SOLOPOS.COM - Anik Sulistyawati (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Kebiasaan baru masyarakat akhir-akhir ini adalah berburu kedai atau warung minuman terutama es teh. Termasuk saya. Belum lama ini ada yang menarik di warung es teh langganan saya.

Sebuah papan kecil dari kertas karton bekas kotak kardus diletakkan di atas etalase.  Pemilik warung memberi tahu harga sejumlah minuman di warung itu dinaikkan dengan alasan harga gula pasir naik.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Harga gula pasir yang beberapa waktu lalu Rp12.000 per kilogram kini Rp17.000 per kilogram. Data Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) per 8 November 2023 menunjukkan harga rata-rata nasional gula konsumsi di tingkat konsumen Rp16.211 per kilogram.

Ini lebih tinggi 11,8% di atas harga acuan penjualan (HAP). Data Tradingeconomics menunjukkan harga gula pasir US$27,95 sen per pon. Level tertinggi dalam periode lima tahun.

Berdasarkan laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi gula global mencapai 177,27 juta metrik ton pada 2022/2023. Konsumsi gula global 176,007 juta metrik ton pada periode yang sama.

Indonesia adalah negara dengan konsumsi gula global terbesar ke-6 di dunia. Konsumsinya mencapai 7,8 juta metrik ton sepanjang tahun lalu. Konsumsi gula terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan peningkatan permintaan dari industri makanan dan minuman.

Perubahan iklim, fluktuasi produksi, dan kondisi geopolitik menjadi penyebab kenaikan harga gula yang signifikan. Salah satu upaya meredam kenaikan harga gula nasional adalah impor gula, namun implementasinya tidak semudah menyeduh minuman.

Salah satu dampak utama dari kenaikan harga gula adalah peningkatan biaya hidup. Gula adalah bahan pokok dalam berbagai produk makanan dan minuman.

Kenaikan harga gula dapat menyebabkan kenaikan harga produk-produk tersebut dan mengakibatkan tekanan finansial pada rumah tangga yang berujung penurunan daya beli hingga inflasi.

Industri makanan dan minuman paling terdampak oleh kenaikan harga gula. Produsen makanan dan minuman harus menyesuaikan harga produk mereka untuk menutupi biaya bahan baku yang lebih tinggi. Ini merugikan konsumen dan mengurangi daya beli mereka.

Kenaikan harga gula juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat. Ketika harga gula naik, beberapa orang mungkin beralih ke alternatif makanan yang lebih murah, namun kurang sehat.

Ini dapat meningkatkan risiko penyakit seperti obesitas dan diabetes karena konsumsi gula yang berlebihan sering dikaitkan dengan masalah kesehatan ini.

Negara-negara yang bergantung pada ekspor gula sebagai sumber pendapatan utama mengalami kesulitan ekonomi akibat fluktuasi harga gula di pasar internasional.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arumdriya Murwani  menyebut salah satu penyebab produksi gula di Indonesia rendah adalah umur fasilitas produksi gula tebu yang sudah tua.

Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menyebut kebutuhan gula domestik per tahun 6,7 juta ton. Perinciannya untuk konsumsi atau gula kristal putih (GKP) 3,3 juta ton dan industri makanan minuman atau gula kristal rafinasi (GKR) 3,4 juta ton.

Produksi gula dalam negeri 2,3 juta ton GKP. Kekurangan yang perlu ditutup dengan impor adalah 4,4 juta ton. Impor dilakukan dalam bentuk gula mentah yang diolah oleh pabrik gula rafinasi menjadi GKR dan oleh pabrik gula berbasis tebu untuk GKP.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor gula pada periode Januari-Oktober 2023 sebanyak 4,08 juta ton atau turun 22% dari impor pada Januari-Oktober 2022 yang sebanyak 5,23 juta ton.

Pada Oktober 2023 impor gula tercatat 369.570 ton, naik 39,58% daripada Oktober 2022 yang sebanyak 264.780 ton. Untuk mengatasi masalah kenaikan harga gula diperlukan upaya bersama dari pemerintah, produsen, dan konsumen.

Impor tak serta-merta bisa meredam gejolak harga gula. Hal yang tak kalah penting adalah mengupayakan data valid dan akurat tentang komoditas gula dari hulu sampai hilir.

Data yang akurat  bisa menjadi dasar pengambilan kebijakan secara tepat dan mampu merespons permasalahan. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2021 disorot lantaran gula impor memberi ruang secara masif masuk pasar lokal.

Jika kebijakan tak diimbangi akurasi data, tata kelola, dan tata niaga yang kuat dikhawatirkan  produsen lokal akan jadi korban. Pemerintah dapat mengadopsi kebijakan yang mendukung petani gula lokal, mempromosikan praktik pertanian yang berkelanjutan, dan mengembangkan program kesejahteraan masyarakat untuk melindungi konsumen yang rentan.

Kenaikan harga gula bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga berdampak kompleks. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang akar penyebab, diharapkan solusi yang holistik dapat ditemukan.

Upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat dapat membantu menciptakan solusi yang berkelanjutan. Saya sedikit lega saat membaca ulang papan pengumuman di warung es teh langganan saya.

Bahwa kenaikan harga tak akan mengubah rasa minuman yang disajikan. Saya sembari berharap tak ada revisi pemberitahuan kenaikan harga lagi pada kemudian hari.



(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 25 November 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya