SOLOPOS.COM - Nurul Huda (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Guru  adalah profesi utama untuk mengantarkan masa depan bangsa di belahan bumi manapun. Peran sentral guru tersebut menyebabkan di banyak negara guru mendapatkan perlindungan hukum maksimal, kesejahteraan lahir (gaji) cukup tinggi, dan mendapatkan kesejahteraan batin (derajat sosial) yang terkadang melebihi profesi-profesi lain.

Di Indonesia sebagian guru telah mendapatkan penghargaan cukup, tetapi sebagian besar mendapatkan kenyataan berkebalikan. Guru swasta, guru yayasan, guru kontrak, guru tidak tetap, guru honorer adalah wajah muram para pencerdas bangsa.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim beberapa kali menyinggung dan mengakui situasi sulit ini. Menurut Nadiem, guru kita tidak mungkin bisa merdeka kalau tidak sejahtera, namun nyatanya banyak guru yang masih dibayar Rp100.000 per bulan.

Tidak mudah memperbaiki kesejahteraan guru karena banyak kerumitan, seperti  SMA/SMK milik pemerintah propinsi, SD/SMP kewenangan ada di pemerintah kota dan kabupaten. Ki Hadjar Dewantara  membuat konsep hibrida tentang tugas guru dan pendidikan, yaitu  membentuk mandhireng pribadi.

Manusia yang mampu memupuk eksistensi dengan membina budi pekerti, kebudayaan sesamanya demi kebaikan (mamayu hayu) pribadi keluarga (salira), kebaikan sesama masyarakat sebangsa (bangsa), kebaikan sesama manusia sedunia (manungsa), dan bagi kehidupan alam semesta (bawana).

Konsep generasi hibrida ini lalu dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita dalam berbangsa untuk lepas dari segala macam jenis dan bentuk kolonialisme (penjajahan), mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan menjaga perdamaian dunia.

Apabila generasi Indonesia dipersiapkan mamayu hayu maka keutamaan hidup bahagia lebih diutamakan dibandingkan kekayaan harta benda keduniaan yang menyengsarakan. Piwulang Ki Hadjar Dewantara sangat indah sekali dalam bahasa kiasan (majas).

Payung gilap megap-megap, payung ijo royo-royo (daripada berpayung mewah tapi sengsara, lebih baik berpayung daun pisang tapi bahagia). Luwih becik mikul dhawet rengeng-rengeng, tinimbang numpak mercy mbrebes mili utawa nangis ngriyeng (lebih baik hidup sebagai tukang cendol yang bahagia, daripada punya mobil dan kaya tetapi hatinya sengsara).

Inilah cita-cita mulia pendidikan yang diemban oleh setiap guru, sebagaimana dikampanyekan UNESCO bahwa pendidikan harus mampu membuka mata hati untuk hidup (to make a living), mengembangkan kehidupan yang bermakna (to lead a meaningful life), dan memuliakan kehidupan (to ennoble life) dengan kedalaman.

Pendidikan yang berempati, bernurani, berhati, dan berketerlibatan adalah obor pencerahan yang tidak (me)mati(kan) rasa. Ini pulalah cita-cita mulia Mahatma Gandhi yang dituangkan dalam bukunya Semua Manusia Bersaudara. Bila rasa persaudaraan di antara sesama manusia telah sirna, dunia tidak akan pernah damai dan bersih.

Pada konteks ini guru memiliki beban yang tidak sederhana. Di tengah arus yang mengagungkan kehidupan  serba-instan, glamor, dan serbalayar kaca, guru dituntut untuk membangun jati diri bangsa yang mandiri, berwawasan kebangsaan yang kuat, dan mengikis segala sikap fundamentalis, baik yang disebabkan oleh arogansi kedaerahan, ke-etnisan, maupun keagamaan. Pada posisi ini peran guru sungguh agung sebagai aktor intelektual transformatif.

Guru jelas tidak bisa sendirian mewujudkan cita-cita ber-Indonesia ini. Guru harus mendapatkan dukungan yang kuat dari pemerintah (negara), birokrat, politikus, orang tua siswa, masyarakat, dan seluruh elemen warga negara. Semua elemen itu tidak bisa bergerak yang tersempal-sempal, tetapi harus holistik saling mengisi dan melengkapi.

Tanpa arah ini upaya mewujudkan generasi hibrida hanyalah sebatas impian, khayalan, dan fatamorgana. Bila cita-cita mulia berbangsa hanya dibebankan pada guru semata, maka guru benar-benar menjadi tumbal (martir) masyarakat maju.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 Februari 2023. Penulis adalah pendidik dan pengurus Dewan Pendidikan Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya