SOLOPOS.COM - Suharno (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Wayang orang adalah cerminan budaya Indonesia. Kita harus melestarikan dan mengembangkan seni ini agar tidak punah (Bung Karno). Kota Solo adalah kota pariwisata yang berbasis budaya adiluhung, memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan kota lain.

Akar budaya Jawa sangat kuat. Tidak aneh apabila salah satu branding Kota Solo adalah Spirit of Java. Ini menyimpan kekayaan budaya yang luar biasa. Perpaduan budaya Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran menghasilkan berbagai kesenian tradisional.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Salah satunya adalah Wayang Orang Sriwedari. Satu-satunya pertunjukan wayang orang di Indonesia yang  bertahan lebih dari satu abad, rutin menggelar pertunjukkan setiap hari.

Eksistensi Wayang Orang Sriwedari ini tidak lepas dari peran Pemerintah Kota Solo yang secara langsung mendukung keberadaan lewat pemenuhan sarana dan prasarana, maupun kesejahteraan para seniman.

Hingga hari ini wayang orang yang masih eksis mengelar pertunjukkan live selain Wayang Orang Sriwedari tinggal Wayang Orang RRI Solo yang tampil live setiap bulan pada Selasa ke-2.

Sedangkan hari lain pentas tonil tanpa penonton yang disiarkan lewat radio. Sedangkan grup lain yaitu Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang dan Wayang Orang Bharata Jakarta hanya pentas setiap Sabtu malam.

Memang tragis dan memprihatinkan. Masyarakat dan pencinta budaya serta para pejabat sering menyayangkan kondisi ini. Melestarikan budaya, khususnya wayang orang, tidak cukup hanya terjebak dalam lips service, nostalgia, retorika, dan wacana.

Harus ada tindakan nyata. Sudah saatnya kita berani melangkah  dan mendorong agar Wayang Orang Sriwedari menjadi industri kreatif yang produktif secara ekonomi dan sosial sehingga bisa menjadi ikon unggulan Kota Solo.

Apabila dikelola dengan profesional wayang orang bisa menjadi daya tarik bagi para wisatawan domestik maupun luar negeri. Berkontribusi meningkatkan pendapatan daerah maupun devisa negara. Mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para seniman.

Salah satu negara yang menggarap dengan serius kesenian tradisional adalah Jepang yang kita kenal dengan nama kabuki. Pertunjukan yang mirip pentas wayang orang maupun ketoprak.

Kabuki menjadi daya tarik wisatawan karena menyajikan pertunjukan spektakuler. Menampilkan perpaduan sempurna antara drama, tarian, musik, dan kostum yang indah. Perpaduan ini menghasilkan pertunjukan penuh warna, dramatis, dan memukau.

Menyajikan alur cerita menarik, mulai dari cerita rakyat dan sejarah hingga drama romantis serta tragedi. Cerita dikemas dengan penuh aksi, humor, dan emosi. Bagi pemerintah Jepang pertunjukan kabuki sekaligus dijadikan sarana untuk mengenalkan budaya Jepang dari dekat.

Wisatawan luar negeri bisa memahami alur cerita melalui leaflet dalam bahasa Inggris. Apabila kabuki dapat menyajikan pertunjukan yang hebat, tentu saja wayang orang juga bisa. Sepanjang dikelola dengan manajerial yang baik dan berani melakukan inovasi.

Inovasi yang dibutuhkan, antara lain, menyusun lakon yang mengangkat tema kekinian. Mengemas pertunjukan dengan tata panggung, tata cahaya, dan tata suara yang lebih modern. Berkolaborasi dengan seniman dari berbagai disiplin ilmu. Memanfaatkan teknologi digital untuk promosi dan pemasaran

Konsep pertunjukan dibuat sedemikian rupa agar disukai generasi muda dengan mengemas pertunjukan lebih interaktif dan edukatif. Durasi pertunjukan dipersingkat, tidak bertele-tele, ramuan alur cerita memikat serta menghibur. Kita harus mencintai dan mendukung pengembangan Wayang Orang Sriwedari.

Jangan sampai  Wayang Orang Sriwedari hanya dijadikan alat komoditas diskusi dan seminar bagi para akademikus atau sekadar alat propaganda politikus guna mencari simpati untuk melanggengkan kekuasaan.

Kita perlu meneladani para seniman tempo dulu. Lebih kreatif,  progesif, dan inovatif. Ambil contoh Ki Nartosabdo. Sosok pemain serbabisa. Sebelum menjadi dalang wayang kulit terkenal, dia adalah pemain Wayang Orang Ngesti Pandawa. Maestro karawitan yang berani memasukkan unsur musik modern ke dalam iringan gamelan sehingga pertunjukan menjadi lebih hidup dan dinamis.

Contoh lain, pemain Wayang Orang Sriwedari trio DRS, yaitu  Darsi, Rusman, dan Surono. Dikenal sebagai trio pelawak yang selalu membawakan humor segar dan kekinian dengan menyelipkan lelucon dan parodi pada zamannya. Kehadiran mereka selalu dinanti dan membuat pertunjukan menjadi lebih hidup dan menghibur.

Keberhasilan pada Masa Lalu

Rusman dan Darsi sepasang suami istri menjadi tokoh lagendaris Gatotkaca dan Pergiwa. Para seniman terdahulu ini telah memberikan contoh bagaimana wayang orang dapat berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Keberanian dalam berinovasi menjadi inspirasi.

Kondisi saat ini justru stagnan. Para seniman dan masyarakat terjebak jargon melestarikan budaya dan pakem. Takut melanggar pakem. Selalu mengimpikan pertunjukan wayang orang seperti tempo dulu. Klasik dengan durasi waktu pertunjukan yang panjang.

Pengelolaan Wayang Orang Sriwedari dengan manajemen modern sangatlah penting dan mendesak. Grup wayang orang pada masa lalu seperti Siswa Kawedhar, Sriwandawa, Ngesti  Pandawa, dan Bharata mampu mencapai kesuksesan karena menerapkan manajemen profesional dan disiplin yang tinggi terhadap para pemain.

Wayang orang dikelola dengan model juragan. Pemilik bertindak sebagai manajer. Hal ini untuk memastikan keuangan terjaga dan pertunjukan dapat berlangsung dengan lancar. Juragan juga mengatur jadwal pertunjukan, perekrutan pemain, dan latihan.

Dalam dua tahun terakhir ini kondisi Wayang Orang Sriwedari sebenarnya telah kembali bersinar. Pertunjukan yang biasanya hanya ditonton sedikit orang, kini mulai ramai. Khusus pada Sabtu penonton penuh. Ini semua karena cawe-cawe Pemerintah Kota Solo yang menjalankan regenerasi pemain dengan baik.

Merekrut lulusan SMKN 8 Solo maupun ISI Solo yang memiliki bekal ilmu dan ketrampilan, serta kompetensi sebagai seorang seniman profesional. Wayang Orang Sriwedari akan semakin berkibar apabila pengelola dan pemain memiliki semangat entertainment, entrepreneur, dan kedisiplinan yang tinggi.



Menerapkan konsep manajemen pertunjukan yang baik, antara lain, mulai meninggalkan budaya tutur saat penuangan naskah. Beberapa kali saya ikut bermain di Wayang Orang Sriwedari. Setiap pentas para pemain baru tahu dapat casting apa dan apa yang harus dilakukan saat menghadap sutradara.

Mereka hanya diberi wos (garis besar) cerita. Bermain  di panggung lebih mengandalkan improvisasi. Pertunjukan sering ngelantur, tidak terjaga benang merah cerita dengan baik. Sebagai produk budaya wayang orang harus terus dikembangkan. Jangan sekadar dijadikan klangenan.

Cara pelestarian yang efektif dengan inovasi. Nut jaman kelakone. Ingat pesan Bung Karno, wayang orang adalah cerminan budaya Indonesia. Kita harus melestarikan dan mengembangkan seni ini agar tidak punah. Bagaimana pendapat Anda? Sumangga

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 16 Maret 2024. Penulis adalah praktisi dan akademikus pengampu mata kuliah Akuntansi Sektor Publik di Universitas Slamet Riyadi Kota Solo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya