyak pelaku seni di Kabupaten Karanganyar yang bergerak secara kolektif. Komunitas sastra, seni rupa, teater, musik, dan lainnya. Mereka berjalan mandiri dengan kecenderungan dan gaya masing-masing.

Banyak yang memilih pola kerja bawah tanah. Mampukah gedung yang berarsitektur pendopo tersebut meyakinkan mereka untuk bekerja, berdialektika, dan memecahkan persoalan seni dan budaya di Kabupaten Karanganyar?

Pemilihan konsep pendopo sebagai bentuk bangunan pasti memiliki alasan tertentu. Hidayatun (2004) mengemukakan pendopo memiliki fungsi sebagai tempat melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak. Artinya, jika dimaknai secara mendalam, pendopo memiliki makna yang begitu filosofis.

Pendopo tidak hanya digunakan untuk kepentingan individu atau golongan tertentu. Beragamnya latar belakang masyarakat di Kabupaten Karanganyar menjadi satu point of view yang perlu didudukkan sebagai argumentasi dasar untuk mengelola Gedung Kebudayaan dalam landasan berpikir, regulasi, maupun program yang direncanakan.

Dalam pengertian tersebut berarti Gedung Kebudayaan dapat benar-benar berguna bagi masyarakat. Akan lebih baik apabila tempat itu menjadi sarana penghubung antara masyarakat dengan pemangku kebijakan. Jarak yang biasanya membatasi tidak lagi terpagari karena jabatan.

Sebagai bangunan yang tidak memiliki pagar menandakan pendopo adalah ruang yang terbuka bagi siapa pun. Hal itu juga selaras dengan beragamnya karakter masyarakat. Apabila pengelolaan pendopo dapat bekerja dengan baik, masyarakat Kabupaten Karanganyar akan memiliki suatu pembeda dalam aspek-aspek fundamental: berpikir, berkeputusan, bertindak, dan lainnya.

Meski begitu, mungkinkah pengelola pendopo Gedung Kebudayaan bekerja sedemikian rupa sebagaimana pengertian masyarakat? Pertanyaan tersebut agaknya dapat mengakomodasi bayangan masyarakat ketika melihat proses pembangunan Gedung Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.

Dalam pemahaman tertentu seni dan budaya merupakan representasi buah pikir yang menandakan peradaban suatu masyarakat. Perjalanan panjang masyarakat Kabupaten Karanganyar tidak hanya umur daerah yang pada 2022 menginjak 105 tahun. Peradaban itu dimulai ratusan bahkan ribuan tahun lalu.

Keberadaan candi dan artefak di Karanganyar adalah bukti eksistensi kebudayaan yang direpresentasikan melalui produk kesenian. Artinya, dalam pandangan pendek—belum banyak penelitian yang dilakukan, masyarakat Karanganyar telah terbiasa bergelut dengan pemikiran, bahkan tidak menutup kemungkinan hal itu juga berjalan hingga hari ini.

Perkembangan pergulatan seni di Karanganyar begitu berwarna. Hal itu terlihat dari banyak komunitas yang masih mempertahankan kesenian tradisional dan kemunculan komunitas yang mengakomodasi kesenian modern. Keduanya hidup berdampingan, bahkan berkolaborasi.

Rumah Bersama

Perhatian pemerintah daerah terhadap kehidupan kesenian belum tampak, padahal kampanye sebagai daerah pariwisata terus digaungkan. Daya topang eksistensi Kabupaten Karanganyar adalah seni yang tumbuh dan berkembang di lingkungan alamnya.

Komunitas seni sebaiknya ditempatkan dan dipandang dengan cara bijaksana supaya eksistensi kebudayaan Karanganyar mendapat ruang cukup. Dengan begitu, mental inlander yang menggumuli masyarakat dapat berkurang secara perlahan-lahan. Hal itu bisa menjadi salah satu sarana masyarakat mengenal diri mereka.

Kesenian yang sekarang hanya dilihat sebagai simbol kebudayaan, dengan pemahaman identitas, sangat mungkin meluas hingga nilai-nilai filosofis. Untuk itu, harus dilakukan penyebarluasan pemahaman seni dan budaya yang merepresentasikan identitas masyarakat Karanganyar dalam pandangan historis dan futuris.

Pengandaian tentang Gedung Kebudayaan sebagai ruang berpikir serta produksi tentang seni dan budaya dapat berjalan baik tidak salah. Syaratnya landasan berpikir demokratis dan dialektis jangan dikesampingkan. Bangunan baru itu bisa jadi pada masa depan akan mencatat sejarah peradaban Karanganyar.

Sebagai ruang yang nanti akan meruangi seni dan budaya di Kabupaten Karanganyar, sebaiknya Gedung Kebudayaan menjadi rumah bagi masyarakat yang heterogen. Kebudayaan bukan hanya dimiliki oleh pihak yang menang atau yang kalah, tetapi juga mereka yang tidak pernah tercatat dalam sejarah.

Dalam imajinasi saya, Gedung Kebudayaan harus memiliki perspektif yang menyeluruh bagi siapa pun. Mimpitentang kemajuan kebudayaan bukan dimiliki oleh sebagian atau sekelompok orang, namun milik masyarakat seutuhnya. Hal itu penting untuk generasi pada masa mendatang.

Dengan begitu, ekspresi murni masyarakat dapat mewujud di Gedung Kebudayaan Karanganyar. Tanpa tendesi, penuh eksplorasi, dan berujung pada tertulisnya peradaban secara jelas. Bahwa sejarah dikelola dengan baik di suatu ruang yang tidak salah apabila pada suatu saat disebut sebagai rumah bersama.

Selagi Gedung Kebudayaan belum digunakan sebagaimana mestinya, catatan ini adalah keniscayaan, terlebih Kabupaten Karanganyar sedang masif membangun gedung-gedung yang tampak jelas ketika melintas di beberapa ruas jalan. Sebuah pemandangan yang menyebabkan di pikiran berkelindan pertanyaan: apakah bermanfaat bagi masyarakat?

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 30 Desember 2022. Penulis adalah putra daerah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, dan mahasiswa Program Magister Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya