SOLOPOS.COM - Ivan Indra Kesuma (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Beberapa hari lalu Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendapatkan insentif fiskal Rp5,97 miliar untuk penanganan tengkes atau stunting. Dana itu juga sebagai bentuk apresiasi pemerintah pusat kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas kinerja menurunkan angka tengkes di wilayah provinsi ini.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyerahkan insentif fiskal itu kepada Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana di Istana Wakil Presiden pada Jumat (6/10/2023). Wakil Presiden berharap insentif atau penghargaan itu menjadi pemicu untuk berkontribusi lebih besar lagi.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Ada target besar yang harus dicapai pada 2024, yaitu prevalensi tengkes di tingkat nasional 14%.  Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, prevalensi tengkes di Indonesia pada 2022 sebesar 21,6%. Angka ini turun signifikan daripada tahun 2018 yang berada di angka 30,8%.

Salah satu tantangan terbesar untuk mencapai target itu adalah pergantian tampuk kepemimpinan nasional dan daerah. Komitmen politik yang tinggi dari pemimpin menjadi kunci keberhasilan pembangunan karena penurunan tengkes menjadi salah satu prioritas pembangunan.

Penanganan tengkes tidak bisa lagi dilakukan sambil lalu tanpa perhatian khusus. Empat tahun terakhir tengkes menjadi perhatian khusus hingga angkanya terus turun. Kepedulian terhadap masalah tengkes ini menjadi penting karena berkaitan dengan era bonus demografi Indonesia yang diperkirakan terjadi pada 2030 hingga 2040.

Pada rentang waktu tersebut jumlah penduduk usia produktif, bermur 15 tahun hingga 64 tahun, lebih banyak dibandingkan penduduk usia nonproduktif (lebih dari 65 tahun). Proporsinya kurang lebih mencapai 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Tengkes harus diatasi sebelum anak mencapai usia dua tahun. Bila tidak diatasi, perkembangan fisik dan intelektualitas anak akan terhambat. Kementerian Kesehatan merilis data pada 2030 jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 180 juta jiwa.

Pada rentang 2030 hingga 2040, Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Prakiraan itu berdasarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan populasi penduduk yang besar. Kelompok usia produktif inilah yang akan menjadi motor penggerak perekonomian nasional.

Komitmen politik terhadap penanganan tengkes pada tahun politik menjelang Pemilihan Umum 2024 menjadi penting karena berkaitan dengan percepatan penurunan angka tengkes di Indonesia. Kesibukan menyiapkan pemilu seharusnya tidak mengurangi fokus dan perhatian pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam percepatan penurun0an tengkes.

Aneka program penanganan tengkes hingga pelosok daerah tetap harus dilaksanakan sebagai komitmen membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Hal yang tak kalah penting adalah siapa di antara calon presiden dan calon wakil presiden yang punya komitmen tinggi dan peduli terhadap penanganan tengkes.

Penanganan tengkes bukan sekadar memberikan makanan bergizi demi mencukupi kebutuhan asupan untuk tumbuh kembang anak. Lebih dari itu, penanganan tengkes harus sampai pada akar permasalahannya, seperti kesadaran dalam pola asuh anak, tingkat kesehatan, layanan kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi dan komitmen.

Penanganan tengkes bukan seperti sulap yang bisa berubah dalam sekedipan mata. Butuh proses panjang dan energi besar untuk mencegah dan menangani tengkes. Persoalan kemiskinan harus ditangani karena masalah ini juga menjadi penyebab tengkes.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, sanitasi, dan akses ke air bersih juga harus mendapat porsi perhatian maupun komitmen dari kepala pemerintahan pusat dan daerah. Tak kalah penting yaitu pendidikan dan pemberdayaan perempuan.

Pemahaman orang tua khususnya ibu yang minim atas ketercukupan gizi anak menjadi salah satu faktor terjadinya tengkes. Komitmen pemimpin dan pemerintah menjadi salah satu kunci keberhasilan penanganan tengkes. Jangan sampai bonus demografi menjadi beban dan terbuang sia-sia karena penduduk usia produktif menjadi tidak produktif karena sakit dan tidak kompetitif.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 11 Oktober 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya