SOLOPOS.COM - Hamidah (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Hidup  hemat di tengah budaya konsumtif bukan hal mudah. Menerapkan gaya hidup frugal memerlukan disiplin dan konsistensi. Media sosial sebagai salah satu bentuk perkembangan teknologi memberikan kemudahan mengakses setiap informasi, termasuk informasi produk maupun jasa.

Hal ini kemudian memicu munculnya barang-barang viral yang membuat masyarakat tergiur untuk membeli. Media sosial memberikan kesempatan bagi setiap pengguna untuk menunjukan eksistensi diri melalui barang-barang yang digunakan maupun aktivitas yang dilakukan sehingga kerap memberikan tekanan bagi pengguna lain untuk meniru dan mengikuti.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Fenomena tersebut membuat gaya hidup masyarakat semakin berbiaya tinggi dan menjadi alasan menjamurnya budaya konsumtif. Generasi Z sebagai kelompok masyarakat yang lekat dengan dan memiliki akses terhadap teknologi rentan terpengaruh budaya konsumtif yang kini marak di kalangan masyarakat.

Karakteristik generasi Z yang selalu ingin up to date dalam mengikuti perkembangan tren agar dapat diterima dan diakui oleh kelompok sosialnya sering kali memicu keinginan membeli lebih banyak barang maupun jasa.

Ironisnya, mereka kerap tidak mempertimbangkan aspek kemampuan maupun kebutuhan sehingga berpotensi mengganggu stabilitas kondisi finansial, apalagi generasi Z umumnya belum memiliki pendapatan yang stabil.

Survei perilaku keuangan yang dilakukan Katadata Insight Center pada 2021 menunjukkan kebutuhan bulanan yang paling banyak dipilih responden generasi Z adalah berbelanja komunikasi mencapai 74,4%, kemudian disusul belanja makanan sebesar 51,2%, belanja bahan bakar sebesar 34,9%, membayar tagihan rutin sebesar 32,3%, serta membeli makan dan minuman di kafe atau restoran.

Dalam survei tersebut juga disebutkan 56,6% generasi Z jarang dan tidak mengalokasikan dana untuk tabungan sementara 59,4% memiliki pengeluaran yang lebih besar daripada pendapatan. Kondisi tersebut mengakibatkan generasi Z sering kali harus mencari alternatif sumber pemasukan lain untuk menutup pengeluaran.

Untuk mendapatkan pemasukan tambahan, layanan pay later dan pinjaman online kerap menjadi solusi karena kecepatan dan askes yang dapat dijangkau generasi Z. Data statistik fintech yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan jumlah rekening layanan pinjaman online penduduk usia 19 tahun hingga 34 tahun yang merupakan generasi Z dan milenial semakin meningkat dan mendominasi jumlah pinjaman online yang mencapai Rp26.549,40 miliar pada Februari 2023.

Tngginya pinjaman online masih diiringi dengan outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari mencapai lebih dari Rp645 miliar. Kemampuan mengelola keuangan bagi generasi Z menjadi hal yang krusial, khusunya dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi yang kerap terjadi.

Frugal living menjadi gaya hidup yang banyak digaungkan oleh masyarakat yang melek terhadap kesehatan finansial. Frugal living dimaknai sebagai gaya hidup hemat, bahkan cenderung dinilai pelit oleh sebagian orang.

Frugal living merupakan gaya hidup ketika seseorang memiliki kesadaran penuh dan pertimbangan dalam mengalokasikan dana yang dimiliki untuk mencapai tujuan finansial.

Orang yang menganut frugal living akan cermat dalam mengelola keuangan dengan menghindari pengeluaran yang tidak benar-benar penting dan mampu mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga dapat menyisihkan lebih banyak dana untuk menabung atau investasi.

Frugal living juga sering dikaitkan dengan gaya hidup minimalis, namun terdapat perbedaan di antara keduanya. Gaya hidup minimalis berfokus pada upaya mengurangi kepemilikan barang sedangkan frugal living lebih menekankan pada mengurangi pengeluaran yang benar-benar tidak dibutuhkan untuk mencapai tujuan finansial seperti pensiun dini maupun kebebasan finansial.

Dalam melakukan tindakan konsumsi para penganut gaya hidup frugal harus mempertimbangan dua aspek yaitu ”butuh” dan ”mampu” agar konsep hidup frugal dapat tercapai.

Jika membutuhkan produk namun belum mampu membeli, penganut frugal living akan cenderung menunda pembelian sampai mempunyai dana yang cukup atau bahkan telah merencanakan pembelian dalam beberapa waktu sebelumnya.

Frugal living dapat menjadi solusi dari maraknya budaya konsumtif yang kini merebak di kalangan generasi Z. Konsep frugal living yang menekankan pada aspek kebutuhan dapat meredam konsumsi yang dipengaruhi oleh tren atau merek tertentu.

Perilaku generasi Z yang cenderung mengalokasikan dana yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dapat diatasi karena frugal living mengajarkan konsep pengelolaan keuangan yang berorientasi jangka panjang.

Menjadi Seorang Frugal

Langkah awal yang perlu dilakukan untuk memulai gaya hidup frugal yaitu, pertama, dengan perencanaan keuangan. Generasi Z dapat membuat alokasi anggaran yang sesuai dengan dana yang dimiliki untuk konsumsi, membayar tagihan, tabungan, dana darurat, maupun investasi. Dengan perencanaan keuangan yang matang, pembelian secara inpulsif dapat dihindari.

Kedua, mengurangi pengeluaran rutin dengan mengidentifikasi jenis pengeluaran rutin yang membutuhkan anggaran besar kemudian mencari alternatif yang dapat mengurangi pengeluaran, seperti memasak makanan sendiri alih-alih memesan makanan, menggunakan transportasi umum, dan membeli barang kebutuhan saat promo.

Ketiga, jangan terbawa arus tren. Tren menjadi fenomena yang akan terus berganti dan tidak akan pernah habis sehingga dapat membebani keuangan apabila terus diikuti. Seorang penganut gaya hidup frugal cenderung fokus dengan sesuatu yang dimiliki atau hanya mengikuti tren yang sesuai dengan gaya hidupnya.

Keempat, memulai berinvestasi. Dengan berinvestasi dana yang dimiliki dapat lebih produktif dan dapat memberikan nilai tambah sebagai pemasukan. Mulailah untuk mempelajari berbagai instrumen investasi dan pilih instrumen yang paling sesuai dengan tujuan keuangan.

Jika menelaah lebih jauh konsep frugal living tidak hanya memberi manfaat terhadap kesehatan finansial individu, melainkan turut memberikan dampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi penggunaan sumber daya dan menciptakan pola hidup yang lebih berkelanjutan.

Dengan melihat proporsi jumlah generasi Z yang mencapai 32,1% dari total penduduk Indonesia, mereka dapat menjadi kekuatan besar yang dapat berkontribusi terhadap kelestaraian lingkungan melalui gaya hidup frugal.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 2 Mei 2023. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya