SOLOPOS.COM - Tika Sekar Arum (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO – Cendhol dhawet seger, lima ratusan, nggak pakai ketan / Ji ro lu pat lima enem pitu wolu / Tak gintang-gintung o, tak gintang-gintung o, lo lo lo, lo, yee…

Penggalan senggakan yang dipopulerkan Agus Purwadi alias Abah Lala ini menjadi salah satu daya tarik penampilan Twilite Orchestra di Taman Pracima, kompleks Pura Mangkunegaran, Minggu (2/12/2023) malam.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Senggakan mengisi jeda syair di lagu Pamer Bojo tersebut membuat ratusan orang yang menyaksikan konser Mangkunegaran Garden Orchestra berjoget. Malam itu lagu campursari yang dipopulerkan almarhum Didi Kempot tersebut memang tampil beda.

Biasanya lagu tersebut dinyanyikan dengan iringan musik campursari atau dangdut.  Malam itu Pamer Bojo bersanding manis dengan musik orkestra. Suara melankolis biola, berpadu dengan selo, mellophone, tuba, dan alat musik lainnya memanjakan telinga.

Konduktor Addie M.S. membuat lagu Pamer Bojo berpadu harmonis dengan orkestra. Lagu bergenre lain seperti Stasiun Balapan, Bengawan Solo, dan Cikini Gondangdia juga tersaji apik dalam balutan orkestra.

Menyaksikan harmoni lagu berbagai genre dan orkestra membuat saya terkesan. Latar belakang bangunan Pracimasana serasi dengan sorot cahaya dari panggung. Siluet tanaman yang memenuhi kompleks Pracima Tuin membuat tampilan malam itu kian harmonis.

Acara yang digelar PT KAI Commuter tersebut merupakan bagian sosialisasi aplikasi C-Access dan peluncuran kartu multitrip (KMT) baru yang menampilkan logo baru Pura Mangkunegaran.

Ada pesan mendalam dalam rangkaian acara Mangkunegaran Garden Orchestra tersebut. Pura Mangkunegaran sebagai penjaga nilai-nilai sejarah berkolaborasi bersama pengelola transportasi massal kereta api yang sehari-hari akrab dengan teknologi, modernisasi, dan digitalisasi.

Bersama beberapa pihak lain mereka menyuguhkan event yang sarat pesan harmoni. Kata harmoni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna keselarasan atau keserasian.

Dalam konteks politik nasional harmoni merujuk pada seluruh ekosistem politik melaksanakan peran masing-masing tanpa merugikan pihak lain.

Berkaca pada Pemilu 2019, hoaks memang mengkhawatirkan. Saya masih ingat saat itu hoaks sangat masif disebarkan, terutama melalui media sosial dan layanan perpesanan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan 3.356 hoaks selama sekitar 13 bulan, dari Agustus 2018 hingga 30 September 2019. Hoaks terbanyak ditemukan pada April 2019 yang bertepatan dengan momentum pemilihan presiden dan wakil presiden dan pemilihan anggota legislatif.

Itu dulu. Bagaimana dengan sekarang? Potensi kerawanan alias disharmoni Pemilu 2024 mulai terasa, bahkan pada empat bulan sebelum hari pemilihan umum. Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) memotret hal itu dengan dalam Indeks Kerawanan Pemilu 2024 dengan isu strategis kampanye di media sosial yang dirilis pada 31 Oktober 2023.

Ada tiga isu utama temuan indeks kerawanan. Pertama, ujaran kebencian yang mendominasi tingkat kerawanan karena terjadi pada sekitar 50% provinsi di Indonesia.

Kedua, isu penggunaan konten hoaks selama tahapan pemilu, terutama saat memasuki masa kampanye. Isu kedua ini tercatat di 30% provinsi di Indonesia.

Ketiga, berkaitan dengan kampanye bermuatan sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan atau SARA yang terindikasi terjadi di 20% provinsi. Kita pantas cemas friksi yang pernah terjadi pada dua pemilu sebelumnya kembali mengacaukan harmoni bangsa.

Kita berharap semangat harmonisasi terus digaungkan lewat berbagai acara dan berbagai platform media. Event Mangkunegaran Garden Orchestra, meski tidak secara tersurat menyebarkan pesan harmoni dalam demokrasi, saya kira cukup menunjukkan potret harmoni antara berbagai elemen bangsa.

Kolaborasi antara berbagai elemen mampu menciptakan harmoni yang indah dan penuh kesan. Ini sejalan dengan harapan pembangunan kembali Taman Pracima. Taman yang awalnya dibangun oleh Mangkunagoro VII tersebut merupakan tempat perjamuan raja pada masa itu.

Sempat rata dengan tanah dan dijadikan lapangan tenis, taman tersebut dibangun kembali dengan bantuan pemerintah pusat dan diresmikan pada Januari 2023. Mangkunagoro X pernah menyampaikan harapan Taman Pracima yang dibangun kembali bisa menjadi jembatan yang kuat antara kebudayaan dan masyarakat.

Menyelaraskan kepentingan melestarikan budaya sekaligus kepentingan masyarakat modern. Semoga harmoni yang disuguhkan di Taman Pracima lewat event Mangkunegaran Garden Orchestra itu menginspirasi seluruh elemen bangsa ini untuk juga menciptakan harmoni dalam ranah demokrasi.

Daripada perang mulut dan putus ikatan persaudaraan gara-gara beda pilihan calon presiden, lebih asyik diskusi dengan kepala dingin sambil menyeruput es dawet plus cendol yang sueger.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 Desember 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya